• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Cak Imin vs Gus Dur Pasca Muktamar ke-34 NU

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2021-12-28
in Galeri, News, Tebuireng, Tokoh
0
Gus Dur dan KH Yahya Cholis Staquf (Ist)

Gus Dur dan KH Yahya Cholil Staquf (Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Isu Cak Imin vs Gus Dur kembali ke permukaan pasca Muktamar ke-34 NU di Lampung. Masalah ini menarik perhatian banyak kalangan di Indonesia.

Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komaruddin mengatakan dampak dari terpilihnya KH Yahya Cholil Tsaquf sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan ada perubahan di internal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Sosok KH Yahya Cholil yang sangat dekat dengan keluarga Gus Dur diyakini bakal mempengaruhi kepemimpinan Muhaimin Iskandar di pucuk pimpinan PKB.

“Karena bisa saja dalam Muktamar PKB nanti, kepemimpinannya bisa saja dikalahkan oleh kubu Gus Dur,” kata Ujang ke Tribun, Ahad (26/12/2021).

Menurut Ujang, sebagai politikus ulung, Muhaimin Iskandar tentu akan melakukan langkah strategis lainnya untuk mengamankan pengaruhnya di PKB.

Saat ia berhasil menguasai PKB setelah berkonflik dengan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Muhaimin memang nyaris tanpa pesaing. Manuver-manuver politiknya membuat partai yang secara kultural dekat dengan Nahdlatul Ulama itu dapat ia kontrol dengan baik.

“Cak Imin (Muhaimin Iskandar) mungkin sedang dak dik duk dan ketar ketir,” imbuhnya.

Posisi KH Yahya Cholil Staquf cukup strategis. Ia merupakan putra dari salah satu pendiri PKB, KH Muhammad Cholil Bisri.

Cak Imin dan Gus Dur pernah berseteru hebat masalah PKB. Gus Dur selaku Ketua Dewan Syuro PKB memecat Cak Imin dari posisi Ketua Umum.

Lalu pada 2005, giliran Muhaimin yang dipecat Gus Dur karena dianggap “main sendiri ke istana”.

“Bila Muhaimin masih bersikap mendua, muktamar akan kami gelar pertengahan September,” ujar Gus Dur seperti dikutip Gatra.

Tempo edisi 7 April 2008 melaporkan, dalam pandangan Gus Dur, kemenakannya itu telah berkali-kali melalukan kesalahan, yakni gagal mengatur organisasi, bermain mata dengan pemerintah, berambisi menjadi wakil presiden 2009, dan berkonspirasi dengan seorang jenderal yang dekat dengan pemerintah untuk menggulingkan Gus Dur sebagai Ketua Dewan Syura PKB.

Kedua kubu kemudian menggelar Muktamar Luar Biasa (MLB). 30 April-1 Mei 2008, kubu Gus Dur menggelar MLB di Parung, Bogor. Sementara kubu Muhaimin menggelar MLB pada 2-4 Mei 2008 di Ancol.

Baca juga: Ketika Cak Imin Melawan Gus Dur

Konflik Cak Imin vs Gus Dur dibawa ke pengadilan. Gugatan pemecatan Cak Imin sebagai ketua umum dimenangkan penggugat. Prosesnya sampai kasasi di Mahkamah Agung.

Kasasi ditolak dan struktur pengurus PKB kembali ke Muktamar Semarang. Gus Dur sebagai Dewan Syuro PKB, dan Cak Imin sebagai Ketua Umum. Setelah MLB, Gus Dur menggugat kubu Cak Imin karena dianggap MLB menyimpang dari AD/ART. Namun, pengadilan memenangkan kubu Cak Imin.

Sementara itu, juru bicara Yenny Wahid, Imron Risyadi Hamid mengatakan kempemimpinan Cak Imin menunjukan watak oligarkis dan nepotisme.

“Mba Yenny sudah mendengar berita-berita menyangkut dinamika internal PKB pasca dilangsungkannya Muscab serentak Tahun 2021 yang menimbulkan ketidakpuasan pengurus daerah. Dalam pandangan kami, PKB di bawah kepemimpinan Muhaimin Iskandar semakin menunjukkan watak oligarkis dan nepotisme yang tidak sehat bagi pengembangan demokrasi,” ujar Imron dalam keterangannya, Kamis (15/4/21).

Tags: Cak iminGus DurNahdlatul UlamaPKB
Previous Post

Kisah Sebelum Imam Bukhari Wafat

Next Post

Tebuireng di masa Kiai Wahid Hasyim

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Tebuireng di masa KH Wahid Hasyim

Tebuireng di masa Kiai Wahid Hasyim

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
  • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
  • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri
  • Manusia dalam Pancasila: Makhluk Monoplural yang Menyatu dalam Keberagaman
  • Menjadi Mandiri: Seni Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng