tebuireng.co – Arrazy soroti rumah tahfiz yang kemasukan faham Khawarij. Belakangan ini, kegiatan tahfiz Al-Qur’an seakan menjadi tren. Jika dahulu, tahfiz Al-Qur’an hanya dilaksanakan di pesantren-pesantren, kini tidak.
Banyak rumah-rumah tahfiz berdiri di pusat kota. Belum lagi, lembaga-lembaga formal yang memasukkan mata pelajaran tahfiz ke dalam kurikulumnya.
“Saya tidak menyalahkan rumah tahfiz. Namun, saya menyalahkan kalau rumah tahfiznya kemasukan (pemahaman khawarij),” jelas Buya Arrazy seperti dikutip dari akun youtube At-Tirfasy Channel.
Arrazy Hasyim bercerita, ada seorang anak dari salah seorang tetangga masjid menghafal Al-Qur’an di sebuah rumah tahfiz. Usianya masih berumur 9 tahun.
Satu kesempatan di bulan Ramadan, si anak mendapat surat dari madrasahnya untuk (latihan/praktik) ceramah/kultum di masjid tersebut. Namun, tidak disangka-sangka, anak itu berceramah dengan materi yang kurang cocok disampaikan di masjid tersebut.
“Apa isi kultumnya? Dari awal sampai akhir, (isi kultumnya) menyalahkan amalan di masjid itu,” ungkap Arrazy Hasyim.
Arrazy Hasyim soroti rumah tahfiz bukan tanpa alasan. Kemudian, Buya Arrazy juga mengisahkan pengalaman salah seorang gurunya. Satu ketika, sang guru kedatangan tamu.
Baca Juga: Menghafal Al-Qur’an karena beasiswa boleh?
Tamu tersebut adalah perwakilan dari salah satu gerakan rahasia tingkat dunia. Si tamu membeberkan informasi yang sungguh mengagetkan.
“Rumah-rumah tahfiz, ma’had-ma’had tahfiz yang tidak jelas sanadnya itu, itu proyeknya kami,” tutur Buya Arrazy Hasyim menirukan ucapan gurunya, sebagaimana sang guru dengar langsung dari gerakan rahasia itu.
Tujuan dari gerakan rahasia itu tidak lain adalah untuk mengadu domba para ulama yang berada di pesantren-pesantren dengan mereka yang juga menghafal Al-Qur’an namun hanya di bibir saja. Al-Qur’an yang mereka hafal tidak sampai merasuk ke dalam hati. Na’udzubillah.
Tidak hanya menyebutkan kasus, Buya Arrazy Hasyim juga memberikan solusi yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan. Yakni hendaknya para praktisi (pengelola) rumah tahfiz bersanad dalam Al-Qur’an. Sanad itu tidak saja dalam hal bacaan, namun juga dalam pemahaman.
Walhasil, meski menghafal Al-Qur’an adalah suatu kebaikan, namun ada hal yang tak kalah penting untuk diperhatikan sebelum menghafal. Yakni kepada siapa seseorang berguru. Pasalnya, setiap murid akan mewarisi ilmu, pemikiran, dan atau perilaku gurunya.