Agenda Wapres RI KH Ma’ruf Amin di Pondok Pesantren Tebuireng yaitu menghadiri acara Halal Bi Halal alumni Pesantren Tebuireng dan ziarah makam KH M Hasyim Asyari.
Ia menceritan kisah-kisahnya saat belajar di Pondok Pesantren Tebuireng. Orang nomor dua di Republik Indonesia pernah belajar di Madrasah Tsanwiyah dan Aliyah Salafiyah Syafi’iyah di Pesantren Tebuireng
Nostalgia tersebut disampaikannya saat menghadiri Halal Bi Halal dan Temu Alumni Nasional Ikatan Alumni Pesantren Tebuireng di lantai tiga Gedung Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng, Sabtu (04/06/2022).
“Saya sebagai salah seorang alumni Pesantren Tebuireng, saya menjadi teringat kembali waktu saya belajar di sini. Saya ingat betul jika pernah tinggal di dekat masjid, di pondok A, pindah ke pondok C, lalu ke pondok O,” jelasnya.
Kedatangan KH Ma’ruf Amin disambut Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz. Sebelum menghadiri acara Halal Bi Hala, KH Ma’ruf Amin terlebih dahulu ziarah ke makam keluarga Pesantren Tebuireng.
Agenda Wapres lainnya yaitu meninjau Rumah Sakit (RS) Hasyim Asy’ari, ziarah ke makam KH Bisri Syansuri lalu ke Universitas KH A Wahab Hasbullah dan ziarah makam pahlawan nasional KH Wahab Hasbullah di Tambakberas
“Saya muter-muter di Pesantren Tebuireng ini. Sangat menyenangkan dan banyak sekali nostalgia masa-masa ketika saya berada di pesantren, ini menjadi kenangan saya yang tidak pernah hilang,”katanya.
Baca Juga: Wapres Minta Guru NU Lahirkan Generasi Hebat
KH Ma’ruf Amin menambahkan, jika jabatannya saat ini sebagai Wakil Presiden ke-13 Republik Indonesia merupakan barakahnya menjadi santri pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari.
“Semua santri-santri yang di sini ada dapat berkahnya. Yang paling besar berkahnya cucunya Hadratussyaikh sendiri yaitu Gus Dur, bisa jadi presiden. Saya dapat berkah jadi wakil presiden. Padahal saya bukan santri terbaik Tebuireng,”ujarnya.
Menurutnya, keberkahan dari Pesantren Tebuireng dan KH M Hasyim Asy’ari juga mendatanginya dalam lain kesempatan sehingga masyarakat memilihnya menjadi Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Baginya, jabatan Rais Aam adalah sebuah amanah yang berat, karena yang menduduki sebelumnya bukanlah orang yang semberangan.
“Ketika saya terpilih jadi Rais Aam PBNU, saya merasa bahwa saya bukan orang yang pantas duduk di situ. Karena Rais Aam bukan semata-mata struktur kepengurusan. Ketika diminta jadi Rais Aam maka saya bilang jika saya hanya Rais Aam darurat saja,” imbuhnya.
Tokoh agama asal Banten ini menambahkan, sosok pendiri pesantren Tebuireng Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari adalah seorang pemikir besar. Sebagai seorang alim alamah, sebagai seorang syaikhul masyayikh, selain memberikan inspirasi juga memberikan juga uswah hasanah serta berkah.
Tokoh yang juga keturunan Syaikh Nawawi Al-Bantani ini menjelaskan ketika ia ditunjuk menjadi ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga karena berkah Hadratussyaikh Hasyim Asyari, sebab ia memiliki khususiyah yang tidak dimiliki orang lain.
“Banyak yang lebih alim dan baik dari saya. Hanya saya kebagian berkahnya. Saya berharap santri Tebuireng ada yang dapat berkahnya Tebuireng dengan menjadi pemimpin nasional presiden atau wakil presiden yang akan datang,”tandasnya.
Oleh: A Fikri