tebuireng.co – Ada yang unik ketika Buya Syafii Maarif wafat, meskipun hidup sebagai tokoh Muhammadiyah (MU), tapi makamnya banyak diziarahi warga Nahdlatul Ulama (NU). Seragam Ansor dan KOKAM menyatu di makam Buya Syafii Maarif.
Bertepatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2022, Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor dan Satuan Koordinasi Wilayah Banser Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ziarah ke makam Prof Dr Ahmad Syafii Maarif (Buya Syafii Maarif) di Kompleks Taman Makam Husnul Khotimah Muhammadiyah di Pedukuhan Dukuh Kalurahan Donomulyo Kapanewon Nanggulan, Rabu (1/06) malam.
Pemandangan indahnya, ratusan anggota KOKAM Muhammadiyah dan Banser Nahdlatul Ulama menggelar apel bersama dalam rangka Harlah Pancasila di area pemakaman Husnul Khatimah, kemudian dilanjutkan dengan ziarah di makam Buya Syafii Maarif. Pemandangan yang tampak adalah seragam ansor bersanding dengan KOKAM Muhammadiyah.
Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor, Muhammad Syaifuddin mengatakan, pihaknya berduka karena dua hal, secara fisik maupun sanad keilmuan. Di tangan almarhum dan karena akhlak baiknya, masalah-masalah bangsa bisa terselesaikan. Lewat organisasi Muhammadiyah, Buya Syafii membagikan pemikirannya.
“Kita berharap bisa melanjutkan apa yang menjadi keteladanan beliau. Tidak mudah kita mendapatkan sosok seperti beliau, dari segi pemikiran yang moderat maupun segi keagamaan,” katanya.
Tokoh NU yang ikut ziarah ke makam Buya Syafii Maarif adalah Zannuba Ariffah Chafsoh atau biasa disapa Yenny Wahid. Ia menyebut bahwa Buya Syafii merupakan sahabat ayahnya, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Persahabatan dua sosok cendekiawan muslim ini berdampak positif pada hubungan antara NU dengan Muhammadiyah.
“Kalau yang kenangan khusus adalah bahwa Buya Syafii bersama Gus Dur dulu sangat berkawan akrab, dan beliau berdua punya jasa sangat besar dalam mengakrabkan hubungan antara NU dan Muhammadiyah sehingga menjadi mesra, kompak guyub dan menjadi tiang penyangga negara dan bangsa yang kokoh,” katanya.
Baca Juga: Buya Syafii Maarif Miliki Indonesia
Yenny menambahkan keakraban antara Gus Dur dan Buya Syafii merupakan hal yang penting dalam upaya menjaga harmonisasi antara NU dan Muhammadiyah serta Indonesia.
“Karena kokohnya Indonesia apabila NU dan Muhammadiyah bersatu, dua organisasi Islam terbesar di Indonesia dan di dunia ini bisa bersama-sama memajukan derap langkah yang sama dalam berjuang untuk kepentingan bangsa dan negara,”ungkapnya.
Sementara itu, Komandan Kokam Muhammadiyah Kulonprogo, Upiya al-Hasan bangga dengan pemikiran dan kesederhanaan almarhum yang luar biasa, tawaran dari Presiden Jokowi dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata ditolaknya secara halus. AKhirnya tetap ditempatkan di Kompleks Taman Makam Husnul Khotimah
“Kita punya rasa yang sama, begitu kehilangan sosok yang sangat luar biasa seperti Buya Syafii Maarif, kalau di NU ada Gus Dur (Abdurrahman Wakhid-Red.). Atas nama Pimpinan Wilayah Kokam dan Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Yogyakarta, saya menyampaikan salam kepada sahabat Ansor dan Banser,” tandasnya