• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Fakhita, Cinta Pertama Rasulullah

Oleh: Thowiroh

Zainuddin Sugendal by Zainuddin Sugendal
2022-06-01
in Galeri, Keislaman, Kitab Kuning, Pendidikan, Pengajian, Tasawuf
0
Fakhita, Cinta Pertama Rasulullah

Fakhita, Cinta Pertama Rasulullah (Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co- Dalam Islam cinta bukanlah sesuatu yang diingkari keberadaannya karena cinta merupakan fitrah setiap makhluk hidup. Setiap orang pasti memiliki cinta pertama meski tidak semua orang ditakdirkan untuk bisa menghabiskan hidupnya atau menikah dengan cinta pertamanya.

Kisah cinta Rasulullah SAW pun juga demikian, sebelum menikah dengan Siti Khadijah, Rasulullah pernah menyukai Fakhita, putri dari pamannya yaitu Abu Thalib. Perempuan yang dijuluki Ummu Hani’ ini pernah dilamar dua kali oleh Rasullullah namun kedua-duanya ditolak.

Dalam kitab Tabaqat-nya, Ibnu Sa’ad menceritakan perihal kisah lamaran Rasulullah SAW yang ditolak oleh Abi Thalib. Bahwa Rasulullah pernah berkeinginan menikahi putri pamannya yang bernama Fakhita maka Rasulullah melamarnya. Namun di waktu yang bersamaan Fakhita juga dilamar oleh Hubairah bin Abi Wahb putra saudara ibu Abu Thalib yang berasal dari Bani Makhzum. Maka dengan beberapa pertimbangan Abu Thalib menikahkan putrinya dengan Hubairah dan menolak lamaran nabi.

Abu Thalib pun ditanya oleh nabi mengapa lamarannya ditolak. Abu Thalib menjawab dengan lembut: “Bahwa mereka telah menyerahkan putri mereka untuk kita nikah”. Maksud perkataan Abu Thalib tersebut adalah bahwa Ibunda Rasulullah SAW juga berasal dari suku yang sama dengan Hubairoh. Abu Thalib kemudian menjelaskan kembali kepada Rasulullah SAW, “Maka, seseorang yang baik haruslah membalas kebaikan yang sama dengan apa yang telah mereka berikan kepada kita”.

Pada akhirnya cinta dan asmara Rasulullah SAW bertepuk sebelah tangan, karena Ummu Hani akhirnya menikah dengan Hubairoh. Setelah menikah Fakhita dan Hubairah dikaruniai empat orang anak, di antaranya Amr, Ja’dah, Hani, dan Yusuf.

Pada usia ke 25 Rasulullah ditakdirkan menikah dengan Siti Khadijah, seorang wanita kaya dari suku Asad dan dikaruniai enam orang anak.

Dalam kitab Al-Ishobah dijelaskan bahwa setelah Nabi Muhammad Saw diangkat menjadi Rasul, dan terjadi peristiwa Fathu Makkah, banyak orang yang berbondong-bondong masuk Islam namun Hubairah, suami Fakhita tidak mau masuk Islam, bahkan Hubairoh melarikan diri keluar dari Makkah.

Mengutip dari Islami.co bahwa sepeninggal sang suami, Fakhita merawat dan mendidik anak-anaknya seorang diri. Karena itu Rasulullah berniat melamarnya sebagai istri agar anak-anaknya memiliki seorang ayah.

Lamaran Rasulullah SAW pun dimaksudkan untuk menghibur Ummu Hani. Karena, dari sisi usia Ummu Hani juga sudah mulai menua.

Namun, Fakhita menolak secara halus dengan menjawab, “Wahai Rasulullah, aku ini perempuan yang sudah tua dan memiliki banyak anak. Aku takut mereka menyakitimu.”

Rasulullah SAW pun mengerti dan mengurungkan niatnya. Namun, Beliau SAW menyanjung Fakhita dengan sebutan, “Sebaik-baik perempuan yang menanggung unta adalah yang paling sayang kepada anak-anaknya yang masih kecil dan yang paling bisa menjaga harta suaminya.”

Baca juga: Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad dan Faidah Kumandang Adzan

Tags: Fakhita
Previous Post

Amalan Melancarkan Rezeki dari Mbah Moen

Next Post

7 Kunci Sukses Mengelola Lembaga Pendidikan

Zainuddin Sugendal

Zainuddin Sugendal

Next Post
Harakah Manhajiyah Tebuirengiyah, Harakah Manhajiyah An-Nahdhiyah

7 Kunci Sukses Mengelola Lembaga Pendidikan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
  • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
  • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri
  • Manusia dalam Pancasila: Makhluk Monoplural yang Menyatu dalam Keberagaman
  • Menjadi Mandiri: Seni Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng