tebuireng.co– Isra’ Mi’raj merupakan bentuk kecintaan Allah Ta’ala pada kekasih-Nya, Nabi Muhammad Saw. Sebuah perjalanan melintasi berbagai dimensi waktu yang sangat mengagumkan di luar nalar batas logika manusia. Allah berfirman dalam al-Qur’an:
سُبۡحَٰنَ ٱلَّذِيٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلٗا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِي بَٰرَكۡنَا حَوۡلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنۡ ءَايَٰتِنَآۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari al-Masjidil Haram ke al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Isra’: 1)
Dalam periatiwa ini, Nabi Muhammad Saw memperoleh berbagai macam pengalaman dan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi kelengkapan dirinya, untuk mengemban tugas yang berat sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta. Peristiwa Isra’ Mi’raj ini sendiri terjadi ketika Nabi Muhammad berusia 50 tahun, atau 3 tahun sebelum peristiwa hijrah.
Latar belakang terjadinya peristiwa Isra’ Mi’raj, adalah sebagai salah satu bentuk kasih sayang dari Allah kepada Nabi Muhammad Saw dan sebagai bentuk hiburan untuk menghibur beliau, yang saat itu sedang berduka Karena ditinggal wafat beberapa orang yang beliau sayangi, seperti paman beliau, Abu Thalib & istri beliau, Sayyidah Khadijah radhiallahu‘anha. Peristiwa ini juga merupakan sebuah bukti, bahwa Nabi Muhammad Saw adalah hamba Allah yang paling mulia dan dicintai-Nya, karena tidak ada makhluk lain yang mendapat kemuliaan sebagaimana yang diperoleh oleh Nabi Muhammad pada peristiwa Isra’ Mi’raj.
Banyak sekali hikmah yang bisa diambil dari Isra’ Mi’raj ini, salah satunya adalah sebagai bukti dari Allah, bahwa Nabi Muhammad Saw adalah satu-satunya makhluk yang paling dekat dengan Allah, yang paling Allah cintai, dan yang paling istimewa dari seluruh makhluk-Nya. Akan tetapi hikmah sekaligus hadiah terbesar yang dibawa kembali oleh Nabi Muhammad Saw dari peristiwa ini adalah shalat.
Diriwayatkan bahwa sebenarnya Nabi Muhammad Saw sangat berat untuk kembali ke Bumi, karena besarnya nikmat dan anugrah yang Allah tampakkan dan berikan dalam peristiwa Isra’ Mi’raj ini. Maka untuk menghibur beliau, Allah berikan rasa dan kenikmatan yang beliau Nabi Muhammad Saw rasakan ketika peristiwa tersebut di dalam shalat. Sampai Nabi Muhammad Saw bersabda dalam salah satu haditsnya,
…وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ.
“Dan dijadikanlah penyejuk hatiku dalam shalat.”
Dan saking cintanya Nabi Muhammad Saw dengan shalat, beliau senantiasa menantikan datangnya waktu shalat. Sampai beliau biasa berkata,
قُمْ يَا بِلَالُ فَأَرِحْنَا بِالصَّلَاةِ
“Wahai Bilal, berdirilah. Nyamankanlah kami dengan shalat.”
Maka dari itu, mari kita jaga dan jadikan shalat sebagai kecintaan dan penyejuk hati kita, sebagaimana yang dirasakan oleh Rasulullah Saw, karena shalat ini adalah mi’raj-nya orang beriman ( الصلاة معراج المؤمن ).
Faidah Kumandang Adzan
Adzan termasuk ibadah mulia yang paling besar manfaatnya bagi orang banyak. Bagaimana tidak? Muadzin berjasa mengingatkan orang lupa, membangunkan orang tidur, dan memberi tahu orang yang sedang beraktivitas dan santai kalau waktu shalat sudah tiba.
Saking besarnya manfaat adzan ini, Allah SWT memberi ganjaran berupa ampunan dosa dan pahala yang sangat besar bagi orang yang mengumandangkannya. Rasulullah Saw bersabda,
المؤذنون أطول الناس أعناقا يوم القيامة
“Muadzin adalah orang yang paling panjang lehernya di akhirat kelak.” (HR. Ibnu Majah)
Makna dari panjangnya leher muadzin di hari kiamat kelak ialah : “Mereka tidak akan tenggelem dengan air keringat, sebagaimana yang dialami manusia saat itu.”
Maka bersyukurlah bagi kita yang mendapatkan amanah menjadi muadzin, karena itu merupakan salah satu anugrah yang sangat besar dari Allah.
Oleh: Ustadz Wildan, Majlis Dalailul Khoirot Himmatu Fata
Baca juga: Pembatasan Volume Toa Menurut Kitab Kuning