tebuireng.co – Amalan melancarkan rezeki dari Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) ini cukup ringan yaitu membaca Yaa Lathiif.
Amalan melancarkan rezeki tersebut yaitu membaca zikir Asma al-Husna “Yaa Lathiif ( يالطيف )” sebanyak 129 kali setelah salat fardlu. Kemudian diteruskan dengan membaca doa satu kali, sebagai berikut:
اللَّهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ
“Allahu lathiifun bi’ibaadihi yarzuqu man yasyaa-u wahuwal qawii-yul ‘aziiz.”
Artinya:
Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya, Dia memberi rezeki, kepada siapa yang di kehendaki-Nya, dan Dialah Yang Maha Kuat, lagi Maha
Perkasa.” (QS. Asy-Syuura: 19).
Selanjutnya, seseorang yang membaca amalan mempelancar rezeki dari Mbah Moen ini membaca doa lagi yang berbunyi:
اَللَّهُمَّ اِنِّيْ أَسْأَلُكَ رِزْقًا حَلَالًا كَثِيْرًا طَيِّبًا
“Allahumma inni as’aluka rizqan halalan katsiran thoiyiban.”
Artinya : “Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepada Engkau rezeki yang halal, banyak, dan bersih.”
Dengan amalan zikir dan doa untuk mempermudah mendapatkan rezeki.
Amalan agar rezeki lancar ini sebagai usaha atau ihtiar bathin, tetapi tetap berusaha lahir atau kerja nyata, bisa berbisnis atau dengan bekerja layaknya orang pada umumnya.
Baca Juga: Ijazah Pelancar Rezeki dari Gus Baha
Usaha dalam segala untuk mendapat sebuah hasil itu wajib. Ikhtiar merupakan upaya bebas untuk mencari jalan yang terbaik. Tetapi hasil dari usaha itu sendiri merupakan sebuah keputusan Allah secara mutlak.
Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, pertama, segala bentuk ikhtiar harus diniatkan semata karena menjalankan syariat.
Kedua, hasil dari segala bentuk upaya mesti diserahkan hanya kepada Allah. Allah pasti memberikan yang layak bagi usaha hamba-Nya.
Kewajiban ikhtiar dan kepasrahan hati kepada Allah merupakan titik keseimbangan antara kemampuan dan keterbatasan manusia.
Ajaran ahlussunah ini menempatkan manusia dalam kodratnya. Manusia didorong untuk memaksimalkan kemampuan pada dirinya di satu segi. Di lain segi, manusia juga dipaksa menyadari keterbatasan dirinya.
Dengan demikian, ia menjadi optimis dalam kehidupan. Di lain sisi, ia juga tidak menyombongkan diri atas segala kemampuannya. Dari situ, ia telah menjalankan kewajiban ikhtiar tanpa mengesampingkan kehadiran Allah dalam dirinya.
Kagem Mbah Kiai Maimoen Zubair Lahul Fatihah