• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Tasawuf Abad 21 dalam Kacamata Gus Baha

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2021-07-16
in Keislaman, News, Pesantren, Tasawuf
0
Tasawuf Abad 21 dalam Kacamata Gus Baha'

Tasawuf Abad 21 dalam Kacamata Gus Baha (Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Tasawuf merupakan bagian dari syariat Islam (perwujudan dari ihsan), yang merupakan salah satu dari tiga kerangka ajaran Islam yang lain, yakni iman dan Islam.

Tasawuf menawarkan solusi dengan spiritualisasi ritualnya dengan doktrin-doktrin khusus dan hebat. Doktrin tersebut oleh kelompok tertentu pada periode sufi lama, memahami dan memakai metode pengasingan diri secara ekstrem, yakni pengingkaran dunia secara ekstrem dan cenderung pasif terhadap interaksi sosial.

Ini sangat berbeda dengan yang ditawarkan KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha). Baginya, seseorang yang taubat dari pekerjaan lama yang mengandung banyak madlarat tidak harus pergi totalitas dari hal tersebut. Namun, seharusnya mewarnai pekerjaan lama dengan nuansa baru yang lebih maslahah.

Gus Baha begitu santai menjelaskan makna hidup dan cara bersosialisasi di tengah masyarakat. Gus Baha adalah sebuah fenomena langka yang tidak bisa ditiru oleh kebanyakan orang. Keluasan wawasan Gus Baha membuat sesuatu yang sulit untuk dijelaskan menjadi lebih mudah dan mengena. Seperti materi tasawuf dari kitab Al-Hikam berubah menjadi tidak berbelit-belit. Kekuatannya terletak pada kemampuannya dalam menguasai berbagai disiplin ilmu terkhusus ilmu Alquran beserta tafsirnya dan ilmu fikih dengan segudang referensi. Sehingga tak mengherankan bila ia begitu menguasai teks dan konteks dari setiap permasalahan.

Kemahirannya dalam menjelaskan tasawuf ini menarik perhatian generasi muda. Hal ini terlihat dari masifnya youtuber muda yang menjadikan Gus Baha sebagi icon utama. Tidak hanya itu, kajiannya berkaitan dengan tasawuf juga populer di facebook dan instagram yang mayoritas dikelola oleh generasi milenial.Tasawuf yang selama ini dikenal kajian khusus orang tua dan sulit dipahami. Oleh karenanya, pemikiran segar ala Gus Baha harus terus dipublikasikan lewat berbagai jalur, buku semisalnya.

Layaknya seorang pendekar yang sudah mahir, Gus Baha bisa dikatakan berhasil mengembalikan tasawuf ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Seperti awal-awal Islam masuk ke Nusantara dulu. Pemikiran Gus Baha memiliki afinitas yang kuat dengan tasawuf.

Latar belakang pemikiran neo-sufisme Gus Baha mempunyai kontinuitas dengan para ulama tasawuf besar di zaman dahulu. Karena dalam menyampaikan pendapat, Gus Baha’ mengambil dari kitab induk seperti Al-Hikam dan Ihya’ Ulumuddin.

Dipilihnya neo-sufisme Gus Baha disebabkan pemikiran neo-sufisme ini sangat relevan dengan sosiokultur bangsa Indonesia yang sebagian besar adalah penganut sunni, selain itu pemikiran neo-sufisme ini sangat relevan dengan dinamika pemikiran yang berkembang saat ini. Alhasil, masyarakat tidak sulit untuk menerima. Tujuanya membumikan tasawuf di abad 21, memberikan alternatif baru dalam model bertasawuf dan memudahkan masyarakat dalam belajar tasawuf.

Menganalisis makna dengan alur pemikiran Gus Baha yang terdapat pada beberapa kajian ilmiahnya di youtube kajian Islam dan lainnya. Usaha ini untuk mengungkap secara jelas pandanganya tentang neo-sufisme Gus Baha.

Implikasi dari pemikiran Gus Baha menghendaki umat Islam meningkatkan ilmu pengetahuan dan tidak melupakan sanad dalam beragama demi kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia yang paling Muslim. Karena setiap mengaji, hampir selalu membawa kitab atau mengambil dari sumber utama.

Secara ringkas, sumbangan penyegaran pemikiran neo-sufisme Gus Baha bagi pemikiran dan kehidupan tasawuf mengandung lima subtansi dasar yaitu sufisme sebagai ijtihad, sufisme sebagai gerakan moral, sufisme sebagai esoterik Islam, doktrin integrasi tasawuf dengan syariah, dan doktrin relavansi tasawuf dengan modernitas (abad 21).

Tags: Gus BahaPesantrenSantriTasawuf
Previous Post

Dorong Santri Garap Bisnis Properti, NU Circle Gelar Pelatihan di Tebuireng

Next Post

Tiga Tingkatan Hamba Menuju Allah, Apa itu?

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Tiga Tingkatan Hamba Menuju Allah, Apa Itu

Tiga Tingkatan Hamba Menuju Allah, Apa itu?

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Jalanan dan Kaitannya dengan Karakter
  • Santri Ikuti Seleksi CBT MQKN 2025, Tujuh Kode Ujian Catat Skor Sempurna
  • Serangan Iran Dinilai Jadi Babak Baru dalam Sejarah Israel
  • Ferry Irwandi: Logical Fallacy Argumen Gus Ulil
  • Gus Ulil Sebut Platform X sebagai Medan Penting dalam Perang Narasi Global

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng