• About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Toko >>
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Toko >>
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Toko >>
LSPT
Home News Tebuireng

Seratus Tahun NU, Lalu Apa?

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2023-02-06
in Tebuireng
1 0
0
Seratus Tahun NU, Lalu Apa

Gus Ipang menyampaikan pesan tentang seratus tahun NU (Foto: Syarif)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp
LSPT

tebuireng.co – Seratus tahun Nahdlatul Ulama (NU), lalu apa? Salah satu wujud syukur kepada yang Maha Kuasa yaitu merenung kembali anugerah besar berupa umur panjang.

Seratus Tahun bukan lah waktu yang sebentar, apalagi bagi sebuah organisasi. Melewati berbagai zaman dengan beragam permasalahan membutuhkan sebuah sebuah perjuangan dan adaptasi luar biasa.

Bagi NU, 100 tahun kiprahnya menjadikan NU sebagai salah satu pilar penting bagi republik ini. Satu Abad NU, sudah banyak hal yang dilakukan NU hingga saat ini.

Sebut saja peran para pendiri NU khususnya Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari saat mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad melawan penjajah yang kemudian dikenal dengan Hari Pahlawan.

Peran NU pun berlanjut hingga periode kemerdekaan dengan masuknya KH A Wahid Hasyim sebagai salah satu anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dalam mempersiapkan kemerdekaan dan dasar negara Republik Indonesia.

Kini, peran NU dengan tiga prinsip dasarnya yang sangat relevan bagi kehidupan berbangsa di negeri ini, tawasuth (moderat), tasamuh (toleran) dan tawazun (seimbang, proporsional) menjadikan NU sebagai penyeimbang sekaligus ‘garda kebangsaan’ di Indonesia.

Satu Abad kelahiran NU kini dirayakan secara megah di seantero negeri. Mulai dari pemberian gelar, aktivitas jalan sehat, hingga acara puncak Resepsi Harlah 1 Abad NU di Gelanggang Olah Raga (GOR) Sidoarjo. Perhelatan yang sangat membanggakan.

Namun, di balik semua seremoni ini, tergelitik pertanyaan mendasar: Apa sih arti keberadaan 100 tahun NU bagi Indonesia?

Baik bagi jam’iyah NU sendiri maupun bagi negara ini secara keseluruhan. Apakah NU sudah cukup menjadi agregator penggerak kesejahteraan masyarakat?

Ajaran dari Mbah Hasyim (sebutan bagi Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari) tentang “Mencintai agamamu juga harus dibarengi dengan mencintai Negaramu” adalah ajaran yang sangat kekinian dan relevan.

Apalagi, dengan melihat banyaknya jam’iyah NU yang menurut sebuah studi jumlahnya sepertiga penduduk negeri ini. Luar biasa banyak. Artinya, semakin sejahtera rakyat Indonesia, semakin sejahtera pula jam’iyah NU.

Sebaliknya, semakin NU bisa berkontribusi mensejahterakan jam’iyahnya, maka otomatis akan mengangkat kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Sebagai ilustrasi pembanding, kita coba lihat studi kasus dengan Korea Selatan. Di tahun 1972, Indonesia dan Korea Selatan memiliki angka pendapatan per kapita yang kurang lebih sama di kisaran $240.

50 tahun berlalu, Indonesia mencapai pendapatan per kapita di angka $4,000. Sementara Korea Selatan melesat jauh, naik lebih dari delapan kali lipat lebih yang dimiliki oleh Indonesia, di angka $35,000.

Korea Selatan hanya butuh waktu 16 tahun untuk berada di level per kapita $4,000 sementara Indonesia perlu 50 tahun.

Salah satu yang membuat kenaikan kesejahteraan ekonomi Korsel secara signifikan adalah inovasi yang berkelanjutan.

Dari mulai industrialisasi hingga K-Pop yang mampu menaikkan industri kreatif Korea Selatan hingga terkenal ke seantero dunia.

Itulah motor penggerak ekonomi mereka dengan strateginya berupa investasi pendidikan yang berbasis industri. Baik manufaktur maupun industri kreatif.

Lantas apa hubungannya dengan NU?

Berangkat dari studi yang menunjukkan setidaknya 30% penduduk Indonesia adalah warga NU, maka upaya menciptakan masyarakat NU yang produktif akan turut mengoptimalkan bonus demografi yang akan terjadi.

Proses yang paling mendasar adalah melalui pendidikan. Hal inilah yang seharusnya menjadi fundamental seiring perayaan 1 Abad NU.

Bagaimana NU bisa berperan dalam melahirkan generasi-generasi produktif yang bisa mensejahterakan warganya.

Layaknya Korea Selatan dengan K-Pop nya, NU mungkin bisa menghadirkan driver ekonomi yang baru dalam bentuk santri-santri yang produktif.

Salah satu contohnya dengan melahirkan program seperti “1 Juta Santripreneur”. Pesantren sejatinya turut menjadi penghasil lulusan yang produktif sesuai dengan kebutuhan zaman.

Santri yang tidak hanya paham tentang ilmu agama, melainkan juga ilmu kewirausahaan, ilmu kemasyarakatan, ilmu pendidikan, dan ilmu yang berbasiskan Information and Technology (IT).

Pesantren juga selayaknya melek digital dan relevan dengan perkembangan zaman. Dengan menguasai literasi digital, maka dakwah kebangsaan yang amplifikatif sesuai yang diinginkan founding fathers NU akan lebih mudah terwujud. 

Intinya, NU berpotensi besar melakukan revolusi mindset dalam melahirkan pemuda yang produktif.

Karena namanya revolusi, maka sifatnya harus strategik dengan program yang tidak bisa parsial, tapi mesti fundamental dan komprehensif. Tentu saja dengan dukungan pemerintah selaku regulator di negeri ini.

Contoh paling mudah adalah dengan mewajibkan seluruh pesantren untuk memiliki program ekstrakurikuler yang outputnya bisa menghasilkan santri yang produktif dan mampu menjadi agen perubahan di masyarakat. Bukan hanya untuk bidang ke-”akheratan”, tapi juga “keduniawian”.

Dengan munculnya lulusan yang produktif dan modern ini, diharapkan akan mampu mendrive ekonomi Indonesia.

Terlebih Indonesia dalam periode 2022 hingga 2035 akan mengalami bonus demografi, yang artinya akan membuat jumlah tenaga kerja usia produktif akan lebih banyak dibanding yang tidak produktif (70% versus 30%).

Sehingga, optimalisasi bonus demografi dengan lulusan santri NU yang mumpuni akan menjadi sangat fundamental dan krusial.

Sudah barang tentu, tidak perlu dibahas terlalu panjang bahwa dalam Islam tidak melulu perkara syariah, tetapi juga muamalah.

Islam tidak hanya sekadar mengatur hubungan hamba dengan Tuhan (hablumminallah), tapi juga sesama mahluk (hablumminannas). Kita sudah fasih berdiskusi ini.

Namun, yang menarik adalah Firman Allah SWT dalam surat Surat Ar-Ra’d: 11:

{ لَهُۥ مُعَقِّبَـٰتࣱ مِّنۢ بَیۡنِ یَدَیۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهِۦ یَحۡفَظُونَهُۥ مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا یُغَیِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ یُغَیِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ وَإِذَاۤ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوۡمࣲ سُوۤءࣰا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ }

Dalam kalimat Innallaha yughayyiru maa biqoumin hatta yughoiyiru maa bi anfusihim.

Dalam kalimat tersebut salah satu makna yang jelas tersirat adalah perintah Allah untuk ikhtiar. Berubah menjadi lebih baik, dalam segi apapun, termasuk kualitas hidup baik itu mikro maupun secara makro.

Sebagai pengingat, bonus demografi ini tidak akan berarti tanpa landasan pendidikan yang kuat. NU yang membawahi hampir 30.000 pesantren dengan jutaan lulusannya sangat berpotensi menjadi driver perubahan.

Kalau kita gagal dalam mengoptimalkan bonus demografi ini, maka kita berpotensi memasuki fase aging society, yaitu fase dimana masyarakatnya kebanyakan tua, tidak produktif dan berpotensi tidak sejahtera.

Inilah kesempatan kita untuk mengkaji ulang eksistensi satu abad NU. Jika selama ini kontribusi besar diarahkan kepada sektor agama, sosial, dan politik, kini sudah saatnya NU juga melahirkan generasi produktif di bidang lainnya dengan segala terobosannya.

Generasi yang bisa menjadi motor penggerak yang membuat rakyat Indonesia lebih sejahtera.

Selamat merayakan 1 abad berdirinya NU. Kembali ke pertanyaan mendasar: Apakah cukup adanya NU hanya dengan mengangkat tiga prinsip dasar moderat, toleran dan penyeimbangnya?

Atau jangan-jangan kita ada yang terlupa, sibuk dengan perayaan seremonial, tapi melupakan adanya potensi besar NU lainnya? Maju terus NU ku.

Oleh: Ipang Wahid, Pendiri Tebuireng Initiatives

Tags: 1 Abad NUAnugerah Satu Abad NUGus DurGus IpangGus Ipang WahidGus SholahKH. M. Hasyim Asy’ariMenuju 1 Abad NUNahdlatul UlamaTebuireng
Previous Post

Alma Esbeye, Suaranya dalam Musik Padang Pasir

Next Post

Katib ‘Aam PBNU Beri Ijazah Niat Menghadiri Resepsi 1 Abad NU

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Katib Aam PBNU Beri Ijazah Niat Menghadiri Resepsi 1 Abad NU

Katib 'Aam PBNU Beri Ijazah Niat Menghadiri Resepsi 1 Abad NU

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

  • Profil Ringkas Ning Jazil, Istri Gus Kautsar

    Profil Ringkas Ning Jazil, Istri Gus Kautsar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ribath Nouraniyah, Rumah Aswajanya Buya Arrazy Hasyim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Hadis Riwayah dan Dirayah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Perjalanan Rumah Tangga Buya Arrazy

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ratibul Haddad dan Segala Khasiat Membacanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyambut Ramadan dengan hati gembira adalah perintah dari agama Islam. Semerbak hawa Ramadan mulai menyeruak tercium, pertanda bulan yang penuh keberkahan ini akan segera tiba. Bak seorang permaisuri yang ditunggu kedatangannya banyak sekali orang yang bersiap diri untuk menyambutnya.

Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa tradisi yang cukup unik dalam menyambut bulan Ramadan, seperti tradisi Megengan di Jawa Timur, Nyadran di Jawa Tengah, Pacu Jalur di Riau, Suru Maca di Sulawesi dan sebagainya.

Pada dasarnya, esensi dari berbagai macam tradisi penyambutan bulan Ramadan ini adalah melakukan kegiatan-kegiatan positif dengan penuh sukacita sebab datangnya bulan Ramadan.

Dalam sebuah riwayat disebutkan cara Rasulullah menyambut Ramadan dengan hati gembira dan memperbanyak puasa, tidak pernah nabi berpuasa lebih banyak daripada bulan Sya’ban selain bulan Ramadan:

لم يكن النبي صلى الله عليه وسلم يصوم شهرا أكثر من شعبان – البخاري

Hal ini dilakukan oleh Nabi Muhammad dalam rangka mempersiapkan diri untuk menyambut bulan Ramadan.

Selengkapnya baca di www.tebuireng.co atau klik link di bio.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #ramadan #ramadhan2023 #menyambutramadhan #tradisi #indonesia #keislaman #islam
  • Tradisi dalam menyambut datangnya bulan Ramadan di berbagai wilayah di Indonesia begitu beragam sesuai dengan corak dan budaya yang terkandung di daerah masing-masing.
Namun, pada umumnya semua tradisi tersebut dilaksanakan atas dasar rasa syukur kepada Allah karena telah diberi kesempatan bertemu kembali dengan bulan yang mulia yakni bulan Ramadan.

Selengkapnya baca di www.tebuireng.co atau klik link di bio.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #ramadan #syaban #bulansuciramadhan #tradisi #indonesia
  • "Kita tidak akan bisa di titik mana pun tanpa restu dari orang tua kita", kata Gus Ipang Wahid setelah memberikan sebuah kejutan untuk Nyai Farida Salahuddin Wahid saat mengisi acara di Pondok Pesantren Amanatul Ummah.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #santritebuireng #nahdlatululama #nahdliyin #1abadnu #gussholah #ipangwahid #amanatulummah #reels #instagram #ibu
  • Sulthonul Auliya
  • Cara menghilangkan depresi menurut al-Balkhi ada dua jenis, yaitu eksternal dan internal. Al-Balkhi merupakan ulama-ilmuwan Islam yang menguasai banyak bidang keilmuan.

Nama lengkap al-Balkhi adalah Abu Zaid Ahmad bin Sahal al-Balkhi. Ia lahir di kota Balkh, sekarang dikenal dengan Afghanistan pada tahun 849 Masehi dan wafat pada tahun 934 Masehi.

Salah satu karyanya yang monumental dalam bidang keilmuan psikologi adalah Mashalihul Abdan Wal Anfus. Bukunya, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan oleh Ariel Achmad Pramudya dengan judul “Kitab Kesehatan Mental” yang juga menyelipkan karya Ibnu Sina dengan judul terjemahan “Resep Bahagia”.

Dalam bukunya, al-Balkhi menyebutkan empat macam gejala yang bisa mengganggu mental; sedih, takut, panik, dan depresi. Empat macam gejala ini, selain menyiksa jiwa pengidapnya juga memiliki potensi terhadap kerja organ tubuh menjadi tidak maksimal apabila berlebihan.

“Ketika mental seseorang terganggu, kesehatan fisik tak membuatnya bahagia, hari-harinya suram, dan hidupnya tak lagi indah” (al-Balkhi; 07). Bisa jadi, dalam fase-fase tersebut, selera makan menjadi tidak normal, tidurnya tidak nyenyak, dan beragam keanehan-keanehan fisik lainnya.

Selengkapnya baca di www.tebuireng.co atau klik link di bio.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #keislaman #islam #mentalhealth #kesehatanmental #milenial
  • Cara melancarkan rezeki menurut Gus Kautsar cukup sederhana dan bisa dilakukan oleh siapapun secara istikamah setiap hari. Amalan melancarkan rezeki tersebut berupa membaca surah Al-Waqi’ah tiap setelah Ashar.

“Saya itu dari kecil sudah diberi nasihat oleh ayah, kalau kamu sedikit enak hidupnya di dunia, jangan lupa setelah salat ashar menimal membaca Al-Waqi’ah sebanyak tiga kali,” katanya.

Gus Kautsar mengatakan jika dirinya merasa aneh ketika ada santri yang kesulitan dalam bab ekonomi karena usaha yang dilakukan terus gagal. Sebagai hamba Allah, seorang santri memang dituntut berusaha dhohir.

Namun, seorang santri juga harus mengiringi usaha dhohir tersebut dengan doa dan amalan melancarkan rezeki. Agar apa yang dilakuakn diberikan keberkahan oleh Allah Swt.

Selengkapnya baca di www.tebuireng.co atau klik link di bio.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #amalan #keislaman #islam #guskautsar #alfalahploso #guskautsarploso #syaban
  • "Sesungguhnya para malaikat membentangkan sayapnya untukmu saat engkau berjalan dan ikan-ikan di laut memintakan ampunan bagimu manakala engkau berusaha menuntut ilmu." -Imam Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah

Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di www.tebuireng.co atau klik link di bio.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #santritebuireng #nahdlatululama #nu #nahdliyin #imamghazali #quotes #kitab #kitabkuning
  • Keluarga besar Tebuireng Initiatives mengucapkan selamat hari perempuan internasional.

Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di www.tebuireng.co atau klik link di bio.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #santritebuireng #indonesia #perempuan #perempuanindonesia #perempuanhebat #internationalwomensday #hariperempuaninternasional
  • إِنَّا لِلَّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Segenap keluarga besar Tebuireng Initiatives turut berdukacita atas wafatnya Ikranagara (Seniman dan Pemeran
Hadratussyaikh KH M. Hasyim Asy’ari dalam film ‘Sang Kiai’).

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #nahdlatululama #nahdliyin #santri #duka #tokoh #indonesia #filmindonesia #laskarpelangi
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Toko >>

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist