• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Sebuah Pengantar tentang Orientalisme dalam Kacamata Islam

tebuireng.co by tebuireng.co
2024-05-06
in Keislaman, Resensi
0
Sebuah Pengantar tentang Orientalisme dalam Kacamata Islam

Buku terjemahan dari Al-Istisyroq wa Al-Mustasyriquun karya Dr Musthafa As-Siba’iy.

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Ada salah satu buku yang dapat dijadikan sebagai sebuah pengantar tentang orientalisme dalam kacamata Islam. Buku ini pun dapat dijadikan yang pertama dalam menekuni disiplin keilmuan ini.

Orientalisme (orientalism) berasal dari kata orient (dunia timur) dan ism (ilmu atau ajaran). Orientalisme merupakan ilmu tentang “ketimuran”. Dapat diartikan, orientalisme adalah disiplin keilmuan Barat yang mencakup studi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan masyarakat dunia Timur. Orientalis sendiri adalah orang-orang yang mengkaji studi tentang “ketimuran” tersebut.

Sedangkan yang dimaksud “dunia Timur” di sini adalah bagian dunia yang dianggap oleh bangsa Barat sebagai bangsa yang terletak di sebelah timur Benua Eropa. Bangsa Barat membagi dunia Timur ke dalam tiga bagian: Timur Dekat, Timur Tengah, dan Timur Jauh.

Pengertian dunia Timur (orient) ini di kemudian hari mengalami penyempitan menjadi dunia Islam saja. Sehingga, hari ini orientalisme banyak dikenal sebagai studi tentang Islam yang dilakukan oleh kalangan bangsa Barat.

Al-Istisyroq wa Al-Mustasyriquun; Maa Lahum wa Maa ‘Alaihim

Banyak buku yang telah membahas orientalisme. Namun, buku karya Dr Musthafa As-Siba’iy dengan judul Al-Istisyroq wa Al-Mustasyriquun; Maa Lahum wa Maa ‘Alaihim dapat dijadikan buku pertama pembaca dalam menekuni salah satu disiplin keilmuan barat ini. Bahasanya yang lugas, serta diramu dengan isi dan pemahaman yang padat menjadikan pembaca mudah mengenal apa itu orientalisme dan siapa para kaum orientalis nantinya.

Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Sikap Para Orientalis terhadap Islam. Buku Dr As-Siba’iy ini terdiri dari 12 bab, termasuk pembukaan dan penutup. Urutan bab dalam buku ini adalah:

1. Muqaddimah (Pembukaan)

2. Al-Istisyroq wa Al-Mustasyriqiin  (Orientalisme dan Kaum Orientalis)

3. Tarikh Al-Istisyroq (Sejarah Orientalisme)

4. Maidan Al-Istisyroq (Lapangan Orientalisme)

5. Dawafi’ Al-Istisyroq (Dorongan-Dorongan Orientalisme)

6. Ahdaf Al-Istisyroq wa Wasaailuh (Tujuan-Tujuan Orientalisme)

7. Wasaail Al-Mustasyriqiin li Tahqiiq Ahdaafihim (Sarana Orientalis)

8. Aham Al-Majallat allati Yashduruunaha (Majalah-Majalah Penting yang Diterbitkan Kaum Orientalis)

9. Asma’ Akhtor Al-Mustasyriqiin Al-Ma’aashiriin wa Ahammu Kutubihim (Tokoh-Tokoh Orientalis Paling Berbahaya dan Buku-Buku Penting Mereka)

10. Mawaazin Al-Bahs ‘an Al-Mustasyriqiin (Tolak Ukur Pembahasan Kaum Orientalis)

11. Ma’a Al-Mustasyriqiin fii Eropa (Temu Langsung dengan Kaum Orientalis di Eropa)

12. Khotimah Al-Bahs (Penutup)

Dalam buku ini, Dr As-Siba’iy lebih banyak menampilkan pengalamannya bersama Kaum Orientalis. Ia juga mengungkapkan pemikiran-pemikiran mereka dengan disertai jawaban langsung dari dirinya sendiri di akhir. Hal ini menjadi kelebihan buku ini karena dapat menyebutkan argumen-argumen menyesatkan dari kaum orientalis, tapi kemudian ditentang langsung dengan fakta-fakta kebenaran yang dikemukakan oleh Dr As-Siba’iy.

Dalam penutupnya, Dr As-Siba’iy mencoba mengungkapkan pada pembaca agar tidak mudah tertipu dengan argumen-argumen yang dilontarkan kaum orientalis tentang Islam. Perhatiandari Dr As-Siba’iy ini datang dari pengalaman langsung dirinya ketika menelaah literatur-literatur yang ditulis oleh orientalis atau saat berdiskusi langsung dengan mereka. Ia menuliskan:

“وبهذا الدأب المتواصل عند علمائهم، والتفرغ الكامل له، والرغبة الاستعمارية والدينية التي ألمحت إليها، استطاعوا أن ينظموا الحديث عن ثقافتنا تنظيماً بهر أبصار (مثقفينا) واستولى على ألبابهم، وخاصة عندما قارنوا بين أسلوبهم وبين أسلوب كتبنا العلمية القديمة، فاندفعوا إلى الاقتباس من كتب المستشرقين معجبين بعلمهم وسعة اطلاعهم”

Artinya: “Dengan ketekunan yang kontinu dari para orientalis, dedikasi totalitas mereka, serta dorongan kolonial dan agama yang mereka tunjukkan, mereka berhasil menyusun pembahasan tentang budaya kita dengan cara yang memesona dan menyilaukan pandangan para intelektual kita sendiri. Terutama ketika orientalis membandingkan gaya karya ilmiah barat dengan karya ilmiah klasik milik kita. Hal ini mendorong ketertarikan cendekiawan kita untuk mengutip karya-karya orientalis dengan perasaan kagum terhadap pengetahuan dan wawasan luas yang para orientalis tampilkan.”

“ظانين أنهم لا يقولون إلا الحق، وأنهم (فيما خالفوا فيه الحقائق المقررة عندنا) أصح حكماً، وأصوب رأياً؛ لأنهم يسيرون وفق منهج علمي دقيق لا يحيدون عنه .ومن هنا نشأت الثقة ببحوث هؤلاء الغربيين والاعتماد على آرائهم”

Artinya: “(Dengan kurangnya kehati-hatian) Para cendekiawan kita tadi juga beranggapan bahwa orientalis pasti akan mengatakan kebenaran semata, dan percaya bahwa argumen orientalis merupakan pendapat yang paling kuat dan pandangan yang paling benar (padahal, argumen-argumen orientalis tersebut bertentangan dengan fakta-fakta yang telah dirumuskan dan ditetapkan oleh kita); dari sini, kepercayaan pada penelitian para sarjana Barat (orientalis) dan ketergantungan pada pendapat-pendapat mereka mulai bermunculan.”

Akhirnya, dengan adanya buku ini para pembaca dapat mengetahui lebih jauh salah satu disiplin ilmu Barat, yakni orientalisme, serta mengenal lebih dekat tokoh-tokoh orientalis beserta pemikiran mereka mengenai Islam. Sehingga dengan tujuan tersebut, dapat membuka mata para pembaca agar tidak mudah terperangah dan tertipu pada argumen-argumen yang mereka utarakan nantinya.

Penulis: Syifa’ Q

Editor: Ikhsan Nur Ramadhan

Baca Juga: Guru Gembul Kritik Kitab Ta’lim Muta’allim

Previous Post

Anjuran Istri Berhias untuk Suami, Ini Manfaatnya

Next Post

Terobosan Baru, Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis RSP-PU

tebuireng.co

tebuireng.co

tebuireng.co adalah Media Tebuireng Initiatives yang bertujuan untuk meneruskan cita-cita besar Gus Sholah dan para masyayikh tebuireng

Next Post
Terobosan Baru, Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis RSP-PU

Terobosan Baru, Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis RSP-PU

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Lima Prinsip Dasar Menjaga Lingkungan Menurut Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi
  • Buka MQK 2025, Menag Dorong Eksplorasi Turats untuk Pelestarian Lingkungan
  • Erick Thohir: Sport Tourism Memiliki Peran Vital Pembangunan Bangsa
  • Menag Salurkan Bantuan ke Pesantren Al Khoziny dan Pastikan Pencegahan Kejadian Serupa
  • Buku-buku yang Pernah Dilarang di Indonesia

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng