Ada salah satu buku yang dapat dijadikan sebagai sebuah pengantar tentang orientalisme dalam kacamata Islam. Buku ini pun dapat dijadikan yang pertama dalam menekuni disiplin keilmuan ini.
Orientalisme (orientalism) berasal dari kata orient (dunia timur) dan ism (ilmu atau ajaran). Orientalisme merupakan ilmu tentang “ketimuran”. Dapat diartikan, orientalisme adalah disiplin keilmuan Barat yang mencakup studi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan masyarakat dunia Timur. Orientalis sendiri adalah orang-orang yang mengkaji studi tentang “ketimuran” tersebut.
Sedangkan yang dimaksud “dunia Timur” di sini adalah bagian dunia yang dianggap oleh bangsa Barat sebagai bangsa yang terletak di sebelah timur Benua Eropa. Bangsa Barat membagi dunia Timur ke dalam tiga bagian: Timur Dekat, Timur Tengah, dan Timur Jauh.
Pengertian dunia Timur (orient) ini di kemudian hari mengalami penyempitan menjadi dunia Islam saja. Sehingga, hari ini orientalisme banyak dikenal sebagai studi tentang Islam yang dilakukan oleh kalangan bangsa Barat.
Al-Istisyroq wa Al-Mustasyriquun; Maa Lahum wa Maa ‘Alaihim
Banyak buku yang telah membahas orientalisme. Namun, buku karya Dr Musthafa As-Siba’iy dengan judul Al-Istisyroq wa Al-Mustasyriquun; Maa Lahum wa Maa ‘Alaihim dapat dijadikan buku pertama pembaca dalam menekuni salah satu disiplin keilmuan barat ini. Bahasanya yang lugas, serta diramu dengan isi dan pemahaman yang padat menjadikan pembaca mudah mengenal apa itu orientalisme dan siapa para kaum orientalis nantinya.
Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Sikap Para Orientalis terhadap Islam. Buku Dr As-Siba’iy ini terdiri dari 12 bab, termasuk pembukaan dan penutup. Urutan bab dalam buku ini adalah:
1. Muqaddimah (Pembukaan)
2. Al-Istisyroq wa Al-Mustasyriqiin (Orientalisme dan Kaum Orientalis)
3. Tarikh Al-Istisyroq (Sejarah Orientalisme)
4. Maidan Al-Istisyroq (Lapangan Orientalisme)
5. Dawafi’ Al-Istisyroq (Dorongan-Dorongan Orientalisme)
6. Ahdaf Al-Istisyroq wa Wasaailuh (Tujuan-Tujuan Orientalisme)
7. Wasaail Al-Mustasyriqiin li Tahqiiq Ahdaafihim (Sarana Orientalis)
8. Aham Al-Majallat allati Yashduruunaha (Majalah-Majalah Penting yang Diterbitkan Kaum Orientalis)
9. Asma’ Akhtor Al-Mustasyriqiin Al-Ma’aashiriin wa Ahammu Kutubihim (Tokoh-Tokoh Orientalis Paling Berbahaya dan Buku-Buku Penting Mereka)
10. Mawaazin Al-Bahs ‘an Al-Mustasyriqiin (Tolak Ukur Pembahasan Kaum Orientalis)
11. Ma’a Al-Mustasyriqiin fii Eropa (Temu Langsung dengan Kaum Orientalis di Eropa)
12. Khotimah Al-Bahs (Penutup)
Dalam buku ini, Dr As-Siba’iy lebih banyak menampilkan pengalamannya bersama Kaum Orientalis. Ia juga mengungkapkan pemikiran-pemikiran mereka dengan disertai jawaban langsung dari dirinya sendiri di akhir. Hal ini menjadi kelebihan buku ini karena dapat menyebutkan argumen-argumen menyesatkan dari kaum orientalis, tapi kemudian ditentang langsung dengan fakta-fakta kebenaran yang dikemukakan oleh Dr As-Siba’iy.
Dalam penutupnya, Dr As-Siba’iy mencoba mengungkapkan pada pembaca agar tidak mudah tertipu dengan argumen-argumen yang dilontarkan kaum orientalis tentang Islam. Perhatiandari Dr As-Siba’iy ini datang dari pengalaman langsung dirinya ketika menelaah literatur-literatur yang ditulis oleh orientalis atau saat berdiskusi langsung dengan mereka. Ia menuliskan:
“وبهذا الدأب المتواصل عند علمائهم، والتفرغ الكامل له، والرغبة الاستعمارية والدينية التي ألمحت إليها، استطاعوا أن ينظموا الحديث عن ثقافتنا تنظيماً بهر أبصار (مثقفينا) واستولى على ألبابهم، وخاصة عندما قارنوا بين أسلوبهم وبين أسلوب كتبنا العلمية القديمة، فاندفعوا إلى الاقتباس من كتب المستشرقين معجبين بعلمهم وسعة اطلاعهم”
Artinya: “Dengan ketekunan yang kontinu dari para orientalis, dedikasi totalitas mereka, serta dorongan kolonial dan agama yang mereka tunjukkan, mereka berhasil menyusun pembahasan tentang budaya kita dengan cara yang memesona dan menyilaukan pandangan para intelektual kita sendiri. Terutama ketika orientalis membandingkan gaya karya ilmiah barat dengan karya ilmiah klasik milik kita. Hal ini mendorong ketertarikan cendekiawan kita untuk mengutip karya-karya orientalis dengan perasaan kagum terhadap pengetahuan dan wawasan luas yang para orientalis tampilkan.”
“ظانين أنهم لا يقولون إلا الحق، وأنهم (فيما خالفوا فيه الحقائق المقررة عندنا) أصح حكماً، وأصوب رأياً؛ لأنهم يسيرون وفق منهج علمي دقيق لا يحيدون عنه .ومن هنا نشأت الثقة ببحوث هؤلاء الغربيين والاعتماد على آرائهم”
Artinya: “(Dengan kurangnya kehati-hatian) Para cendekiawan kita tadi juga beranggapan bahwa orientalis pasti akan mengatakan kebenaran semata, dan percaya bahwa argumen orientalis merupakan pendapat yang paling kuat dan pandangan yang paling benar (padahal, argumen-argumen orientalis tersebut bertentangan dengan fakta-fakta yang telah dirumuskan dan ditetapkan oleh kita); dari sini, kepercayaan pada penelitian para sarjana Barat (orientalis) dan ketergantungan pada pendapat-pendapat mereka mulai bermunculan.”
Akhirnya, dengan adanya buku ini para pembaca dapat mengetahui lebih jauh salah satu disiplin ilmu Barat, yakni orientalisme, serta mengenal lebih dekat tokoh-tokoh orientalis beserta pemikiran mereka mengenai Islam. Sehingga dengan tujuan tersebut, dapat membuka mata para pembaca agar tidak mudah terperangah dan tertipu pada argumen-argumen yang mereka utarakan nantinya.
Penulis: Syifa’ Q
Editor: Ikhsan Nur Ramadhan
Baca Juga: Guru Gembul Kritik Kitab Ta’lim Muta’allim