• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Saat Jepang Sadar Pengaruh Kuat KH. Hasyim Asy’ari

Zainuddin Sugendal by Zainuddin Sugendal
2021-07-08
in Kebangsaan, Kiai, Pancasila, Pendidikan
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Sejak tahun 1900, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari sudah meneruh perhatian besar dalam pengajaran dan pendidikan umat di Indonesia. Dengan ikhlas, Kiai Hasyim mendidik dan mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan terutama bidang Agama kepada siapa pun yang membutuhkan.

Menurut Akarhanaf (hlm 30) Pemerintah Jepang, saat melakukan pencatatan terhadap jumlah kiai-kiai dan  ulama yang pernah menjadi santri Kiai Hasyim Asy’ari, diketahui semuanya berjumlah 20.000 orang kiai yang tersebar di berbagai daerah.

Kiai Hasyim Asy’ari kemudian dikenal sebagai Bapak Umat Islam Indonesia, perjuangan beliau sebagai pencetak budi dan pembangun jiwa bangsa tidak terbatas pada kalangan pesantren saja, tidak pula hanya khusus kalangan internal organisasi Nahdlatul Ulama saja tetapi meluas ke berbagai unsur kebangsaan.

Kiai Hasyim seorang ulama yang disegani dan dihormati oleh semua kalangan umat Islam. Beliau bukan hanya sebagai Rois Akbar NU, tetapi juga Rois Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), juga ketua Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).

Di dalam organisasi MIAI dan Masyumi terdapat berbagai kelompok organisasi umat Islam Indonesia seperti NU, Muhammadiyah, PSII, Persis, Perti, Al-Irsyad, dan lain-lain. Kedudukan beliau sebagai ketua Majelis Syuro menunjukkan betapa besar pengaruh beliau bagi umat Islam di Indonesia.

Begitu pula pengaruh beliau dirasakan ketika Jepang menjajah Indonesia. Pada mulanya Kiai Hasyim Asy’ari mendapat perlakuan represif. Militer Jepang menahan Kiai Hasyim karena menolak melakukan seikerei, yaitu kewajiban berbaris dan membungkukkan badan ke arah Tokyo setiap pukul 07.00 pagi, sebagai simbol penghormatan kepada Kaisar Hirohito titisan Dewa Matahari (Amaterasu Omikami).

Tentara Jepang juga mewajibkan Seikerei kepada seluruh warga di wilayah jajahannya, setiap kali bertemu atau lewat di depan tentara Jepang.

Kiai Hasyim menolak aturan tersebut. Sebab keyakinan hanya Allah saja yang wajib dan patut disembah, bukan manusia. Akibatnya, beliau ditangkap dan dipenjarakan secara berpindah-pindah, mulai dari penjara Jombang, kemudian penjara Mojokerto, terakhir ke penjara Bubutan, Surabaya.

Baca juga : Abdul Hamid Ono, Perwira Pembuka Diplomasi Tebuireng–Jepang

Selama dalam masa penahanan, Kiai Hasyim mengalami banyak penyiksaan fisik sehingga tulang-tulang jari tangan kanannya patah tidak dapat digerakkan.

Tentara Jepang akhirnya membebaskan Kiai Hasyim setelah 4 bulan ditahan. Hal itu lantaran banyaknya protes dari para kiai dan santri yang semakin hari semakin bertambah jumlahnya, termasuk upaya yang dilakukan Kiai Wahid Hasyim dan Kiai Wahab Hasbullah melalui seorang perwira muslim Jepang, yang melakukan diplomasi dengan Saiko Sikikan di Jakarta.

Melihat pengaruh Kiai Hasyim Asy’ari yang begitu kuat di masyarakat, Jepang sadar kemudian membebaskan beliau dari tahanan bahkan mengangkat beliau menjadi Shumubu, kementerian urusan agama dalam pemerintahan Jepang, yang diwakilkan  putera beliau, Kiai Wahid Hasyim.

Tags: KH Hasyim As'ariNahdlatul UlamaTentara Jepang
Previous Post

Ibu Gubernur Bukan Kacang Lupa Akan Kulitnya

Next Post

Meng-NU-kan Orang NU

Zainuddin Sugendal

Zainuddin Sugendal

Next Post
Meng-NU-kan Orang NU

Meng-NU-kan Orang NU

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
  • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
  • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri
  • Manusia dalam Pancasila: Makhluk Monoplural yang Menyatu dalam Keberagaman
  • Menjadi Mandiri: Seni Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng