• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Pilih Dzikir Lirih atau Keras, Ini Saran dari Gus Baha

tebuireng.co by tebuireng.co
2025-02-12
in Galeri, Keislaman
0
Pilih Dzikir Lirih atau Keras, Ini Saran dari Gus Baha. (Ist)

Pilih Dzikir Lirih atau Keras, Ini Saran dari Gus Baha. (Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Pengasuh Pesantren Tahfidz Qur’an LP3IA Narukan, Rembang, KH Ahmad Bahauddin atau Gus Baha menyarankan umat muslim ketika dzikir kepada Allah untuk tidak terlalu keras maupun terlalu pelan atau lirih.

Hal tersebut disampaikannya ketika Khotmil Kitab Bukhari di Pondok Pesantren Darul Qur’an Nurul Abidin Kudus, Jawa Tengah, Senin (27/01/2025).

“Cuma dalam masalah ini, perlu kita ketahui bahwa malaikat itu bukan Tuhan dan tidak memiliki kemampuan seperti Tuhan yang bisa mendengar tanpa batasan. Namun, malaikat pencatatat amal baik bisa kesulitan juga mencatat kalau terlalu pelan atau lirih ketika wiridan,”katanya.

Menurut Gus Baha, permasalahan wiridan ini pernah terjadi para sahabat Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Kedua sahabat tersebut punya gaya dzikir kepada Allah yang bertolak belakang.

Abu Bakar memiliki cara, kalau wiridan itu lirih atau pelan. Lalu dipanggil nabi dan bertanya apakah benar informasi kalau Abu Bakar wiridan dengan pelan, maksudnya bagaimana? Lalu Abu Bakar menjawab, yang ia sebutkan itu adalah Allah. Tanpa ia sebut pun, Allah sudah mendengar apa maksudnya.

“Jadi begini, malaikat Raqib-Atid ketika mendengar suara wiridan lirih seperti Abu Bakar juga kesulitan mengetahui apa yang dibaca,” imbuh Gus Baha.

Sementara itu, Umar bin Khattab punya kebiasaan wiridan dengan lantang. Kemudian juga ditanya oleh nabi terkait alasannya wiridan dengan lantang. Umar bin Khattab menjawab itu adalah cara agar dirinya tetap wiridan tanpa rasa ngantuk dan semangat.

“Robbi jidni ilman nafia. Dalam masalah sosial, ilmu kita itu harus diperbarui terus. Kadang yang kita kira tahu itu, ternyata masih sisi lainnya. Kalau masalah ibadah, sudah ada pakemnya. Karena masalah sosial itu bisa diperdebatkan seperti suara dalam wiridan,” tegas Gus Baha.

Lalu nabi Muhammad memberikan saran kepada Abu Bakar untuk menaikkan sedikit suaranya ketika wiridan. Biar malaikat enak menulisnya. Kepada Umar bin Khattab, nabi berpesan untuk tidak terlalu keras. Sehingga menurunkan suaranya sedikit.

Menurut Gus Baha, inilah namanya ilmu, di awal keduanya terlihat baik-baik saja, tujuan juga baik, tapi yang mendengarkan bukan hanya Allah, juga ada malaikat pencatatat amal yang tidak memiliki kemampuan seperti Allah.

Sebagai makhluk, malaikat belum tentu bisa mendengar semua, ini bisa dilihat dalam kisah Nabi Yunus yang wiridan di dalam perut ikan di tengah laut yang suaranya tidak jelas didengar malaikat.

“Kasus Nabi Yunus. Malaikat lalu lapor Allah, bahwa ia mendengar ada orang yang menyebut nama Allah cuma tidak jelas siapa yang berdzikir tersebut dan kalimatnya apa,” tutupnya.

Penulis: Syarif Abdurrahman

Editor: Thowiroh

Baca juga: Cara Menyambut Ramadan menurut Prof Quraish dan Gus Baha

Previous Post

Benarkah Stress Pemicu Sumber Penyakit? Ini Penjelasannya

Next Post

Tingkatkan Kesadaran Lingkungan, Muslimat NU Luncurkan Program Mustika Darling

tebuireng.co

tebuireng.co

tebuireng.co adalah Media Tebuireng Initiatives yang bertujuan untuk meneruskan cita-cita besar Gus Sholah dan para masyayikh tebuireng

Next Post
Tingkatkan Kesadaran Lingkungan, Muslimat NU Luncurkan Program Mustika Darling.(Ist)

Tingkatkan Kesadaran Lingkungan, Muslimat NU Luncurkan Program Mustika Darling

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
  • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
  • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri
  • Manusia dalam Pancasila: Makhluk Monoplural yang Menyatu dalam Keberagaman
  • Menjadi Mandiri: Seni Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng