• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Melihat Kunjungan Jokowi ke Kanjuruhan

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2022-10-06
in News
0
Melihat Kunjungan Jokowi ke Kanjuruhan

Melihat Kunjungan Jokowi ke Kanjuruhan (ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co – Tulisan dari Farid Gaban ini mengajak kita melihat kunjungan Jokowi ke Kanjuruhan pasca tragedi yang menewaskan ratusan suporter Arema. Dugaan kuatnya peristiwa nahas itu terjadi pasca Polisi menembakkan gas air mata.

Sebelum berkunjung ke Malang, Presiden Jokowi mengatakan ingin tahu “akar masalah” mengapa Insiden Kanjuruhan begitu banyak memakan korban.

Di Malang, ia mengujungi Stadion Kanjuruhan. Apa kesimpulan yang ia temukan?

“Pintu stadion kecil dan sebagian terkunci. Tangganya curam,” kata Presiden Jokowi di depan kamera Metro TV. “Itu yang menimbulkan banyak korban.”

Kita sudah lama tahu reputasi Presiden Jokowi yang sangat peduli pada detil (micro-management). Masih ingat dia masuk gorong-gorong?

Kita juga sudah lama tahu obsesinya kepada infrastruktur fisik. Namun, statement di atas benar-benar sangat mengecewakan di tengah duka mendalam warga Aremania Malang.

Jika pintu dan tangga stadion menjadi akar masalah, solusi logisnya adalah membangun stadion baru dengan pintu lebih besar, selalu terbuka dan landai tangganya. Lalu soal akan selesai, tapi dalam mimpi.

Melihat masalah dengan lensa mikro kadang menyesatkan pemahaman kita pada soal yang lebih besar dan mendasar, apalagi jika kita cuma melihat hal fisik. Atau Presiden Jokowi memang sengaja sedang mengecilkan masalah, untuk menghindari solusi substansial dan struktural dalam kapasitasnya sebagai presiden?

Presiden Jokowi nampak menghindari fakta bahwa polisi menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton. Itulah pangkal masalahnya.

Pintu kecil dan tangga curam tak masalah jika orang tidak berebut keluar stadion. Orang berebut keluar karena tak tahan paparan gas air mata. Berdesakan di ruang sempit, kurang oksigen, saling sikut atau injak, itulah yang mematikan. Orang Inggris mengatakan stampede.

Dalam kondisi normal, di ruang terbuka, gas air mata tidak mematikan. Gas ini cuma bikin mata pedih dan sesak nafas. Polisi yang sering menghadapi demonstran tahu, gas air mata paling efektif membubarkan kerumunan massa atau memaksa orang keluar dari persembunyian.

Menyemprot gas air mata itu ibarat menyemprot asap ke lubang tikus, agar tikus keluar untuk bisa digebah, ditangkap atau dibunuh. Hal pertama yang harus dipertanyakan Presiden Jokowi adalah apakah polisi paham kondisi pintu dan tangga sebelum menembakkan gas air mata ke kerumunan?

Jika polisi tahu kondisi pintu dan tangga tapi tetap menembakkan gas air mata, jelas itu keteledoran yang mematikan. Itu perkara sangat serius ketika menewaskan 130 lebih orang, menjadikannya salah satu tragedi sepakbola paling buruk di dunia.

Tragedi Kanjuruhan bukan tentang infrastruktur fisik pintu dan tangga, tapi tentang watak dan kapasitas manusia orang-orang yang memegang senjata, bahkan jika itu cuma pelontar gas air mata.

Jika polisi lapangan tak tahu dampak gas air mata terhadap kerumunan di ruang tertutup, kita sedang menghadapi problem serius sistem kepolisian. Apalagi jika tahu tapi tak peduli nyawa orang.

Oleh: Farid Gaban

Tags: MalangPresiden JokowiTragedi stadion kanjuruhan
Previous Post

Biografi KR Sumomihardho Parakan

Next Post

Kisah KH Yusuf Masyhar, Pendiri Pesantren MQ Tebuireng

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Kisah KH Yusuf Masyhar, Pendiri Pesantren MQ Tebuireng

Kisah KH Yusuf Masyhar, Pendiri Pesantren MQ Tebuireng

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Mubeng Beteng, Tradisi Masyarakat Yogyakarta Memasuki Bulan Muharam
  • Jalanan dan Kaitannya dengan Karakter
  • Santri Ikuti Seleksi CBT MQKN 2025, Tujuh Kode Ujian Catat Skor Sempurna
  • Serangan Iran Dinilai Jadi Babak Baru dalam Sejarah Israel
  • Ferry Irwandi: Logical Fallacy Argumen Gus Ulil

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng