tebuireng.co – Tragedi Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang menarik perhatian Budayawan Cak Nun atau Emha Ainun Najib. Ia meminta tim independen yang dipimpin oleh Menko Polhukam Mahfud MD untuk bisa meyakinkan masyarakat bahwa timnya memang benar-benar independen dan bukan perwakilan Polisi Republik Indonesia.
“Dengan bahasa yang entah bagaimana, Pak mahfud harus bisa meyakin masyarakat kalau independent,” katanya.
Menurutnya, tim independen menjadi harapan banyak orang, khususnya keluarga korban. Harapan terselesainya tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan orang ini digantungkan ke tim independen.
“Karena kalau Polisi tidak mungkin, punya potensi salah juga, masak memimpin penyelidikan. Itu tidak baik buat preseden hukum nasional,” Cak Nun.
Cak Nun juga meminta Kepolisian Republik Indonesia melakukan diskusi dengan judul “mawas diri” pasca tragedi Kanjuruhan, Malang pada 01 Oktober 2022.
Hal ini dikarenakan kejadian di Kanjuruhan judulnya bukan tawuran antara Aremania dan Bonek. Namun, kenapa banyak nyawa yang melayang sia-sia.
Diskusi tersebut supaya kejadian serupa tidak terulang kembali. Selain itu, ia juga meminta penyidikan mendalam. Karena seharusnya gas air mata untuk perang dan aksi terorisme.
“Polisi perlu membudayakan mawas diri, ini bukan tawuran supporter. Kok banyak orang mati. Perlu diskusi mendalam judul mawas diri. Ini perlu penyedikan mendalam. Dokter harus bicara. Harus ada pembenahan. Gas air mata itu untuk apa?,” jelasnya.
Kata Cak Nun, Kepolisian Republik Indonesia dalam menangani kasus ini harus bicara objektif dan bijaksana. Sehingga tidak menimbulkan kegaduhan dan merugikan Polisi sendiri.
“Meminta pihak kepolisian khususnya di wilayah Jawa Timur untuk menyampaikan sesuatu yang obyektif dan bijaksana terkait tragedi Kanjuruhan, Kabupaten Malang,” pintanya.
Hal ini dikarenakan Polisi di wilayah Jawa Timur mewakili lembaga Kepolisian RI secara lembaga. Sebuah instansi pengamanan secara nasional. Harus bersikap objektif, terutama bagi pimpinan Polisi dari tingkat Polsek, Polres, Polda dan Polri.
“Jangan sampai pihak Polisi memberikan pernyataan tidak obyektif dan bijaksana. Apalagi ada akun Polsek bilang modar. Ini bisa mempersulit Kepolisian RI. Sehingga bisa jadi bumerang bagi Polisi,” tegas Cak Nun
Cak Nun menambahkan, pesan selanjutnya yaitu agar tidak ada masyarakat “maling teriak maling” kepada Polisi. Misalnya mengatakan gas air mata, seolah-olah keracunan massal.
Saat ini informasi masih simpang siur, belum ada kepastian jumlah korban wafat. Oleh karenanya, semua pihak harus bisa menahan diri.
“Kita info tentang korban saja belum jelas. Ada yang seratus, ada yang dua ratus. Cuma pola pikir yang kita gunakan yaitu, jangan kan ratusan, orang dua saja sebuah tragedi kemanusian,” tandas tokoh asal Jombang ini.