• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Lomba Pacu Jalur Viral, Ini Sejarahnya

Oleh: Thowiroh

tebuireng.co by tebuireng.co
2023-08-30
in Galeri, Seni & Budaya
0
Lomba Pacu Jalur Viral, Ini Sejarahnya

Lomba Pacu Jalur. Foto: kuansing.go.id

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Lomba pacu jalur merupakan salah satu lomba yang viral di media sosial. Hal ini karena pacu jalur nampak sebagai lomba yang menarik dan menantang.

Pada perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia (HUT RI), beberapa platform media sosial seperti Tiktok banyak menampilkan konten beragama macam lomba yang sedang dilaksanakan masyarakat dalam merayakan HUT RI dan lomba pacu jalur adalah salah satunya yang viral. Bahkan banyak diantara warganet turut membuat konten parodi lomba pacu jalur dengan menggunakan properti seadanya seperti kursi, sapu dan lain-lain.

Dalam sejarahnya, pacu jalur lahir pada abad ke -17 dari tradisi masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi. Tepatnya warga desa rantau Kuantan yang biasa menggunakan jalur sebagai alat transportasi utama dalam menyeberangi sungai.

Karena belum berkembangnya transportasi darat pada saat itu, jalur akhirnya menjadi satu-satunya alat yang dimiliki dan bisa digunakan untuk menyeberangi sungai Kuantan yang terletak antara Kecamatan Hulu Kuantan hingga Kecamatan Cerenti.

Selain untuk mengangkut penumpang, keberadaan jalur sangat bermanfaat untuk mengangkut hasil bumi masyarakat disana seperti pisang dan tebu.

Seiring perkembangan zaman, jalur kemudian dimodifikasi. Keberadaan jalur tidak hanya berfungsi sebagai alat transportasi namun juga sebagai penanda identitas sosial. Masyarakat mulai memodifikasi jalur dengan memberi ukiran seperti ukiran kepala ular, buaya, atau harimau. Bahkan perlengkapan dalam jalur pun ditambah payung, tali-temali, selendang, tiang tengah  serta lambai-lambai. Hal inilah yang menjadi penanda identitas sosial karena jalur-jalur tersebut hanya dimiliki oleh penguasa wilayah dan bangsawan,

Setelah beberapa tahun kemudian, masyarakat kembali melihat sisi menarik dari jalur yakni kecepatan jalur. Akhirnya, masyarakat di desa sekitar sungai Kuantan menggelar lomba adu kecepatan antar jalur yang hingga saat ini dikenal dengan nama Pacu Jalur.

Lomba pacu jalur menjadi lomba yang sangat meriah yang bisa dihadiri oleh banyak penonton bahkan kerap membuat lalu lintas macet dan tidak bisa beroperasi. Pada awalnya lomba ini hanya diadakan untuk memperingati hari besar Islam. Namun, seiring perkembangan zaman, akhirnya Pacu Jalur diadakan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Sehingga lomba pacu jalur dikenal ada setiap bulan Agustus tiba.

Selain  disukai masyarakat lokal, pelaksanaan lomba pacu jalur  juga dimanfaatkan Pemerintah Provinsi Riau untuk menarik wisatawan nusantara maupun mancanegara untuk berkunjung ke Riau, khususnya di Kabupaten Kuantan Singingi.

Perlombaan ini bisa dilakukan oleh 50-60 orang sebagai anak pacu (pendayung) tergantung dari panjang perahu yang digunakan. Hadiah yang diberikan kepada pemenang bisa mencapai ratusan juta.

Kini, lomba pacu jalur yang lahir dari kebudayaan masyarakat provisi Riau mulai dikenal oleh masyarakat luas di seluruh indonesia setelah muncul dan viralnya lomba tersebut di platform media sosial utamanya Tiktok.

Baca juga: Sejarah Latto Latto, Asal USA Hingga Viral

Tags: Kabupaten Kuantan SingingiLomba Pacu Jalur
Previous Post

Memilih Lembaga Pendidikan

Next Post

Nadiem Makarim Jelaskan Kebijakan Aturan Penulisan Skripsi

tebuireng.co

tebuireng.co

tebuireng.co adalah Media Tebuireng Initiatives yang bertujuan untuk meneruskan cita-cita besar Gus Sholah dan para masyayikh tebuireng

Next Post
Nadiem Makarim Jelaskan Kebijakan Aturan Penulisan Skripsi

Nadiem Makarim Jelaskan Kebijakan Aturan Penulisan Skripsi

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, Teladan Nasionalisme dan Religiusitas Bangsa
  • Kuatkan Pilar Bacaan Al-Qur’an, Umda Jombang Gelar Penguatan Tahsin Tilawah
  • Kisah Raja al-Mudzaffar, Penguasa Irbil yang Pertama Kali Rayakan Maulid Nabi
  • Makna Rabiul Awal, Bulan Lahir Nabi
  • Yusron Aminulloh Dorong Gerakan Literasi sebagai Fondasi Pembangunan Jombang

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng