• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Kisah Lelaki Ahli Puasa, Diziarahi Nabi Muhammad

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2022-06-27
in Fiqih
0
Kisah Lelaki Ahli Puasa, Diziarahi Nabi Muhammad

Kisah Lelaki Ahli Puasa, Diziarahi Nabi Muhammad (ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co – Kisah lelaki ahli puasa, diziarahi Nabi Muhammad diceritakan dalam kitab An-Nawadir karya Syaikh Syihabuddin Ahmad ibn Salamah al-Qalyubi.

Diceritakan bahwa Abu Yusuf Ya’qub bin Yusuf memiliki seorang sahabat. Ia terkenal sebagai seorang yang wara’ dan takwa, meski orang-orang mengenal sahabat karibnya itu sebagai orang fasik dan pendosa.

Sudah 20 tahun Abu Yusuf melakukan tawaf di sekitar Ka’bah bersamanya. Tidak seperti Abu Yusuf yang berpuasa terus menerus, sahabatnya ini melakukan sehari puasa sehari berbuka. Memasuki bulan Dzulhijjah, sahabat Abu Yusuf ini menunaikan puasa secara sempurna, yakni puasa 10 hari di bulan Dzulhijjah.

Kendati ia berada di Padang Sahara yang tandus. Bersama Abu Yusuf, ia masuk Kota Thurthus dan menetap di sana untuk beberapa lama. Di tempat gersang inilah, persisnya di sebuah kawasan reruntuhan bangunan, ia wafat tanpa seorang pun yang tahu kecuali Abu Yusuf.

Abu Yusuf pun keluar mencari kain kafan. Alangkah kagetnya tatkala dirinya kembali. Ia menyaksikan kerumunan orang berkunjung, mengafani, sekaligus menyalati jenazah sahabatnya tersebut di tempat yang semula tak berpenghuni.

Karena begitu ramainya, Abu Yusuf sampai tak bisa memasuki reruntuhan bangunan itu. Para pelayat menyebut-nyebut karibnya sebagai orang yang zuhud dan termasuk dari kekasih Allah (waliyullah).

“Subhanallah, siapa yang mengumumkan kematiannya hingga orang-orang berbondong-bondong bertakziah, menyalati, dan menangisi kepergiannya?” tanya Abu Yusuf.

Setelah melalui perjuangan keras, Abu Yusuf akhirnya berhasil menghampiri jenazah sahabatnya tersebut dan terperanjat saat melihat kain kafan yang tak biasa.

Pada kain itu tercantum tulisan berwarna hijau:

هذا جزاء من آثر رضا الله على رضا نفسه وأحب لقاءنا فأحببنا لقاءه

“Inilah balasan orang yang mengutamakan ridha Allah daripada ridhanya sendiri. Orang yang rindu menemui-Ku dan karenanya Aku pun rindu menemuinya”.

Kisah lelaki ahli puasa ini semakin berkesan karena diziarahi Nabi Muhammad. Selepas melaksanakan salat jenazah dan mengebumikannya, rasa kantuk berat menghampiri Abu Yusuf hingga akhirnya tertidur.

Dalam mimpinya Abu Yusuf menyaksikan sahabatnya yang ahli puasa tersebut menunggang kuda dan berpakaian serba hijau dengan sebuah bendera di tangannya.

Di belakangnya, ada seorang pemuda tampan berbau harum. Di belakang pemuda ini, ada dua orang tua, diikuti lagi satu orang tua dan satu pemuda. “Siapa mereka?” tanya Abu Yusuf.

“Pemuda tampan itu adalah Nabi kita Muhammad Saw. Dua orang tua itu adalah Sayyidina Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma.

Sementara orang tua dan pemuda itu adalah Sayyidina Utsman dan Ali,” jawab sahabat Abu Yusuf.

“Dan akulah pemegang bendera di depan mereka,” kata sahabatnya dalam mimpi itu.

“Hendak ke manakah mereka?” tanya Abu Yusuf.

“Mereka ingin menziarahiku.”

Abu Yusuf pun kagum, “Bagaimana kau bisa mendapatkan kemuliaan semacam ini?”

“Sebab aku memprioritaskan ridha Allah Ta’ala dibanding ridha diriku sendiri dan aku berpuasa pada 10 hari Dzulhijjah,” jawab sahabatnya.

Abu Yusuf pun terbangun dari tidurnya. Lalu sejak itu ia tak pernah meninggalkan amalan puasa itu hingga akhir hayat.

Tags: DzulhijjahDzulqo'dahpuasa
Previous Post

Alasan Gus Dur Suka Silaturrahim

Next Post

Belajar Kehidupan dari Nabi Adam, Bapak Manusia

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Belajar Kehidupan dari Nabi Adam, Bapak Manusia

Belajar Kehidupan dari Nabi Adam, Bapak Manusia

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
  • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
  • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri
  • Manusia dalam Pancasila: Makhluk Monoplural yang Menyatu dalam Keberagaman
  • Menjadi Mandiri: Seni Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng