• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Kemuliaan Seorang Penggembala Kambing

Zainuddin Sugendal by Zainuddin Sugendal
2022-01-20
in Galeri, Keislaman, Kiai, Kolom Pakar, Pendidikan, Pengajian, Tasawuf
0
Cara Islam Memperlakukan Pekerja

Cara Islam Memperlakukan Pekerja (ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co– Menyebut penggembala kambing maka orang akan memberikan konotasi sebagai pekerjaan yang tidak terlalu terhormat dan apalagi mulia.  Pekerjaan sebagai penggembala kambing tidak memerlukan persyaratan yang sulit dipenuhi, misalnya harus berlatar belakang pendidikan dan kualitas karakter tertentu, ketrampilan yang tinggi, dan lain-lain. Siapa saja, asalkan mau dengan upah rendah,  boleh menjadi penggembala kambing.

Jenis pekerjaan yang tidak memerlukan persyaratan dan berpenghasilan terbatas itu menjadikan penggembala kambing dianggap  berstatus sosial rendah. Jika seseorang melakukan sesuatu yang kurang pantas, miskin, dan bahkan bodoh, maka seringkali disebut seperti penggembala kambing. Tentu, seseorang  yang diberi  sebutan seperti itu biasanya juga tidak  suka, karena merasa direndahkan dan atau dihina.      

Namun anehnya, penggembala kambing juga ada yang  dijadikan sebagai contoh terhadap orang yang menyandang kemuliaan oleh karena mampu menjaga amanah. Dikisahkan Umar bin Khotob pernah menemui seorang anak kecil  sebagai penggembala kambing di padang pasir.  Bertemu penggembala itu, Khalifah ingin membeli seekor kambingnya. Tawaran itu ternyata ditolak oleh karena, dia bukan pemiliknya sehingga tidak merasa berhak mengambil keputusan apapun, semisal menjual,  kecuali hanya merawatnya.

Baca juga: Ketika Agama Menyelesaikan Masalah

Mendengar penolakan dan sekaligus alasan yang dikemukakan oleh  penggembala itu, Umar berkilah,  bahwa tuannya tidak akan mengetahui apapun tentang kejadian itu. Andaikan ia tahu, maka bisa diberi alasan bahwa kambing dimaksud dicuri oleh srigala. Selain itu, jumlah kambingnya sedemikian banyak, pemiliknya tidak akan peduli.  Ternyata argumen yang diajarkan oleh  orang yang gagah  berani dan sebenarnya adalah seorang yang amat mulia itu, ditolak dengan alasan bahwa benarnya tuannya tidak akan tahu, tetapi  Dzat Yang Maha Kuasa, pasti  akan mengetahui.

Tentang kebenaran  kisah dimaksud  tidak banyak orang yang mengkritisi, tetapi memang memiliki nilai pendidikan yang amat  tinggi. Sekedar sebagai seorang penggembala kambing di padang pasir ternyata mampu menjaga amanah. Anak kecil yang menyandang status sosial rendah itu memiliki kejujuran yang luar biasa. Keimanannya kepada Tuhan mampu mengalahkan berbagai bujuk rayu  yang sebenarnya  sangat menguntungkan dirinya. Akan tetapi,  ia  tidak mau  berbuat sembarangan yang mendatangkan dosa.

Kisah sederhana tetapi memiliki pesan moral yang tinggi tersebut,  sebenarnya memiliki relevansi yang amat tinggi terhadap upaya pemecahan persoalan bangsa selama ini. Bangsa Indonesia yang sudah sekian lama merdeka tetapi  masih dirasakan  menghadapi  berbagai problem yang amat pelik, baik terkait dengan ekonomi, pendidikan, sosial, hukum, ilmu pengetahuan dan lain-lain, sebenarnya hanya bersumber dari minimnya orang yang sanggup menjaga amanah. Tidak banyak orang, hingga pemimpinnya sekalipun,  yang  benar-benar bermental mulia  sebagaimana yang dimiliki oleh penggembala kambing sebagaimana  dikisahkan di muka.  Umpama saja para pemimpin bangsa ini mampu meniru orang yang berstatus sosial rendah di padang pasir itu, maka tidak banyak aset dan sumber-sumber kekayaan negara berpindah kepemilikannya kepada orang asing.  

Selain itu umpama para pemimpin bangsa ini menyandang keimanan, kecintaan, dan integritasnya terhadap  negara dan rakyatnya teruji sebagaimana  kisah penggembala kambing dimaksud, maka juga tidak akan ada konflik antara Polri dan KPK, gegeran  di antara pimpinan partai politik,  berebut kekuasaan dan harta kekayaan, dan lain-lain. Bahkan umpama semuanya mampu meniru  kejujuran anak kecil yang berhasil lulus atas ujian yang diberikan oleh khalifah dimaksud, maka  budget negara yang amat besar untuk menghindari penyimpangan dan berbagai kecurangan selama ini juga tidak diperlukan. Namun persoalannya sederhana, ialah bahwa  kemuliaan penggembala kambing dalam kisah tersebut belum mampu ditiru oleh bangsa ini. Wallahu a’lam

Oleh: Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, ketua Yayasan Universitas Hasyim Asy’ari (UNHASY) Jombang, Mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Malang sekaligus Guru Besar Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang. Tulisan ini pernah diunggah di laman resmi http://imamsuprayogo.com/. diterbitkan kembali atas izin penulis.

Baca juga: Mengenal NU dan Muhammadiyah

Tags: pekerjaan muliapenggembala kambingProf. Imam Surprayogo
Previous Post

Startup Shipper Angkat Gus Ipang Jadi Komisaris

Next Post

KH Abdul Fattah, Ajarkan Kemandirian Ekonomi

Zainuddin Sugendal

Zainuddin Sugendal

Next Post
KH Abdul Fattah, Ajarkan Kemandirian Ekonomi

KH Abdul Fattah, Ajarkan Kemandirian Ekonomi

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Mubeng Beteng, Tradisi Masyarakat Yogyakarta Memasuki Bulan Muharam
  • Jalanan dan Kaitannya dengan Karakter
  • Santri Ikuti Seleksi CBT MQKN 2025, Tujuh Kode Ujian Catat Skor Sempurna
  • Serangan Iran Dinilai Jadi Babak Baru dalam Sejarah Israel
  • Ferry Irwandi: Logical Fallacy Argumen Gus Ulil

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng