tebuireng.co– Doa merupakan senjata sekaligus benteng bagi orang beriman. Berdoa bagi orang beriman sudah menjadi aktivitas sehari-hari sebagai upaya menjaga keterhubungan dengan Allah Swt.
Di dalam shalat, baik shalat fardhu ataupun shalat sunah banyak menggunakan kalimat-kalimat berupa doa yang telah diajarkan oleh Nabi. Di luar shalat sekalipun demikian, banyak sekali doa-doa yang memakai kalimat-kalimat doa yang ma’tsur dan bunyi redaksinya memang dari Nabi Muhammad.
Namun bagaimana jika kalimat doa yang kita panjatkan menggunakan kalimat-kalimat bersajak atau bersyair?
Menurut Ustadz Ma’ruf Khozin yang juga dikutip oleh Yusuf Suharto dalam bukunya Jawaban Amaliyah & Ibadah yang dituduh Bid’ah, Sesat, Kafir dan Syirik, menjelaskan bahwa berdoa dengan menggunakan syair telah diamalkan oleh Rasulullah Saw. Misalnya doa Nabi yang bersajak:
وَاللهِ لَوْلَا أَنْتَ مَا اهْتَدَيْنَ ◇ وَلَا تَصَدَّقْنَا وَلاَصَلَّيْنَا
فَأَنْزِلَنْ سَكِيْنَةً عَلَيْنَا ◇ إِنَّ الْأُ لَى قَدْ أَبَوْا عَلَيْنَا
(وَيَرْفَعُ بِهَا صَوْتَهُ)
Demi Allah, jika bukan karena Engkau, tak ada hidayah kami dapat
Kami pun takkan bisa bersedekah dan tidak pula mendirikan salat
Maka turunkan ketenangan atas kami
Orang-orang terdahulu telah menolak kami
(HR al-Bukhari No 2837 dan Muslim No 4771) Bahkan dalam riwayat Muslim ada tambahan “Rasulullah mengeraskan suaranya (dengan doa syair tersebut)”
Dalam hadis lain, saat perang Khandaq para sahabat Muhajirin dan Anshar menggali tanah di sekitar Madinah, mereka bersyair :
نَحْنُ الَّذِيْنَ يَابَعُوْا مُحَمَّدًا ◇ عَلَى الْإِسْلَامِ مَا بَقِيْنَا أَبَدًا
Kami adalah orang yang telah berbai’at kepada Muhammad dalam Islam, selama kami yakin, selamanya.
Kemudian Rasulullah menjawab dengan doa syair yang bersajak:
أَللَّهُمَّ إِنَّ الْخَيْرَ خَيْرُ الْأَخِرَهْ ◇ فَاغْفِرْ لِلْأَنْصَارِ وَالْمُهَاجِرَهْ
Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan akhirat
Maka ampunilah kaum Anshar dan orang yang hijrah
(HR al-Bukhari No 2835 dan Muslim No 4777)
Hadis-hadis di atas menunjukkan tidak dilarangnya berdoa dengan syair dan sajak. Larangan dalam berdoa meliputi: “Doa yang tergesa-gesa, doa yang isinya dosa dan doa untuk memutus kekerabatan” (HR Muslim No 2735)
Oleh sebab itu, para sahabat dan ulama terdahulu banyak mengarang syair dan sajak yang di dalamnya dimuat doa-doa, pujian, salawat, tawassul dan sebagainya. Seperti syair I’tiraf Abu Nawas yang sangat terkenal.
Baca juga: Doa Kedua Pengantin Saat Pertama Kali Ketemu