Pengelolaan sampah organik sangat penting untuk dilakukan. Daripada membuang sampah ke tempat sampah hingga menumpuk dan mengeluarkan bau busuk, lebih baik membuat biopori atau lubang resapan.
Biopori adalah sebuah upaya alteratif untuk meningkatkan daya serap air hujan ke dalam tanah. Istilah biopori sendiri memiliki arti lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk dari berbagai aktivitas organisme di dalam tanah seperti cacing, semut, dan akar tanaman.
Biopori yang terbentuk akan menjadi tempat mengalirnya air di dalam tanah. Sederhananya, kita membuang sampah organik ke dalam lubang yang nantinya akan menjadi biota tanah untuk membuat rongga-rongga di dalam tanah.
Saat ini, metode biopori ini mulai dikenalkan ke masyarakat sebagai bentuk upaya pengelolaan sampah yang lebih bermanfaat. Salah satunya oleh Tim Pengabdian Masyarakat (PKM) Universitas Hasyim Asy’ari ke masyarakat Desa Karangtengah, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri dengan tema Pemanfaatan Sampah Organik dan Anorganik melalui Biopori pada 22 Agustus lalu.
Kegiatan ini berangkat dari kondisi masyarakat Desa Karangtengah yang sudah memiliki kesadaran tinggi dalam hal pembuangan sampah. Mereka tidak membuang sampah sembarangan di pinggir jalan, kebun dan sungai. Namun sejauh ini, mereka belum mengetahui cara pemanfaatan lebih lanjut dari sampah yang dihasilkan dari limbah rumah tangga.
Tim PKM yang merupakan dosen Unhasy terdiri dari Nailul Izzati, S.Si, M.Si, Andhika Mayasari, S.T, M.Eng, Titin Sundari, S.T, M.T, A’izzatul Khiyana, S.T, M.T, Akmam Mutrofin, S.Sy, M.HI, Imamatul Ummah, S.Pd, M.Si, dan Ir. Meriana Wahyu Nugroho, S.T, M.T, menerangkan bahwa manfaat biopori sekaligus melatih masyarakat membuat lubang resapan tersebut.
Titin Sundari, salah satu anggota Tim PKM menjelasakan bagaimana cara membuat biopori dengan mudah.
“Biopori sangat mudah untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Cukup dengan memanfaatkan botol plastik bekas dan sisa limbah dapur. Botol plastik bekas yang kita punya, kita potong bagian atasnya kemudian sisi-sisinya kita lubangi dengan solder atau jika tidak punya solder bisa menggunakan obeng atau besi panjang yang dipanasi dengan api kompor. Selanjutnya kita buat lubang di tanah, bisa di dalam pot ataupun tanah secara langsung, kemudian kita taruh botol yang sudah kita lubangi tadi ke dalam tanah yang sudah dilubangi. Sisa-sisa makanan yang kita punya, nantinya kita taruh dalam botol plastik tadi, yang berperan sebagai tempat komposter. Nanti setelah beberapa hari, sisa makanan akan membusuk dan nantinya akan dapat bermanfaat bagi kesuburan tanah.” Terangnya.
Titin juga menjelaskan bahwa jika biopori ini diadakan dalam skala besar, maka manfaatnya tidak hanya menjadi komoster, namun juga sebagai sistem penyerapan air saat hujan untuk menjadi cadangan air di dalam tanah.
Dalam sesi tanya jawab dengan masyarakat, Akmam Mutrofin menjelaskan bahwa jika ingin proses pengomposan lebih cepat, maka bisa ditambahkan larutan Effektif Mikroorganisme (EM4) yang sudah dikenal oleh para petani.
Penulis: Rindi Andriansah
Editor: Thowiroh
Baca juga: Ecobrick: Solusi Mengolah Sampah yang Efektif dan Berkelanjutan