Tantangan kajian fiqh di masa modern seperti saat ini menjadi sangat kompleks, perkembangan teknologi yang semakin pesat bahkan membuat peran ulama terancam akan tersingkir bila para generasinya tidak cakap dalam beradaptasi dengan perkembangan zaman. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Sekretaris Marhalah Tsaniyah Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, Ust Irsyadul Ibad saat menyampaikan materi bertajuk spektrum dan isu kontemporer kajian fiqh dan usul fiqh dalam agenda workshop penulisan karya ilmiah di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, Tebuireng Jombang, Jumat (15/11/2024).
Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh Lembaga Pengembangan Pesantren dan Diniyah (LPPD) Jawa Timur untuk memfasilitasi upgrade kemampuan menulis mahasiswa Marhalah Tsaniyah (M2) Ma’had Aly yang bekerja sama dengan LPPD Jawa Timur. Ma’had Aly yang dilibatkan adalah Ma’had Aly Lirboyo (Kediri), Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah (Situbondo), dan Ma’had Aly Hasyim Asy’ari (Jombang).
Irsyadul Ibad bercerita, bahwa terdapat fenomena keberagaman baru di banyak negara yang semakin mengarah pada robotik. Bahkan, di beberapa negara, para pendeta mulai tergantikan oleh robot Artificial Intelligence (AI). Demikian pula di Mekkah, terdapat robot yang dirancang untuk menjawab pertanyaan peziarah tentang hukum-hukum yang berlaku di sana. Khususnya hukum-hukum Islam, atau fiqih tentang haji dan umrah.
Ia menambahkan, bahwa inilah kemudian yang menjadi tantangan tersendiri bagi pelajar, khususnya pelajar ilmu fiqih. Selain tergesernya peran, hal seperti itu juga bisa menimbulkan tergesernya nilai.
Sebagai perwakilan Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, pria yang menjabat sebagai sekretaris di jenjang M2 Ma’had Aly tersebut juga mengenalkan target dan perbedaan antara M1 dengan M2 Ma’had Aly.
M1 Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo difokuskan untuk menguasai teks-teks hukum Islam. Pemahaman yang menjadi targetnya adalah deskriptif teks. Hal ini berbeda dengan M2 Ma’had Aly yang sudah mengarah pada pembacaan konteks. Selain itu, target pemahaman yang harus dimiliki adalah analitis antara teks dan konteks.
Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa kelebihan Ma’had Aly Situbondo adalah penguasaan literasi. Mahasiswanya seringkali memenangkan lomba menulis di berbagai level. Mulai dari level lokal, daerah, bahkan nasional.
Kemampuan-kemampuan seperti inilah yang bisa diharapkan untuk terus dikembangkan supaya eksistensi pelajar dan pakar fikih tidak tergilas teknologi. Tentunya, kemampuan tersebut perlu diimbangi dengan pemahaman berteknologi yang baik pula.
Penulis: Ahmad Fikri
Editor: Thowiroh
Baca juga: Ma’had Aly Lirboyo: Menjawab Problematika melalui Kacamata Fiqh Kebangsaan