Menteri Perindustrian dan Perdagangan era Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yaitu Luhut Binsar Pandjaitan menceritakan kisah uniknya sebelum menjabat kursi menteri.
Luhut menceritakan kalau dirinya sudah dikabarkan jauh hari oleh Gus Dur sebelum ditawarin menjadi menteri. Bahkan Gus Dur memintanya secara langsung, meskipun saat itu Gus Dur masih menjabat Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Cerita ini disampaikannya saat mengobrol santai dengan sahabatnya bernama Mahfud MD di kanal youtube Mahfud MD Official dalam acara ‘Ruang Sahabat’.
“Saat puasa, saya diatur buka puasa bersama beliau (Gus Dur) di Jatinegara. Beliau kan kiai besar. Belum buka puasa, beliau bilang, Pak Luhut tidak usah duta besar lah, di sini saja. Sebentar lagi saya jadi presiden,” jelasnya seperti dikutip dari akun youtube Mahfud MD official, Selasa (19/11/2024).
Luhut mengaku sempat ragu dengan ucapan Gus Dur, karena saat itu Gus Dur masih belum menjabat di pemerintahan. Selain itu, ada beberapa calon kuat yang sudah menyiapkan diri jadi presiden.
Namun, Luhut tetap mengiyakan ucapan Gus Dur karena sopan santun. Namun, dalam hati ia berkata bahwa ucapan Gus Dur ini tidak masuk akal ini. Ia berpikir rasional, di mana jalannya Gus Dur bisa jadi presiden.
“Saya tanya, masak (jadi presiden) Gus? Beliau jawab, Pak Luhut, puasa saya ini belum batal lho. Saya langsung mengkerut saja. Takut tersinggung beliau,”imbuhnya.
Tidak hanya saat di Jatinegara, Gus Dur juga mengulang permintaannya ke Luhut saat di Singapura. Ketika Luhut menjadi duta besar RI untuk Singapore, ia mengadakan acara yang dihadiri oleh Gus Dur.
Setelah dilantik oleh Presiden Habibie, Luhut punya tugas membawa balik konglomerat ke Indonesia yang pergi ke Singapura. Ia mendengar, yang paling mereka hormati yaitu Gus Dur. Kemudian ia menghubungi Alwi Shihab agar Gus Dur bisa datang ke Singapura.
“Di sana Gus Dur bilang, di aula kedutaan RI. Di depan orang banyak bilang, kalian tahu tidak, saya akan jadi presiden. Duta besar Singapore (Luhut) akan saya panggil pulang ke Indonesia untuk jadi menteri,” ungkap Luhut.
Mendengar ucapan Gus Dur, Luhut langsung diam dan menundukkan kepala. Tanpa bisa berkata-kata. Lalu pada 1999 sidang pemilihan presiden, lalu Gus Dur menang. Luhut pun merasa kaget, ternyata ucapan Gus Dur beberapa waktu lalu benar-benar terjadi di kemudian hari.
“Saya kaget. Saya panggil isteri. Lalu saya telfon Pak Alwi Shihab, minta membawa Gus Dur ke Pak Habibie, ternyata mereka sedang jalan ke sana. Lalu Gus Dur ngomong lewat telfon ke saya, Pak Luhut, saya jadi presiden kan. Saya lalu mengucapkan selamat,” katanya.
Tak berselang lama kemudian, Luhut dipanggil oleh Gus Dur ke istana untuk membahas jabatan menteri. Namun, karena jabatan yang ditawarkan adalah menteri Perindustrian, Luhut merasa tidak memiliki kemampuan di sana, ia menolak sampai tiga kali.
“Beberapa waktu kemudian saya dipanggil, ditawarin jadi menteri perindustrian dan perdagangan. Saya menolak tiga kali. Saya tidak tahu Pak Presiden. Pak Luhut bisa. Minggu depan saya lantik. Akhirnya saya dilantik,” katanya.
Dalam catatan Luhut, ia mengenal Gus Dur setelah dikenalkan oleh seniornya bernama Benny Moerdani. Saat itu ia mengenal Gus Dur sebagai tokoh besar Nahdlatul Ulama, Ulama besar, dan tokoh pesantren.
Persahabatan tersebut berlanjut hingga Gus Dur wafat tahun 2009. Bahkan keduanya sering bertemu dan ngobrol santai tentang berbagai isu di Indonesia.
“Saya dikenal oleh Pak Benny Moerdani, jauh sebelum kegiatan buka puasa di Jatinegara. Kalau waktu ketemu Gus Dur di rumah, menu khususnya yaitu telo dan pisang,” tandasnya.
Penulis: Syarif Abdurrahman
Editor: Thowiroh
Baca juga: Ruang Gus Dur di Museum Islam Indonesia, Ada Kaset-Kopiah