tebuireng.co – Dalam Islam, mengucapkan bismillahirrahmanirrahim (basmalah) merupakan sebuah keutamaan, bahkan menjadi sebuah kebiasaan yang diritualkan. Terlebih ketika memulai sebuah aktivitas.
Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa jika sesuatu pekerjaan tidak diawali dengan membaca bismillah maka tertolak atau setidaknya kurang baik. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بِـ : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَبْتَرُ
“Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan ‘bismillahirrahmanir rahiim’, amalan tersebut terputus berkahnya.” (HR. Al-Khatib dalam Al-Jami’, dari jalur Ar-Rahawai dalam Al-Arba’in, As-Subki dalam Tabaqathnya).
Namun, dari pada itu, dalam basmalah tersurat pesan cinta dan kasih sayang Tuhan agar dijadikan pedoman dan termanifestasi dalam hidup setiap umat Islam.
Basmalah mengandung dua diantara nama-nama indah Allah Swt. Ar- Rahman dan Ar-Rahim. Kedua nama tersebut terlahir dari kata Ar-rahmah yang berarti syafaqoh (belas kasih).
Ar-Rahman merupakan kasih sayang Allah yang meluas dan tak terbatas meliputi terhadap semua makhluk. Sedangkan Ar-Rahim kasih sayang yang khusus diperuntukkan orang-orang mukmin.
Basmalah menyiratkan pesan cinta, pesan untuk menebarkan kasih sayang kepada semua makhluk. Nabi Muhammad mengajarkan pada umatnya untuk memulai suatu kebaikan dengan cinta. Setidaknya dengan mengucapkan basmalah.
Basmalah mengingatkan kepada seluruh makhluk bahwa nama Allah disejajarkan dengan sifat Rahman dan Rahim-Nya. Ini mengingatkan pada semua orang bahwa seseorang yang menyakini Allah sebagai Tuhan harus menyebarkan sifat kasih sayang.
Dengan begitu, dengan membiasakan diri memahami makna hakiki dari basmalah dan selalu mengucap basmalah di berbagai kesempatan dalam keadaan susah ataupun senang, maka dapat menggetarkan dan memperkuat jiwa, meningkatkan kejernihan pikiran, dan dapat menghindarkan dari sifat negatif misalnya iri, dengki, riya, ujub, dendam dan lain lain.
Seseorang yang memahami makna cinta dalam lafadz basmalah akan membuat seseorang tetap optimis dan berhati-hati dalam hidup, Khauf dan Raja’.
Imam Al-Qurthubi mengatakan bahwa kebanyakan ulama mengkhususkan Ar-Rahman hanya untuk Allah saja, maka tidak boleh lafadz tersebut dinisbatkan kepada selain-Nya. Karena yang mempunyai kasih sayang tak terhingga adalah Allah, Dzat yang patut disembah.
Dalam sebuah peristiwa, dikisahkan bahwa Musailamah pernah mengaku-ngaku dirinya sebagai Rahman Al-Yamamah.
Hal ini banyak ditentang oleh para sahabat sehingga ia diberi gelar Al-Kadzdzab karena seringnya ia membawa kabar bohong.
Bagi sebagian orang maupun golongan, Tuhan kerap kali dipahami sebagai sumber kekerasan, tak jarang seseorang bahkan kehilangan kepercayaan pada Tuhan, melihat konflik antar manusia yang banyak terjadi karena beda keyakinan, atau satu keyakinanan namun masih saja meributkan perihal paham dan aliran yang berujung saling menyalahkan dan bersikeras menjadi yang paling ‘benar’.
Hal ini tentu tidak sejalan dengan ajaran Tuhan yang Maha penyayang. Tidak pada tempatnya, bila Islam hanya dipahami sebagai justifikasi kekerasan. Islam harus dijadikan landasan moral untuk membangun toleransi sebagaimana misi utamanya, rahmat bagi seluruh alam.
Oleh karenanya, seseorang hendaknya memahami pesan cinta yang ada dalam lafadz basmalah. Pesan cinta dalam sifat Rahman dan Rahim-Nya setidaknya ditiru oleh umat manusia.
Allah dengan Rahman dan Rahim-Nya dalam memberikan rezeki tidak membedakan kasta sosial. Kecintaan Allah kepada umatnya merata, sesuai kebutuhan.
Dari sini, insan kamil yang mengakui Allah sebagai Tuhannya selayaknya menebarkan cinta dalam setiap hidupnya. Bukan membuat kerusakan. Orang yang mencintai makhluk di bumi akan dicintai oleh Allah.
Dalam salah satu hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Rasulullah Saw. bersabda :
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Ar-Rahman. Hendaklah kalian menyayangi penduduk bumi, maka kalian akan disayangi oleh siapa saja yang di langit”
Dalam kitab ‘Aunul Ma’bud dijelaskan bahwa Ar-Rahimuuna disini berarti orang-orang yang menebar kasih sayang dan memperlakukan dengan baik semua makhluk baik manusia maupun hewan tanpa membedakannya.
Hadis ini juga menunjukkan bahwa hubungan sosial antar sesama makhluk yang disinari kasih sayang dapat menjembataninya menuju kasih dari Dzat yang Maha Kasih di antara penebar kasih. Garis horizontal (Hablun Mina Annas) yang pada akhirnya membentuk garis vertikal (Hablun Mina Allah).
Manusia sebagai makhluk Tuhan yang berakal, tentu menjadi tugasnya untuk meneteskan embun kasih-Nya di muka bumi, menyebarkan, dan membumikannya.
Tidaklah pantas seorang muslim yang senantiasa membaca basmalah dalam setiap tindak-tanduknya, bila masih menyebarkan kekerasan dan menyulut sumbu kebencian.
Jika hal demikian masih terjadi, perlu adanya reformasi pemahaman terhadap basmalah. Tidak hanya dipandang sebatas “atas nama Tuhan”, sedangkan “Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” sering kali tidak menjadi perhatian.
Selayaknya, menyebut nama Allah diiringi dengan menyebarkan sifat kasih sayang sesuai tuntunan Islam.
Memahami pesan cinta dari sifat Rahman dan Rahim-Nya, dapat menjernihkan pikiran sehingga mampu berpikir ke arah kebaikan atau selalu berfikir positif.
Melunturkan sifat sombong, angkuh, tamak, dengki, dan dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam hidup di masyarakat. Khususnya negara sebesar Indonesia.
Esensi sila-sila yang ada dalam Pancasila, sila pertama adanya perbedaan agama tidak harus dipertentangkan tetapi melihat semua agama mengajarkan kasih sayang dan kebaikan.
Sila kedua harus menjalin hubungan antar bangsa karena anak-anak kemanusiaan di mana di Indonesia banyak keberagaman, berbeda warna kulit misalnya.
Indonesia layaknya sebuah rumah besar yang diisi dengan berbagai warna-warni. Rumah besar ini jika di dalamnya saling berkelahi maka tidak akan bisa menghasilkan apa-apa dan bahkan bisa merusak rumah itu.
Namun, jika bersatu, kompak, gotong royong maka akan menghasilkan berbagai prestasi yang membangggakan.
Jika dibandingkan, Indonesia dengan Eropa Barat yang luasnya hampir sama tetapi, di sana ada 30 negara sedangkan di sini dengan berbagai macam perbedaan, baik agama, suku, ras dan etnik tetapi bersatu.
Himmayatul Husna/Abdurrahman