• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Meniru Sumayyah Ketika Alami PMS

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2022-08-21
in Fiqih
0
Meniru Sumayyah Ketika Alami PMS

Meniru Sumayyah Ketika Alami PMS (ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co – Meniru Sumayyah ketika hadapi PMS atau premenstrual syndrome penting bagi perempuan agar tidak menimbulkan masalah besar dan merugikan orang lain saat PMS.

Sumayyah adalah perempuan yang memegang teguh Islam, meskipun harus menahan rasa sakit yang begitu perih. Hingga ajal menjemput, ia teguh berislam.

Rasa sakit yang luar biasa umumnya didapati wanita 10-14 hari menjelang masa haidnya. Dalam siklus tersebut, wanita kadang menjadi lebih sensitif dan mudah tersinggung. Hal inilah yang biasa disebut sebagai premenstrual syndrome.

Tak hanya itu, perasaan tak menentu menjelang masa haid kerap kali dialami oleh wanita. Pada kondisi demikian, wanita diuji dengan seringkali mendapati emosi yang sulit dikendalikan. Bahkan, tak jarang mereka malas melakukan berbagai aktivitas, termasuk juga dalam hal beribadah.

Mendapati hal itu, sebagai seorang perempuan tak boleh lengah menghadapinya. Sebab, sudah sepatutnya mengingat bahwa pada masa Rasulullah, banyak Muslimah yang bertahan dalam keadaan tersebut. Bahkan, hal itu tak mengurangi kegigihan mereka dalam menegakkan agama Islam.

Salah seorang pejuang muslimah tersebut adalah Sumayyah binti Khayyat. Ia merupakan salah satu hamba sahaya dari Abu Hudzaidah bin Mughirah. Sumayyah dinikahi oleh seorang pendatang yang menetap di Makkah. Lelaki tersebut adalah Yasir. Muslimah perlu meniru Sumayyah ketika alami PMS.

Yasir hidup sebatang kara di bawah segala kezaliman yang berlaku pada masa jahiliyah. Hal itu membuat dirinya tak mendapat pembelaan dari kabilah mana pun ketika segala siksa menimpa dirinya dan keluarganya.

Hingga pada suatu hari, Sumayyah beserta keluarganya mendengar kabar tentang datangnya agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah. Tanpa ragu dan malu, mereka lantas bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.

Sebuah syahadat tersebut pun diikrarkan tanpa keraguan sedikit pun di hatinya. Dengan penuh kepercayaan mereka pun masuk Islam. Setelah Islam, Sumayyah begitu teguh dalam menjalankan ajaran agama Islam dalam kondisi apapun.

Berita mengenai keislaman keluarga Yasir ini pun sampai ke telinga para pemuka di mana mereka tinggal. Hal itu membuat pemimpin kaum kafir setempat, Bani Makhzum, tidak terima atas keislaman mereka.

Tak ayal, Bani Makhzum segera menangkap keluarga Yasir dan menimpanya dengan beragam siksaan. Bahkan, mereka secara paksa menyeret keluarga Yasir ke tengah padang pasir amat panas.

Bahkan mereka membawa Sumayyah ke suatu temat dan menenggelamkannya di antara pasir menyengat tersebut. Tak hanya itu, mereka pun meletakkan sebongkah batu besar di dadanya.

Perbuatan itu mereka lakukan untuk memaksa keluarga Yasir keluar dari agama Islam. Namun, tak sedikit pun keraguan datang ke hati mereka. Bahkan, tak ada rintihan ataupun ratapan tanpa menyebut nama Allah SWT.

Sumayyah binti Khayyat mengulang-ulang mengucapkan, “Ahad..Ahad..,” sebagaimana yang dilakukan Yasir, Ammar, dan Bilal.

Melihat hal itu, Rasulullah bersabda, “Bersabarlah, wahai Keluarga Yasir, karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah surga.”

Mendengar seruan Rasulullah, Sumayyah binti Khayyat pun bertambah tegar dan optimis, hingga ia mengucapkan kembali dua kalimat syahadat. Maka, meninggallah Sumayyah binti Khayyat dalam keadaan syahid dan tersenyum indah melihat surga.

Oleh karena itu, sebagai generasi yang menikmati damainya Islam tanpa kezaliman seeperti pada masa Jahiliyah, sudah seharunya kita mampu mengendalikan diri ketika PMS. Adapun doa ketika ketika mengalami PMS adalah sebagai berikut.

“Ya Allah, Tuhan Manusia, hilangkanlah penyakit, dan sembuhkanlah, Engkau adalah pemberi kesembuhan, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit,” (HR Tirmidzi)

Wallahua’lam.

Oleh: Dinna

Tags: haidMasalah haidPerempuan haidSumayyah
Previous Post

Laskar Joko Tingkir dan Gus Dur

Next Post

Serba Serbi Amplop Kiai

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
serba serbi amplop kiai

Serba Serbi Amplop Kiai

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Menata Ulang Relasi Rumah Tangga Antara Laki-laki dan Perempuan
  • Profil Gus Irfan, Menteri Haji dan Umrah Pertama di Indonesia
  • 21 Dalil Merayakan Maulid Nabi Menurut Sayyid Muhammad al-Maliki
  • Pendapat Gus Baha Terkait Demontrasi: Boleh Dilakukan Asal Tidak Mudarat
  • Pesan PCNU Jombang kepada Aparat Keamanan dan Masyarakat

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng