• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Pesan Seorang Mursyid Ke Gus Dur

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2022-03-19
in Kiai, News, Santri, Tebuireng
0
Pesan Seorang Mursyid

Pesan Seorang Mursyid ke Gus Dur (ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co – Pesan seorang mursyid ke Gus Dur ini diceritakan oleh Kiai Haji Djamaluddin Ahmad, murid dari mursyid Thoriqoh Syadziliyah Tulungagung KH Abdul Djalil Mustaqim.

Suatu hari Gus Dur beserta keluarganya yang terdiri dari Istri dan ibunya sowan ke KH Abdul Djalil Mustaqim di Pesulukan Thoriqoh Agung (PETA) Tulungagung.

Dalam perbincangan Kiai Djalil melarang Gus Dur untuk pulang ke Jakarta setelah dari Tulungagung tersebut. Gus Dur diminta menginap di Tulungagung atau pulang ke Jombang.

[bctt tweet=”Pesan untuk Gus Dur” username=””]

Setelah dirasa cukup, mereka berpamitan kepada Kiai Djalil dan diantar oleh Kiai Jalil sampai depan pintu seraya berpesan pada Gus Dur yang terkenal sedikit nyeleneh itu.

“Gus, yang sabar ya…” tutur Kiai Djalil pada Gus Dur.

Mengingat pesan dari Kiai Djalil, akhirnya Gus Dur memutuskan untuk pulang ke Jombang sedangkan keluarganya pulang ke Jakarta.

Ternyata, Kiai Djalil melarang Gus Dur pulang ke Jakarta itu bukanlah tanpa alasan. Kendaraan yang ditumpangi istri, ibu beserta sopirnya mengalami kecelakaan.

Mereka semua dilarikan ke Rumah Sakit (RS), dengan berbagai luka yang mendera. Sopirnya meninggal, ibunya luka yang menyebabkan ia meninggal pula tak lama kemudian.

Baca Juga: Kisah Kiai Djamal Diganggu Jin

Sementara istri Gus Dur, Hj Sinta Nuriyah harus mengalami kelumpuhan sampai sekarang akibat kecelakaan tersebut.

Sepeninggal Kiai Mustaqiem, perjuangan Pondok PETA dan thoriqoh diwariskan kepada salah seorang putranya, KH Abdul Djalil Mustaqiem. Kiai Abdul Djalil yang tak kalah kharismatik dengan sang ayah ini menjadi mursyid sekaligus pengasuh PETA.

Sebagai kiai kharismatik, kediaman Kiai Djalil hampir tak pernah sepi dari kunjungan tokoh-tokoh politik lokal maupun nasional. Menjelang Pemilu legislatif dan Pemilu presiden 2004 lalu, misalnya, kediaman Kiai Djalil banyak menjadi singgahan tokoh-tokoh politik nasional.

Saat itu, beberapa tokoh nasional yang berkunjung ke kediaman Kiai Djalil, di antaranya, Nurcholis Madjid (Cak Nur), mantan Wapres, Try Soetrisno, Amien Rais, Yusuf Kalla dan tentu saja Gus Dur yang sudah tak terbilang jumlahnya mendatangi pondok Kiai Djalil. Saat itu, Try Soetrisno juga merayakan ulang tahunnya di kediaman Kiai Djalil.

Kesimpulan penting dalam hikayat tersebut adalah tentang maklumat seorang guru memang yang terbaik. Apalagi jika pesan seorang mursyid seperti KH Abdul Djalil Mustaqim Tulungagung.

Tags: Gus DurKiai Djalil TulungagungPETASyadziliyahTebuirengThoriqoh
Previous Post

Perayaan Holi di India, Apa Itu?

Next Post

Merenung Ulang Ceramah Ustaz Arrazy

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Merenung Ulang Ceramah Ustaz Arrazy

Merenung Ulang Ceramah Ustaz Arrazy

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Mubeng Beteng, Tradisi Masyarakat Yogyakarta Memasuki Bulan Muharam
  • Jalanan dan Kaitannya dengan Karakter
  • Santri Ikuti Seleksi CBT MQKN 2025, Tujuh Kode Ujian Catat Skor Sempurna
  • Serangan Iran Dinilai Jadi Babak Baru dalam Sejarah Israel
  • Ferry Irwandi: Logical Fallacy Argumen Gus Ulil

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng