tebuireng.co – Pesan seorang mursyid ke Gus Dur ini diceritakan oleh Kiai Haji Djamaluddin Ahmad, murid dari mursyid Thoriqoh Syadziliyah Tulungagung KH Abdul Djalil Mustaqim.
Suatu hari Gus Dur beserta keluarganya yang terdiri dari Istri dan ibunya sowan ke KH Abdul Djalil Mustaqim di Pesulukan Thoriqoh Agung (PETA) Tulungagung.
Dalam perbincangan Kiai Djalil melarang Gus Dur untuk pulang ke Jakarta setelah dari Tulungagung tersebut. Gus Dur diminta menginap di Tulungagung atau pulang ke Jombang.
[bctt tweet=”Pesan untuk Gus Dur” username=””]
Setelah dirasa cukup, mereka berpamitan kepada Kiai Djalil dan diantar oleh Kiai Jalil sampai depan pintu seraya berpesan pada Gus Dur yang terkenal sedikit nyeleneh itu.
“Gus, yang sabar ya…” tutur Kiai Djalil pada Gus Dur.
Mengingat pesan dari Kiai Djalil, akhirnya Gus Dur memutuskan untuk pulang ke Jombang sedangkan keluarganya pulang ke Jakarta.
Ternyata, Kiai Djalil melarang Gus Dur pulang ke Jakarta itu bukanlah tanpa alasan. Kendaraan yang ditumpangi istri, ibu beserta sopirnya mengalami kecelakaan.
Mereka semua dilarikan ke Rumah Sakit (RS), dengan berbagai luka yang mendera. Sopirnya meninggal, ibunya luka yang menyebabkan ia meninggal pula tak lama kemudian.
Baca Juga: Kisah Kiai Djamal Diganggu Jin
Sementara istri Gus Dur, Hj Sinta Nuriyah harus mengalami kelumpuhan sampai sekarang akibat kecelakaan tersebut.
Sepeninggal Kiai Mustaqiem, perjuangan Pondok PETA dan thoriqoh diwariskan kepada salah seorang putranya, KH Abdul Djalil Mustaqiem. Kiai Abdul Djalil yang tak kalah kharismatik dengan sang ayah ini menjadi mursyid sekaligus pengasuh PETA.
Sebagai kiai kharismatik, kediaman Kiai Djalil hampir tak pernah sepi dari kunjungan tokoh-tokoh politik lokal maupun nasional. Menjelang Pemilu legislatif dan Pemilu presiden 2004 lalu, misalnya, kediaman Kiai Djalil banyak menjadi singgahan tokoh-tokoh politik nasional.
Saat itu, beberapa tokoh nasional yang berkunjung ke kediaman Kiai Djalil, di antaranya, Nurcholis Madjid (Cak Nur), mantan Wapres, Try Soetrisno, Amien Rais, Yusuf Kalla dan tentu saja Gus Dur yang sudah tak terbilang jumlahnya mendatangi pondok Kiai Djalil. Saat itu, Try Soetrisno juga merayakan ulang tahunnya di kediaman Kiai Djalil.
Kesimpulan penting dalam hikayat tersebut adalah tentang maklumat seorang guru memang yang terbaik. Apalagi jika pesan seorang mursyid seperti KH Abdul Djalil Mustaqim Tulungagung.