tebuireng.co – Kisah Kiai Djamaluddin diganggu jin ini bermula ketika ngaji rutinan Al-Hikam di Tambakberas Kiai Djamal menyinggung soal Arwah.
Menurut Kiai Djamaluddin arwah orang yang sempurna itu memiliki level berbeda dibandingkan arwah orang biasa. Di mana arwah tersebut mempunyai kemampuan untuk bertindak dan berbuat (tasharufain), seperti jasad pada umumnya.
Arwah seperti ini seperti halnya arwah Sayyidina Ali bin Abu Thalib yang membantu Salman Al-Farisi mengusir kawanan hewan buas yang bermaksud menyerangnya.
Atau roh Imam Ghazali yang belum punya jasad, tapi memiliki kemampuan untuk berdebat dengan Nabi Musa As.
Arwah jenis ini juga pernah dialami sendiri oleh Kiai Djamaluddin, di mana saat itu masih berada di Ndalem Utara (Ribath Al-Amanah saat ini) kerap kali diganggu oleh serangan jin.
Baca Juga: Amalan Mengatasi Anak Nakal
Suatu saat Kiai Djamal didatangi oleh gurunya bernama Kiai Shodiq.
“Djamal, engkau sedang susah ?” Tanya Kiai Shodiq.
” Ya”
“Kalau sudah jangan bilang-bilang, barusan Kiai Abdul Djalil Mustaqim datang kepadaku supaya mendatangi engkau”
Kedatangan Kiai Shodiq ke Kiai Djamal sambil membawa cangkir berisi madu dan menyuruh Kiai Djamal untuk membacakan Al-Qur’an dan meminumnya.
Setelah membaca Al-Qur’an khatam, anehnya sosok Kiai Shodiq hilang entah kemana, tapi cangkirnya masih ada. Sudah barang tentu yang hadir ke hadapan Kiai Djamal tersebut bukanlah jasad Kiai Shodiq melainkan arwah Kiai Shodiq.
Kisah Kiai Djamaluddin diganggu jin mengungkap tabir bahwa orang dekat dengan Allah bisa memiliki lathifah. Di sisi lain Kiai Djalil yang mendatangi Kiai Shodiq kemungkinan besar juga hanyalah arwahnya saja, dalam tasawuf arwah seperti ini disebut lathifah.
Hal ini diperkuat dengan kejadian di pesantren PETA Tulungagung di mana beberapa kali Kiai Djalil Mustaqim kerap membangunkan santrinya untuk salat malam.
Uniknya sang santri hanya dibangunkan Kiai Djalil Mustaqim melalui sebuah mimpi, yang juga menyuruh si santri menjadi imam dalam salat tersebut.
Sudah tentu mimpi tersebut bukan mimpi biasa, melainkan ada campur tangan sebuah arwah lathifah yang menyusup ke dalam sebuah alam bawah sadar seseorang, untuk membuat sebuah tindakan pesan.
Kembali Kiai Djamaluddin Ahmad menceritakan sebuah hikayat pengamalan tentang arwah lathifah sang guru Kiai Abdul Djalil Mustaqim Tulungagung.
Kala itu Kiai Djamal yang juga nyantri di Pesantren PETA kenal dekat dengan seorang teman asal Bawean, namanya Pak Subhan yang juga sudah beristri, tapi sudah lama tak pulang ke Bawean.
“Kang, sampean mengapa tidak pulang ke Bawean hingga meninggakkan istri selama tiga tahun?” Tanya Kiai Djamal saat itu.
“Di Bawean banyak tukang sihir usil. Suatu saat sewaktu saya di tengah laut, perahu saya disihir olehnya hingga putus. Akibatnya saya pun hampir saja tenggelam ke laut. Tiba tiba muncul seorang pemuda berjalan di atas air dan membantu menyambung kembali perahu saya yang putus. Saya tanya siapa nama engkau. Ternyata ia mengaku bernama Abdul Djalil Mustaqim. Sejak saat itu saya berjanji pada diri saya sendiri untuk mencarinya dan mengabdi sebagai murid. Saya tidak akan pulang selagi belum di suruh untuk pulang oleh Kiai Abdul Djalil.”
Oleh: Rizal Nanda Maghfiroh