• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Isra Miraj 1443: Bukti Kesinambungan Para Nabi

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2022-02-28
in Al-Qur'an, Keislaman, News, Pengajian
0
Isra miraj 1443

Isra miraj 1443 momentum membca sejarah nabi (ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co – Isra miraj 1443 layak kita peringati sebagai bukti imam kepada Allah dan rasul-Nya. Peristiwa Isra miraj direkam di beberapa tempat dalam Al-Quran, terutama dalam surat Al-Isra.

Isra adalah peristiwa napak tilas Nabi Muhammad untuk melihat kontinuitas misinya dengan misi nabi-nabi sebelumnya dalam konteks Timur Tengah, yang sebagian besarnya adalah keturunan nabi-nabi Israil.

Israil artinya hamba Allah. Ia adalah gelar Nabi Ya‘qub, anak Nabi Ishaq, cucu Nabi Ibrahim. Allah berfirman:

“Mahasuci (Allah) Yang telah memperjalankan hamba-Nya malam hari dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha, yang di sekitarnya telah Kami berkati, untuk Kami perlihatkan kepadanya beberapa tanda Kami. Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Melihat (segalanya)” (Q.S 17: 1).

Ayat-ayat (tanda-tanda) yang diperlihatkan Allah kepada Nabi Muhammad ketika isra miraj tidak lain ialah riwayat para nabi sebelumnya dan perjuangan mereka dalam rangka memberi penyegaran kembali kepada nabi tentang tugas sucinya sebagai akhir dari para nabi dan rasul.

Maka, di Yerusalem itulah Nabi Muhammad mempunyai pengalaman salat dengan semua nabi yang pernah ada, dan ia menjadi imam. Abu Dzar pernah bertanya kepada Rasulullah:

“Berapakah jumlah nabi seluruhnya wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “124.000 orang, 315 orang di antaranya adalah Rasul.”

Suatu jumlah yang sangat besar. Ini tentu saja sesuai dengan Al-Quran yang memberikan keterangan bahwa Allah telah mengutus rasul untuk setiap umat.

Dan pada setiap umat Kami sudah mengutus seorang rasul, (dengan perintah) “Sembahlah Allah dan jauhilah setan,” di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah, dan sebagian ada yang ditimpa kesesatan yang sudah semestinya terjadi.

Baca Juga: Rahasia Bulan Rajab Menurut Kiai Jamal

Maka mengembaralah di muka bumi dan lihatlah bagaimana kesudahan mereka yang mendustakan (kebenaran)? (Q.S 16: 36). Ini semua memberikan landasan untuk bisa mengerti mengapa nabi menyebutkan jumlah yang begitu besar, yaitu 124.000 nabi, dan 315 di antaranya adalah rasul.

Itulah jumlah yang ditemui oleh Nabi Muhammad di Al-Quds, di masjid yang disebut Masjid Aqsha di Yerusalem. Kejadian ini semuanya adalah pengalaman spiritual karena nabi-nabi itu sudah meninggal, dan orang yang sudah mati tidak akan kembali hidup.

Ini kemudian diterangkan dalam ayat berikutnya sebagai suatu pemusatan kepada tema-tema yang paling penting dalam pengalaman nabi, yaitu dalam konteks hubungan tugas suci nabi dengan agama-agama yang berkesinambungan.

“Kami berikan kepada Musa Kitab (Taurat), dan Kami jadikan ia petunjuk bagi Bani Israil (dengan perintah), “Janganlah ambil selain Aku sebagai pelindung”. Hai keturunan yang Kami bawa (dalam bahtera) bersama Nuh! Dia sungguh hamba yang tahu bersyukur” (Q.S 17: 2-3).

Jadi, sudah ada referensi kepada kitab suci Nabi Musa yang disebut Taurat, artinya hukum. Tema sentral dari ajaran Nabi Musa dari Allah memang hukum, karena ia harus memimpin suatu umat bekas budak yang ratusan tahun diperbudak oleh bangsa Mesir.

Karena itu mereka mengidap mentalitas budak, yaitu tidak bisa disiplin. Budak itu hanya mau bekerja kalau ada ancaman: dicambuk, diperintah, dan sebagainya. Padahal, disiplin menghendaki kemampuan untuk memerintah diri sendiri. Semoga isra miraj 1443 jadi momentum menuju lebih baik.

Sumber: Budhy Munawar Rachman, “Ensiklopedi Nurcholish Madjid,” Jilid 2, Bagian I (Isra Miraj).

Tags: isra mirajIsraelMasjid AqshaNabi Muhammad
Previous Post

Nasihat Kiai Jamal untuk Guru TPQ

Next Post

Tahu Sebelum Dikasih Tahu Itu Kiai Djamal

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
tahu sebelum dikasih tahu

Tahu Sebelum Dikasih Tahu Itu Kiai Djamal

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Mubeng Beteng, Tradisi Masyarakat Yogyakarta Memasuki Bulan Muharam
  • Jalanan dan Kaitannya dengan Karakter
  • Santri Ikuti Seleksi CBT MQKN 2025, Tujuh Kode Ujian Catat Skor Sempurna
  • Serangan Iran Dinilai Jadi Babak Baru dalam Sejarah Israel
  • Ferry Irwandi: Logical Fallacy Argumen Gus Ulil

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng