tebuireng.co – Isra miraj 1443 layak kita peringati sebagai bukti imam kepada Allah dan rasul-Nya. Peristiwa Isra miraj direkam di beberapa tempat dalam Al-Quran, terutama dalam surat Al-Isra.
Isra adalah peristiwa napak tilas Nabi Muhammad untuk melihat kontinuitas misinya dengan misi nabi-nabi sebelumnya dalam konteks Timur Tengah, yang sebagian besarnya adalah keturunan nabi-nabi Israil.
Israil artinya hamba Allah. Ia adalah gelar Nabi Ya‘qub, anak Nabi Ishaq, cucu Nabi Ibrahim. Allah berfirman:
“Mahasuci (Allah) Yang telah memperjalankan hamba-Nya malam hari dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha, yang di sekitarnya telah Kami berkati, untuk Kami perlihatkan kepadanya beberapa tanda Kami. Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Melihat (segalanya)” (Q.S 17: 1).
Ayat-ayat (tanda-tanda) yang diperlihatkan Allah kepada Nabi Muhammad ketika isra miraj tidak lain ialah riwayat para nabi sebelumnya dan perjuangan mereka dalam rangka memberi penyegaran kembali kepada nabi tentang tugas sucinya sebagai akhir dari para nabi dan rasul.
Maka, di Yerusalem itulah Nabi Muhammad mempunyai pengalaman salat dengan semua nabi yang pernah ada, dan ia menjadi imam. Abu Dzar pernah bertanya kepada Rasulullah:
“Berapakah jumlah nabi seluruhnya wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “124.000 orang, 315 orang di antaranya adalah Rasul.”
Suatu jumlah yang sangat besar. Ini tentu saja sesuai dengan Al-Quran yang memberikan keterangan bahwa Allah telah mengutus rasul untuk setiap umat.
Dan pada setiap umat Kami sudah mengutus seorang rasul, (dengan perintah) “Sembahlah Allah dan jauhilah setan,” di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah, dan sebagian ada yang ditimpa kesesatan yang sudah semestinya terjadi.
Baca Juga: Rahasia Bulan Rajab Menurut Kiai Jamal
Maka mengembaralah di muka bumi dan lihatlah bagaimana kesudahan mereka yang mendustakan (kebenaran)? (Q.S 16: 36). Ini semua memberikan landasan untuk bisa mengerti mengapa nabi menyebutkan jumlah yang begitu besar, yaitu 124.000 nabi, dan 315 di antaranya adalah rasul.
Itulah jumlah yang ditemui oleh Nabi Muhammad di Al-Quds, di masjid yang disebut Masjid Aqsha di Yerusalem. Kejadian ini semuanya adalah pengalaman spiritual karena nabi-nabi itu sudah meninggal, dan orang yang sudah mati tidak akan kembali hidup.
Ini kemudian diterangkan dalam ayat berikutnya sebagai suatu pemusatan kepada tema-tema yang paling penting dalam pengalaman nabi, yaitu dalam konteks hubungan tugas suci nabi dengan agama-agama yang berkesinambungan.
“Kami berikan kepada Musa Kitab (Taurat), dan Kami jadikan ia petunjuk bagi Bani Israil (dengan perintah), “Janganlah ambil selain Aku sebagai pelindung”. Hai keturunan yang Kami bawa (dalam bahtera) bersama Nuh! Dia sungguh hamba yang tahu bersyukur” (Q.S 17: 2-3).
Jadi, sudah ada referensi kepada kitab suci Nabi Musa yang disebut Taurat, artinya hukum. Tema sentral dari ajaran Nabi Musa dari Allah memang hukum, karena ia harus memimpin suatu umat bekas budak yang ratusan tahun diperbudak oleh bangsa Mesir.
Karena itu mereka mengidap mentalitas budak, yaitu tidak bisa disiplin. Budak itu hanya mau bekerja kalau ada ancaman: dicambuk, diperintah, dan sebagainya. Padahal, disiplin menghendaki kemampuan untuk memerintah diri sendiri. Semoga isra miraj 1443 jadi momentum menuju lebih baik.
Sumber: Budhy Munawar Rachman, “Ensiklopedi Nurcholish Madjid,” Jilid 2, Bagian I (Isra Miraj).