• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Arrazy Kritik Islam Simbolik di Indonesia

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2021-12-06
in Akidah, Hadits, Kolom Pakar, News, Pengajian, Tasawuf
0
Ustadz Arrazy Hasyim merupakan murid langsung dari KH Ali Mustofa Ali Yakub yang juga santri Tebuireng Jombang

Abuya Arrazy Hasyim

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Buya Arrazy kritik Islam simbolik yang kini banyak digandrungi muslim Indonesia. Keberislaman simbolik ini mengarah pada gaya hidup yang serba Arab, seolah kearaban itu adalah Islam.

Hal ini dikritik oleh Buya Arrazy Hasyim dalam salah satu kajiannya. Menurutnya, berislam secara simbolik boleh-boleh saja, tapi jangan sampai menuduh muslim-muslim yang tidak melakukannya sebagai anti Islam.

Contohnya mengganti panggilan dengan akhi-ukhti. “Contohnya, akhi, bang dik. Boleh nggak? Boleh-boleh aja, tapi jangan lebay,” ujar Buya Arrazy Hasyim saat mengisi kajian Al-Badr bersama Dik Doank di Kandang Jurank Doank.

Menurut Buya Arrazy, ada panggilan yang enak, seperti kang, mas, bang. Namun, terkadang saat memanggil dengan panggilan seperti itu terkadang dituduh anti islamisasi.

“Lucunya, saya disebut anti islamisasi, karena saya memanggil mbak, teteh, dan mas,” cerita dosen Pasca Sarjana IIQ Jakarta ini.

Menurut Buya Arrazy Hasyim, perlu kiranya membedakan antara islamisasi dan arabisasi. Sehingga tak perlu mengganti kata-kata tertentu dengan bahasa Arab yang justru malah membuatnya menjadi aneh.

“Jadi kalau (tulisan) WC jangan diganti WC Akhwat, WC Ikhwan, gak usah, itu namanya arabisasi,” saran Buya Arrazy.

Buya Arrazy menyarankan untuk mengeceknya di beberapa WC yang ada di Arab Saudi. Bisa dipastikan bahwa di sana tidak akan ada WC yang bertuliskan WC Ikhwan-Akhwat.

Baca Juga: Salafi Tantang Debat Buya Arrazy Hasyim

Arrazy kritik Islam simbolik karena fenomena ini sudah mengarah pada sikap saling menyalahkan dan ada klaim kebenaran di sini. Kajian-kajian keislaman Buya Arrazy Hasyim bisa dilihat di akun youtube Ribath Nouraniyah.

“Coba cari kalau nggak percaya, yang ada dauratul miyah lir rijal, dauratul miyah lin nisa’,” terangnya.

Sementara itu, pemikir Islam Indonesia Yudi Latif menawarkan gagasan Pancasila sebagai “agama sipil” karena sebagai intelektual Muslim Yudi tidak menganggap bahwa  penerimaan Pancasila oleh elite Islam melalui statement politik, seperti telah kita saksikan selama ini, sebagai jauh dari mencukupi untuk menjamin adanya kerelaan untuk menerima Pancasila sebagai satu-satunya ideologi bangsa yang benar-benar final.

Yudi sangat menyadari betapa krusialnya momen ini, karena Yudi juga melihat betapa bahayanya jika klaim kebenaran agama dipaksakan dalam sebuah masyarakat yang multi-agama.

Betapapun muskilnya pada saat ini menjadikan Pancasila untuk diterima sebagai agama sipil, tapi saya juga sependapat dengan Yudi bahwa tawarannya, betapapun merupakan gagasan yang telah melampaui zamannya, dan saya juga sesungguhnya melihat bahwa ini adalah satu-satunya pilihan yang ada. Betapapun jauhnya jarak yang masih harus ditempuh untuk mencapainya.

Ketekunan Yudi dalam menggeluti Pancasila, antara lain dalam kemampuannya meramu buku-buku yang relevan untuk mendukung argumentasinya, menurut hemat saya adalah jihadnya untuk menemukan format yang tepat dalam menempatkan hubungan antara Islam dalam negara Pancasila.

Sebagai sebuah bangsa kita harus bersyukur memiliki intektual publik seperti Yudi dan kita harus mendukung sepenuhnya jihad yang sedang dilakukan oleh Yudi Latif.

Tags: arrazy hasyimBuya SyakurKonsep ArrazySalafi WahabiSantri
Previous Post

Sederhananya Pusara Gus Dur

Next Post

Kerugian Melewatkan Salat Berjama’ah

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Kerugian Melewatkan Salat Berjama'ah

Kerugian Melewatkan Salat Berjama'ah

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Syahadat Intelektual: Membumikan Nabi di Era Gen Z
  • Alumni Pesantren Gelar Aksi Damai di Depan Gedung Trans7, Tanggapi Tayangan Xpose Uncensored
  • Sigap, Menag Bakal Libatkan Pimpinan Pesantren Bahas Standar Bangunan
  • Lima Prinsip Dasar Menjaga Lingkungan Menurut Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi
  • Buka MQK 2025, Menag Dorong Eksplorasi Turats untuk Pelestarian Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng