tebuireng.co – Arrazy Hasyim menerima tantangan debat terbuka dari seorang ustadz yang menyebut bahwa ia diberi amanah oleh Forum Dai Muda Ranah Minang. Pria yang di video tersebut juga menanyakan “Kapan beliau (Buya Arrazy) ada waktu untuk diskusi dengan forum Dai Muda Ranah Minang?
Ustaz Arrazy Hasyim menyanggupi untuk berdebat dan diskusi terbuka pada tanggal 02 November 2021 di Masjid Aula Pesantren Al-Manaar, Lima Puluh Kota. Namun, kelompok yang menantang debat tersebut tidak datang.
Pihak Ribath Nouraniyah yang diasuh Buya Arrazy Hasyim kemudian menceritakan kronogi debat terbuka tersebut.
1. Yang dari awal punya keperluan dengan Buya Arrazy adalah dari pihak salafi yang mengatasnamakan Forum Dai Muda Ranah Minang. Pihak mereka yang koar-koar di media sosial, menjustifikasi negatif secara personal kepada Buya Arazy.
Pihak mereka juga yang menanyakan kapan dan dimana untuk diskusi dengan Buya Arrazy Hasyim. Kita tidak punya urusan dengan mereka. Mereka juga yang mengatakan siap.
2. Lalu Buya Arrazy Hasyim menanggapi pertanyaan mereka, serta menyiapkan waktu dan tempat. Dan itu sudah disampaikan kepada mereka dari tanggal 21 Oktober 2021. Ingat! kita bukan membuat undangan. Namun, menjawab undangan mereka (sebagaimana dalam surat sebelumnya).
3. Waktu 90 menit yang dikorbankan oleh seorang Buya Arrazy (seseorang yang sangat menghargai waktu dan biasa mengurangi waktu untuk tidur dan makan) untuk sesuatu yang bukan keperluan beliau, itu sesuatu yang luar biasa. (Hal ini bisa dirasakan oleh mereka yang menghargai waktunya).
Yang punya kepentingan bukan Buya Arrazy, tetapi mereka dari pihak salafi.
4. Apakah waktu tersebut tidak cukup? Apa ukuran tidak cukup? Sedangkan hal-hal yang menjadi persoalan bagi mereka dari penyampaian Buya Arrazy Hasyim, sampai saat ini belum mereka utarakan.
Padahal mereka (salafi) sendiri yang berjanji untuk menyampaikan draf berisi hal-hal yang mereka anggap problem dari penyampaian Buya Arrazy.
Jadi Buya Arrazy sudah welcome, sampaikanlah tema apa saja yang jadi persoalan bagi kalian (salafi) dari penyampaian Buya Arrazy, jika kalian salah paham, kita jelaskan. Jika memang kita keliru, kita terima.
Di video mereka yang beredar di media sosial itu cuma mengatakan banyak dan hanya menyebut bahwa Buya Arrazy Hasyim menganggap wali itu adalah orang gila, dan menfitnah kitab Tauhid Saleh Al-Fauzan.
Soal wali itu, Ribath Nouraniyah sudah tanggapi sebelumnya bahwa Buya Arrazy tidak ada menyampaikan seperti yang mereka katakan, sangat berbeda. Adapun soal kitab Tauhid Syaikh Saleh Fauzan. Itu kritikan ilmiah.
Buya Arrazy membedah kitab tersebut tanpa ada mencaci Syaikh Al-Fauzan itu. Bedah kitab tersebut bisa dilihat di videonya https://youtu.be/QBfLttyViAw (di dalam video sudah ditampilkan teksnya).
5. Hingga tulisan ini dibuat, mereka (salafi) tidak ada yang datang di tempat yang sudah disiapkan. Tidak ada kabar ke Buya Arrazy Hasyim. Jadi teman-teman di sini silahkan ccreenshot postingan ini.
Jika kemudian mereka (salafi) masih koar-koar, harap dimaklumi saja. Mungkin itu ibadahnya mereka dari salafnya mereka.
maaf saran, sebaiknya artikel di atas disertai foto dokumen suratnya dan balasan surat biar ga jadi fitnah. terima kasih
Di teks berita sudah ada link ke youtube yang menjelaskan tentang acara debat yang batal
SUMBARTIME.COM Dalam dua pekan belakangan ini masyarakat Ranah Minang, Sumatera Barat, dihangatkan dengan perseruan serta pertikaian dua kelompok umat Islam yang ditenggerai berbeda manhaj (Jalan).
Masing masing kelompok yakni yang mengaku berpaham Salafi Wahabi serta yang satunya lagi mengaku berpaham Ahlul Sunnah Wal Jamaah (Aswaja) Tarekat Tasawuf, saling adu dalil serta argumentasi yang berjung jika salah satunya yang paling benar mengikuti jalannya nabi Besar Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.
Perdebatan yang terjadi di sosial media (Sosmed) serta berujung pada perseteruan dan pertikaian antar dua kelompok umat tersebut semakin memanas khususnya di kawasan Luhak Nan Bungsu, berawal dari rencana kepulangan Buya putra asli dari Payakumbuh, Arrazy Hasyim ke kampung halamannya.
Informasi yang berhasil dihimpin oleh awak media Sumbartime.com dari berbagai sumber yang terpecaya menyebutkan jika kedatangan Buya Arrazy Hasyim yang merupakan guru besar pasca Sarjana Ilmu Tasawuf ke Payakumbuh akan disambut dengan ajakan tantangan diskusi atau maupun debat oleh kelompok umat lainnya yang mengaku berpahamkan Salafi.
Masih menurut sumber, rencananya pada tanggal 2 November 2021 kemaren bertempat di komplek Ponpes Al Manaar, Batu Hampar, Kabupaten Limapuluh Kota, akan diadakan diskusi ilmiah antara Buya Arrazy Hasyim dengan Ustadz Abul Faruq dai Mudo Minang yang mendakwahkan pemahaman Manhaj Salafi.
Adapun menurut rencana tema yang akan diangkat dalam kegiatan diskusi ilmiah terkait seputaran isu perbedaan pemahaman dan pandangan dalam memaknai ajaran serta Sunnah Rasulullah.
Namun entah alasan apa ucap sumber lagi, diskusi ilmiah antar dua tokoh pendakwah yang mewakili dari masing masing dua kelompok tersebut batal diadakan. Padahal sejak subuh tanggal 2 November 2021 itu, di lokasi jamaah sudah mulai banyak berdatangan hingga menjelang siang harinya, menunggu acara diskusi ilmiah tersebut, papar sumber.
Akan tetapi dari penelusuran awak media, informasi terkait batalnya kegiatan diskusi ilmiah oleh dua tokoh pendakwah dari masing masing kelompok itu, ditenggari jika kegiatan tersebut terlaksana, terindikasi akan berdampak kurang kondusifnya suasana.
Banyak pihak yang menyebutkan di lokasi kegiatan, dipastikan akan dihadiri oleh jamaah dari masing masing kelompok, sehingga dikuatirkan akan terjadi geseskan yang berujung pada bentrok antar jamaah.
Alasan akan terjadi suasana kurang kondisi dan terindikasi akan terjadi gesekan serta bentrok di lokasi acara bukanlah isapan jempol biasa tutur sumber lainnya. Menurutnya, perseteruan antar kelompok Salafi Wahabi dengan Aswaja terjadi sejak belasan tahun silam. Tidak hanya di kawasan Sumbar, namun hampir diseluruh kawasan Indonesia, perseteruan antar jamaah yang terjadi diantara mereka memang cukup tajam serta frontal, terutama di sosial media, papar sumber.
Disebutkan perseteruan mereka, sudah sampai pada fase saling hujat serta saling menjatuhkan, terutama bila masuk pada bulan Maulidan Nabi. Jadi ucap sumber lagi, batalnya kegiatan acara diskusi di Ponpes Al Mannar tersebut yang berpotensi akan terjadinya gesekan, cukup dimaklmi oleh semua pihak, ujarnya.
Sementara itu, adanya dugaan potensi akan terjadi gesekan serta berujung bentrok antar dua kelompok jika cara kegiatan diskusi ilmiah berlangsung, tidak saja datang dari masyarakat sipil. Rasa kekuatiran akan terjadinya gesekan antar dua kelompok yang saling berseteru itu jika acara diskusi terjadi, juga datang dari pihak Kepolisian setempat.
Dalam keterangan pers resminya yang tersebar di sosial media, Kapolres Payakumbuh Alex Prawira, pada Selasa (2/11) kemaren menerangkan jika kegiatan diskusi antar dua kelompok di Ponpes Al Manaar, Batu hampar, Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Limapuluh Kota berpotensi tidak kondusif dan berpotensi akan terjadi gangguan keamanan.
Untuk itu pihaknya meminta kepada panitia acara serta perwakilan masing masing kelompok, untuk membatalkan kegiatan diskusi, terang Alex.
Lebih jauh Kapolres Payakumbuh tersebut menjelaskan alasan pihaknya membatalkan kegiatan diskusi ilmiah itu, karena berdasarkan hasil penelusuran di sosial media, telah terjadi pertentang yang cukup tajam diantara masing masing kelompok yang berpotensi akan terjadi bentrok di lokasi jika acara tetap dilakukan, ucapnya.
Terpisah, menanggapi perseteruan antar dua kelompok umat yang semakin meruncing terutama di sosial media dengan terjadinya saling hujat menhujat serta saling menjatuhkan antar sesama mereka, membuat pengurus MUI Kota Payakumbuh angkat bicara.
Ditemui oleh awak media Ustadz Hannan Putra, Ketua MUI Payakumbuh Selatan usai memberikan ceramah di salah satu Mesjid, Rabu (3/11) mengungkapkan kekuatiran dirinya terkait perseteruan dua kelompok umat tersebut dalam beberapa waktu belakangan di sosial media.
Menurutnya pertikaian serta perseteruan antar dua kelompok tersebut terkhusus di kawasan Luhak Nan Bungsu dalam beberapa waktu belakangan ini, berpotensi akan bisa merusak hubungan Ukhuwah Islamiah dan persatuan umat, ujar Hannan.
“Kami mengamati di medsos, diskusinya sudah tidak sehat. Bukan lagi didasarkan ilmu dan akhlaqul karimah, tapi saling sindir dan menjatuhkan,” paparnya.
Lebih jauh dirinya menjelaskan, terkait perseteruan antara pihak yang mengaku dari kelompok Salafi dan satunya lagi dari kelompok Aswaja, MUI sudah pernah ingin memfasilitasi pertemuan diantara mereka.
“MUI sudah berupaya mempertemukan ustadz di kedua pihak. MUI bersedia sebagai mediator. Dengan catatan tidak membawa massa dan tim media. Cukup beberapa orang saja di forum yang tertutup dan terbatas. Namun tampaknya kedua pihak sangat sibuk dengan agenda masing-masing,” papar beliau.
“Namun jika memfasilitasi debat terbuka untuk tontonan publik, jelas MUI tidak akan bersedia,” papar Hannan.
Ustadz muda itu juga menjelaskan jika persoalan perseteruan ini dibiarkan, maka dirinya kuatir akan ada yang mempolitisir untuk mengadu domba antar jamaah sehingga umat disibukan dengan urusan urusan pertikaian yang tidak perlu terjadi.
Dirinya berharap umat Islam tetap menjaga Ukhuwah dan saling menghormati dalam perbedaan Furu’ (cabang). Selain itu dirinya juga berpesan kepada orang awam, agar jangan ikut ikutan pula memberikan komentar di sosial media terkait perseteruan yang telah terjadi dengan harapan biarkan para para Dai dari masing masing pihak yang menyelesaikan dengan cara cara yang Syari’, tutupnya mengatakan.
SUMBARTIME.COM Dalam dua pekan belakangan ini masyarakat Ranah Minang, Sumatera Barat, dihangatkan dengan perseruan serta pertikaian dua kelompok umat Islam yang ditenggerai berbeda manhaj (Jalan).
Masing masing kelompok yakni yang mengaku berpaham Salafi Wahabi serta yang satunya lagi mengaku berpaham Ahlul Sunnah Wal Jamaah (Aswaja) Tarekat Tasawuf, saling adu dalil serta argumentasi yang berjung jika salah satunya yang paling benar mengikuti jalannya nabi Besar Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.
Perdebatan yang terjadi di sosial media (Sosmed) serta berujung pada perseteruan dan pertikaian antar dua kelompok umat tersebut semakin memanas khususnya di kawasan Luhak Nan Bungsu, berawal dari rencana kepulangan Buya putra asli dari Payakumbuh, Arrazy Hasyim ke kampung halamannya.
Informasi yang berhasil dihimpin oleh awak media Sumbartime.com dari berbagai sumber yang terpecaya menyebutkan jika kedatangan Buya Arrazy Hasyim yang merupakan guru besar pasca Sarjana Ilmu Tasawuf ke Payakumbuh akan disambut dengan ajakan tantangan diskusi atau maupun debat oleh kelompok umat lainnya yang mengaku berpahamkan Salafi.
Masih menurut sumber, rencananya pada tanggal 2 November 2021 kemaren bertempat di komplek Ponpes Al Manaar, Batu Hampar, Kabupaten Limapuluh Kota, akan diadakan diskusi ilmiah antara Buya Arrazy Hasyim dengan Ustadz Abul Faruq dai Mudo Minang yang mendakwahkan pemahaman Manhaj Salafi.
Adapun menurut rencana tema yang akan diangkat dalam kegiatan diskusi ilmiah terkait seputaran isu perbedaan pemahaman dan pandangan dalam memaknai ajaran serta Sunnah Rasulullah.
Namun entah alasan apa ucap sumber lagi, diskusi ilmiah antar dua tokoh pendakwah yang mewakili dari masing masing dua kelompok tersebut batal diadakan. Padahal sejak subuh tanggal 2 November 2021 itu, di lokasi jamaah sudah mulai banyak berdatangan hingga menjelang siang harinya, menunggu acara diskusi ilmiah tersebut, papar sumber.
Akan tetapi dari penelusuran awak media, informasi terkait batalnya kegiatan diskusi ilmiah oleh dua tokoh pendakwah dari masing masing kelompok itu, ditenggari jika kegiatan tersebut terlaksana, terindikasi akan berdampak kurang kondusifnya suasana.
Banyak pihak yang menyebutkan di lokasi kegiatan, dipastikan akan dihadiri oleh jamaah dari masing masing kelompok, sehingga dikuatirkan akan terjadi geseskan yang berujung pada bentrok antar jamaah.
Alasan akan terjadi suasana kurang kondisi dan terindikasi akan terjadi gesekan serta bentrok di lokasi acara bukanlah isapan jempol biasa tutur sumber lainnya. Menurutnya, perseteruan antar kelompok Salafi Wahabi dengan Aswaja terjadi sejak belasan tahun silam. Tidak hanya di kawasan Sumbar, namun hampir diseluruh kawasan Indonesia, perseteruan antar jamaah yang terjadi diantara mereka memang cukup tajam serta frontal, terutama di sosial media, papar sumber.
Disebutkan perseteruan mereka, sudah sampai pada fase saling hujat serta saling menjatuhkan, terutama bila masuk pada bulan Maulidan Nabi. Jadi ucap sumber lagi, batalnya kegiatan acara diskusi di Ponpes Al Mannar tersebut yang berpotensi akan terjadinya gesekan, cukup dimaklmi oleh semua pihak, ujarnya.
Sementara itu, adanya dugaan potensi akan terjadi gesekan serta berujung bentrok antar dua kelompok jika cara kegiatan diskusi ilmiah berlangsung, tidak saja datang dari masyarakat sipil. Rasa kekuatiran akan terjadinya gesekan antar dua kelompok yang saling berseteru itu jika acara diskusi terjadi, juga datang dari pihak Kepolisian setempat.
Dalam keterangan pers resminya yang tersebar di sosial media, Kapolres Payakumbuh Alex Prawira, pada Selasa (2/11) kemaren menerangkan jika kegiatan diskusi antar dua kelompok di Ponpes Al Manaar, Batu hampar, Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Limapuluh Kota berpotensi tidak kondusif dan berpotensi akan terjadi gangguan keamanan.
Untuk itu pihaknya meminta kepada panitia acara serta perwakilan masing masing kelompok, untuk membatalkan kegiatan diskusi, terang Alex.
Lebih jauh Kapolres Payakumbuh tersebut menjelaskan alasan pihaknya membatalkan kegiatan diskusi ilmiah itu, karena berdasarkan hasil penelusuran di sosial media, telah terjadi pertentang yang cukup tajam diantara masing masing kelompok yang berpotensi akan terjadi bentrok di lokasi jika acara tetap dilakukan, ucapnya.
Terpisah, menanggapi perseteruan antar dua kelompok umat yang semakin meruncing terutama di sosial media dengan terjadinya saling hujat menhujat serta saling menjatuhkan antar sesama mereka, membuat pengurus MUI Kota Payakumbuh angkat bicara.
Ditemui oleh awak media Ustadz Hannan Putra, Ketua MUI Payakumbuh Selatan usai memberikan ceramah di salah satu Mesjid, Rabu (3/11) mengungkapkan kekuatiran dirinya terkait perseteruan dua kelompok umat tersebut dalam beberapa waktu belakangan di sosial media.
Menurutnya pertikaian serta perseteruan antar dua kelompok tersebut terkhusus di kawasan Luhak Nan Bungsu dalam beberapa waktu belakangan ini, berpotensi akan bisa merusak hubungan Ukhuwah Islamiah dan persatuan umat, ujar Hannan.
“Kami mengamati di medsos, diskusinya sudah tidak sehat. Bukan lagi didasarkan ilmu dan akhlaqul karimah, tapi saling sindir dan menjatuhkan,” paparnya.
Lebih jauh dirinya menjelaskan, terkait perseteruan antara pihak yang mengaku dari kelompok Salafi dan satunya lagi dari kelompok Aswaja, MUI sudah pernah ingin memfasilitasi pertemuan diantara mereka.
“MUI sudah berupaya mempertemukan ustadz di kedua pihak. MUI bersedia sebagai mediator. Dengan catatan tidak membawa massa dan tim media. Cukup beberapa orang saja di forum yang tertutup dan terbatas. Namun tampaknya kedua pihak sangat sibuk dengan agenda masing-masing,” papar beliau.
“Namun jika memfasilitasi debat terbuka untuk tontonan publik, jelas MUI tidak akan bersedia,” papar Hannan.
Ustadz muda itu juga menjelaskan jika persoalan perseteruan ini dibiarkan, maka dirinya kuatir akan ada yang mempolitisir untuk mengadu domba antar jamaah sehingga umat disibukan dengan urusan urusan pertikaian yang tidak perlu terjadi.
Dirinya berharap umat Islam tetap menjaga Ukhuwah dan saling menghormati dalam perbedaan Furu’ (cabang). Selain itu dirinya juga berpesan kepada orang awam, agar jangan ikut ikutan pula memberikan komentar di sosial media terkait perseteruan yang telah terjadi dengan harapan biarkan para para Dai dari masing masing pihak yang menyelesaikan dengan cara cara yang Syari’, tutupnya mengatakan.