• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

KH Ishaq Latief, Sosok Santri Tebuireng Pecinta Ilmu

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2023-02-01
in Kiai, News, Tebuireng
1
Kiai Ishaq, Sosok Santri Tebuireng Pecinta Ilmu

Foto KH Ishaq Latief (Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co – Pengasuh Pondok Pesantren Al-Aqobah Jombang KH A Junaidi Hidayat mengatakan sosok Almaghfurlah KH Ishaq Latief adalah sosok sangat yang mencintai ilmu dan istiqomah dalam muthala’ah kitab.

Sosok santri Tebuireng ini dilahirkan pada 3 Maret 1942 melalui pasangan Abdul Lathif dan Hj Asma. Kiai Ishaq berasal dari daerah Prambon, Sidoarjo.

Latar belakang belajar di Pesantren Tebuireng adalah permintaan orang tuanya dan Kiai Masruni.

Kiai Ishaq masuk pada tahun 1957 pasca lulus Sekolah Rakyat (SR), yang sekarang disebut Sekolah Dasar (SD). Di Tebuireng ia masuk sekolah tingkatan Ibtidaiyyah sampai tamat Aliyah.

Walaupun sudah tamat belajarnya, ia tidak segera pulang atau melanjutkan belajarnya di pesantren atau lembaga pendidikan luar Tebuireng. Ia mengamalkan ilmu dan meneruskan perjuangan pendiri dan Masyayikh Pesantren Tebuireng.

“Ngaji kitab kuning itu tidak mudah. Tetapi ngaji bersama Kiai Ishaq terasa mudah”, jelasnya dalam rangka haul ketujuh KH Ishaq Latief di Desa Pulosari, Prambon, Sidoarjo (22/11/2021).

KH. Junaidi Hidayat haul KH ishaq latief Hidup Itu Butuh Ilmu
KH A Junaidi Hidayat saat mengisi acara Haul KH Ishaq Latief. (Foto: al-aqobah.org)

Menurut Kiai Junaidi, pengajiannya menarik bagi mayoritas santri Pesantren Tebuireng karena menyenangkan dan mudah dipahami. Maka tak heran banyak santri yang ngefans kepada Kiai Ishaq.

“Dedikasi Kiai Ishaq latief termasuk melakukan persiapan sebelum mengajar dengan membaca kitab dan referensi terkait,” imbuhnya.

KH A Junaidi Hidayat menambahkan, kecintaan Kiai Ishaq pada ilmu merupakan sebuah tradisi warisan dari Nabi Muhammad Saw yang dilanjutkan tongkat estafetnya oleh para Ulama.

Allah Swt selalu mengutus hamba-hamba yang Rabbaniyyun, yakni yang menjelaskan hukum-hukum Allah Swt dan senantiasa mempelajari ayat-ayat Allah.

“Menjelang wafatnya, KH Ishaq Latief masih sempat menanyakan kitabnya yang akan dikaji. Agama terjaga oleh ilmu. Bukan semata ditopang oleh kekuasaan,” katanya.

Dikatakan Kiai Junaidi, ilmu menjadi keunggulan manusia atas makhluk lainnya. Konsep Iqro (اقرأ) bukan hanya sebatas membaca pelajaran, tapi juga membaca dinamika kehidupan.

Baca Juga KH. Junaidi Hidayat : Hidup Itu Butuh Ilmu

Orang yang berilmu akan berpotensi menemukan hakikat sebuah kehidupan. Oleh karenanya, mengaji harus istiqomah agar dikehendaki oleh Allah menjadi pribadi yang baik.

“Anak mau mondok dan jadi santri zaman sekarang ini sudah bagus sekali. Harus disyukuri oleh orang tua,” tandasnya.

*Disarikan oleh: A. Kanzul Fikri (PP Al-Aqobah Jombang) dari haul KH Ishaq Latief

Tags: KH. Ishaq LatiefTebuireng
Previous Post

Penanganan Kekerasan Seksual, Nadiem Sowan NU

Next Post

KH. Junaidi Hidayat : Hidup Itu Butuh Ilmu

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
KH. Junaidi Hidayat haul KH ishaq latief Hidup Itu Butuh Ilmu

KH. Junaidi Hidayat : Hidup Itu Butuh Ilmu

Comments 1

  1. Muhammad Muhsin says:
    2 tahun ago

    Saya: KH. Muhammad Muhsin bin Amir bin Ilyas bin Muhammad Assyarqowi salah satu Dewan Kyai Pondok Pesantren Annuqayah Desa Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep Madura, yang kini tinggal di Po. Pes. Annuqayah Daerah al Amir, Guluk-Guluk adalah salah satu alumni Pon. Pes. Tebuireng pada tahun 1980-1983 dan berguru langsung kepada KH. Sansuri Badawi, KH. Adlan Ali (Fathul Wahhab), KH. Yusuf Hasyim (pengasuh Tebuireng), KH. Ishaq Abdul Latief (Tafsir Jalalain dan Tafsir Marah Labied), KH. Zubaidi Muslih (Asybah wa Annadhoir), KH. Habib (Syarah al Hikam), KH. Abd. Mannan (Ilmu Mantiq ), KH. Utsman (‘Uqudul Juman/Balaghoh dan Alfiyah Ibn Malik) Sampang, KH. Musta’ien Syafi’ie (Ilmu Tafsir), KH. Syuhada’ Syarif (Manhaj Dzawinnadzor). KH. Adnan Syarif (Bahasa Arab), KH. Syafi’ie, desa Ngerangkok Pare (khotmil Kitab Bughyatul Mustarsyidin dan Fathul Mu’in pada bulan ‘Idul adha) KH. Sukamto (Fathul Mu’in)

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Mubeng Beteng, Tradisi Masyarakat Yogyakarta Memasuki Bulan Muharam
  • Jalanan dan Kaitannya dengan Karakter
  • Santri Ikuti Seleksi CBT MQKN 2025, Tujuh Kode Ujian Catat Skor Sempurna
  • Serangan Iran Dinilai Jadi Babak Baru dalam Sejarah Israel
  • Ferry Irwandi: Logical Fallacy Argumen Gus Ulil

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng