• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Memaknai dan Merayakan Kebinekaan

Ikhsan Nur Ramadhan by Ikhsan Nur Ramadhan
2021-08-18
in Kebangsaan, Pancasila
0
memaknai dan merayakan kebinekaan

Ilustrasi pertanyaan dan juga pernyataan tentang 'kebinekaan' (tidak bermaksud menyudutkan kelompok tertentu).

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co – Masih dalam suasana semarak peringatan hari kemerdekaan Indonesia, ‘kebinekaan’ juga pantas kita rayakan. Kebinekaaan adalah keanekaragaman, beragam, bermacam-macam. Kebinekaan merupakan realita yang tidak dapat dipungkiri. Termasuk sejarah panjang terbentuknya Republik Indonesia ini.

Jika ditarik jauh kebelakang sejarah Indonesia, tepatnya pada masa perjuangan kemerdekaan, Indoenesia tidak bisa terhindar dari hal-hal kebinekaan. Kebinekan dalam hal memperjuangkan kemerdekaan sudah sering terjadi. Misalnya himpunan pemuda Indonesia yang terdiri dari Jong Java, Jong Soematranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Islamieten Bond, hingga ‘Jong’ yang lainnya setuju untuk menyatukan/mewujudkan kesatuan dalam keberagaman. Sehingga menghasilkan ‘Sumpah Pemuda’, bukti tekad persatuan pemuda Indonesia dalam keberagaman suku, bangsa, hingga agama untuk menyatukan kekuatan melawan hingga menentang para penjajah.

Tidak hanya berhenti di ‘Summpah Pemuda’ saja, keragaman perbedaan juga sempat terjadi pada hari-hari sebelum di proklamasi-kan kemerdekaan Indonesia. Saat itu para golongan muda menginginkan proklamasi kemerdekaan segera diumumkan (saat Jepang menyerah kepada sekutu). Namun keinginan golongan muda itu dianggap terlalu tergesa-gesa oleh golongan tua. Golongan tua menginginkan proklamasi dilaksanakan dengan hati-hati dan tidak tergesa-gesa. Hingga terjadilah Peristiwa Rengasdengklok, yaitu penculikan terhadap golongan tua (Bung Karno dan Bung Hatta) yaitu upaya golongan muda untuk mendesak golongan tua segera mem-proklamasi-kan kemerdekaan Indonesia. Ternyata saat itu Bung Karno telah menyusun rencana ‘itu’. Dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 yang dianggapnya ‘sakral’. Sehingga antara golongan muda-tua segera menyiapkan persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Peristiwa Rengasdengklok dan Proklamasi

Apabila kebinekaan coba dilihat dari sudut pandang keislaman, dijelaskan oleh Emha Ainun Najib atau yang biasa disapa Cak Nun, bahwa dalam beragama saja tak bisa dibayangkan jika dari zaman nabi hingga sekarang hanya ada satu pendapat yang dianut dan tidak boleh berubah. Misalnya hanya segelintir orang yang bisa membaca Al-Quran – penulisannya saat itu tanpa titik dan harakah (tanda baca), dan baru pada masa Dinasti Umayyah dituliskan seperti sekarang ini. Termasuk perbedaan dalam masalah fiqih, betapa sulit menjalankan syariat pada zaman yang sudah jauh berbeda dari zaman nabi. Maka benarlah ‘Perbedaan adalah rahmat.’ Rahmat yang memperbaiki, rahmat yang secara umum melahirkan peningkatan perbedaan.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa kebinekaan atau perbedaan tidak cukup dianggap sebagai kewajaran, namun perbedaan seharusnya bisa kita rayakan. Ada benarnya salah satu ngendikane Gus Dur, “Perbedaan itu fitrah. Dan ia harus diletakkan dalam prinsip kemanusiaan universal.” Sulit dibayangkan apabila manusia diharuskan seragam, dalam hal berpikir maupun berpendapat.  Bisa dipastikan hidup akan jumud, mandek.  Hingga mustahil manusia berhasil meraih ‘kearifan’.

Ikhsan/Tebuireng Initiatives  

Tags: Kebinekaan
Previous Post

Pertempuran Jumat Legi di Kota Jombang

Next Post

Hukum Musik, Komik dan Novel Menurut Gus Baha

Ikhsan Nur Ramadhan

Ikhsan Nur Ramadhan

Koordinator Media Sosial Tebuireng Initiatives. Sedang menggeluti bidang desain grafis, kadang juga menulis.

Next Post
Perempuan bermain gitar, hukum musik jadi kontroversi

Hukum Musik, Komik dan Novel Menurut Gus Baha

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Jalanan dan Kaitannya dengan Karakter
  • Santri Ikuti Seleksi CBT MQKN 2025, Tujuh Kode Ujian Catat Skor Sempurna
  • Serangan Iran Dinilai Jadi Babak Baru dalam Sejarah Israel
  • Ferry Irwandi: Logical Fallacy Argumen Gus Ulil
  • Gus Ulil Sebut Platform X sebagai Medan Penting dalam Perang Narasi Global

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng