ADVERTISEMENT
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Toko >>
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Toko >>
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Toko >>
Home Kebangsaan

Peristiwa Rengasdengklok dan Proklamasi 17 Agustus 1945

Zainuddin Sugendal by Zainuddin Sugendal
2021-08-16
in Kebangsaan, News, Pancasila
0 0
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Sehari sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 terjadi peristiwa ‘penculikan’ terhadap Ir. Soekarno (Bung Karno) dan Drs. Mohammad Hatta (Bung Hatta) ke Rengasdengklok. Peristiwa itu menjadi salah satu momen penting dalam perjalanan sejarah kemerdekaan Indonesia.

Peristiwa Rangasdengklok merupakan puncak dari perbedaan pendapat antara golongan muda yang menginginkan proklamasi kemerdekaan segera diumumkan dengan golongan tua yang menginginkan proklamasi dilaksanakan dengan hati-hati dan tidak tergesa-gesa. 

Sebelumnya, tiga tokoh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yaitu Soekarno, Mohammad Hatta, dan Radjiman Wediodiningrat pergi ke Dalat, Vietnam pada tanggal 12 Agustus 1945 untuk menemui pemimpin tertinggi militer Dai Nippon, Marsekal Hisaichi Terauchi.

Pertemuan tersebut memperoleh kesepakatan bahwa pemerintah Jepang akan memberikan  kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Namun, pemerintah Jepang baru akan memberikan kemerdekaan pada tanggal 24 Agustus 1945 dengan alasan pihak Indonesia butuh mempersiapkan kemerdekaan dengan matang.

Tanggal 14 Agustus 1945, Soekarno beserta rombongan tiba di tanah air. Para petinggi Jepang dan anggota PPKI di Jakarta menyambut kedatangan mereka. Hasil kesepakatan tersebut memberikan harapan bagi bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan dengan cara damai dan peralihan kekuasaan bisa berjalan dengan lancar. Kemerdekaan Indonesia pun akan mudah memperoleh pengakuan dari negara lain. Tetapi, pada hari itu juga, terdengar kabar bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu.

Seketika itu, situasi di dalam negeri segera berubah. Keinginan untuk segera memproklamasikan kemerdekaan semakin menggelora di tengah bangsa Indonesia. Sehingga memunculkan dua golongan yang saling berbeda pendapat antara golongan muda dengan golongan tua soal pelaksanaan proklamasi.

Soekarno dan Hatta sebagai pemuka dari golongan tua lebih memperhitungkan sisi politiknya. Menurut mereka proklamasi kemerdekaan suatu bangsa membutuhkan tahapan yang terorganisir dengan rapi dan hati-hati. Sehingga dipandang Indonesia masih perlu melakukan kerjasama dengan pemerintah Jepang agar tidak mengorbankan banyak jiwa.

Kemudian mereka bermaksud membahas pelaksanaan proklamasi dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Hal tersebut dilakukan agar pelaksanaan proklamasi sesuai dengan prosedur dan ketentuan Jepang.

Segera golongan muda menolak keras prosedur yang terkesan tunduk pada ketentuan Jepang tersebut. Mereka dimotori Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana. Mereka beranggapan PPKI adalah buatan Jepang, sedangkan mereka menginginkan proklamasi kemerdekaan Indonesia tanpa melibatkan pemerintah Jepang sama sekali.

Pada Rabu, 15 Agustus 1945, sekitar pukul 22.00 WIB, diadakan pertemuan antara golongan muda dan golongan tua di kediaman Ir. Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur No 56, Jakarta. Dalam pertemuan itu, golongan muda tetap bersikeras mengusulkan proklamasi kemerdekaan harus segera dilakukan, jika perlu saat itu juga. Mereka bahkan menjamin siap melawan tentara Jepang apabila terjadi pertumpahan darah. Namun,Soekarno ketika itu berpandangan kekuatan para pejuang Indonesia belum cukup mampu melawan kekuatan tentara Jepang.

Setelah berunding lama mengenai pelaksanaan proklamasi kemerdekaan, akhirnya menghasilkan keputusan yang ternyata tidak sesuai dengan keinginan golongan muda. Mohammad Hatta menilai bahwa keinginan golongan muda tersebut kurang perhitungan dan dapat menimbulkan banyak korban jiwa. Tak terima dengan keputusan itu, golongan muda kemudian ‘menculik’ Soekarno dan Hatta, pada Kamis 16 Agustus 1945 sekitar pukul 04.00 WIB.

Aksi tersebut membuat marah dan mengecewakan kedua proklamator. Namun keduanya terpaksa mengikuti keinginan para pemuda untuk menghindari adanya keributan. Mereka membawa keduanya ke Rengasdengklok sebuah kota kecil di dekat Karawang. Lokasi itu dipilih karena letaknya terpencil sehingga memudahkan mereka memantau pergerakan tentara Jepang jika menuju tempat itu.

Baca juga : Saat Jepang Sadar Pengaruh Kuat KH. Hasyim Asy’ari

Di Rengasdengklok itulah, para pemuda lagi-lagi mendesak keduanya untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun, keduanya tidak mau mengikuti kemauan mereka begitu saja. Keduanya tetap berpegang teguh pada perhitungan dan rencana mereka sendiri.

Di Rengasdengklok, siang itu terjadi perdebatan panas.

“Revolusi berada di tangan kami sekarang dan kami memerintahkan Bung, kalau Bung tidak memulai revolusi malam ini, lalu….,” desak para pemuda.

“Lalu apa?,” Jawab Soekarno lantang sambil beranjak dari kursinya dengan kemarahan yang menyala-nyala. Semua terkejut, tidak seorang pun yang bergerak atau berbicara.

Setelah suasana tenang kembali, Soekarno duduk dan mulai berbicara dengan suara rendah, “Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah saat yang tepat. Di Saigon, saya sudah merencanakan seluruh pekerjaan ini untuk dijalankan tanggal 17 (Agustus).”

“Mengapa justru diambil tanggal 17, mengapa tidak sekarang saja, atau tanggal 16?,” tanya Sukarni.

“Saya seorang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci. Pertama-tama kita sedang berada dalam bulan suci Ramadhan, waktu kita semua berpuasa, ini berarti saat yang paling suci bagi kita. Tanggal 17 besok hari Jumat, hari Jumat itu Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat suci. Al-Quran diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat, oleh karena itu kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia,” terang Soekarno.

Demikianlah antara lain dialog antara Soekarno dengan para pemuda di Rengasdengklok, sejumlah alasan disampaikan oleh sang proklamator soal pemilihan 17 Agustus 1945. Sementara di Jakarta terjadi kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Ahmad Soebardjo dengan golongan muda yang diwakili Wikana. Saat itu keduanya sepakat proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan di Jakarta.

Berdasarkan kesepakatan itu, Soekarno dan Mohammad Hatta kemudian dijemput Ahmad Soebardjo untuk kembali ke Jakarta. Saat itu, Ahmad Soebardjo menjelaskan kepada golongan muda yang berada di Rengasdengklok bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan pada 17 Agustus 1945 paling lambat pukul 12.00 WIB.

Pada akhirnya, golongan muda merelakan kedua proklamator itu untuk kembali ke Jakarta. Keduanya segera ikut mempersiapkan segala hal mengenai proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sehingga, tepat pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno didampingi Mohammad Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Tags: IndonesiaMohammad HattaProklamasiRengasdengklokSoekarno
Previous Post

Syair untuk KH Hasyim Asy’ari

Next Post

Ungkapan Kangen dan Pesan Hadrastussyaikh

Zainuddin Sugendal

Zainuddin Sugendal

Next Post
Ungkapan Kangen dan Pesan Hadrastussyaikh

Ungkapan Kangen dan Pesan Hadrastussyaikh

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Ribath Nouraniyah, Rumah Aswajanya Buya Arrazy Hasyim

    Ribath Nouraniyah, Rumah Aswajanya Buya Arrazy Hasyim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Perjalanan Rumah Tangga Buya Arrazy

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadis Palsu di Kitab Durratun Nasihin, Adakah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Arrazy Hasyim, Ulama Ahlussunnah Wal Jamaah Asal Tanah Minang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KH Abdullah Kafabihi dan Kisah Romatis Muktamar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketua Pengurus Wilayah Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama DKI Jakarta, KH Rakhmad Zailani Kiki, mengatakan, puasa sunah Syawal dan puasa qadha Ramadan tidak bisa digabung pelaksanaannya.

Ia beralasan, kedua puasa tersebut memiliki hukum yang berbeda. Puasa qadha Ramadan hukumnya wajib, sedangkan puasa Syawal hukumnya sunah. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa yang lebih utama dilaksanakan adalah mengqadha puasa Ramadan.

“Bagi seseorang Muslim atau Muslimah yang memiliki utang puasa Ramadan, dianjurkan untuk mengqadha segera utang puasanya. Setelah utang puasa Ramadannya terbayar, dia boleh melanjutkannya dengan puasa sunah Syawal,” katanya (12/5/2022)

Apabila waktu untuk puasa Syawal sudah habis karena digunakan untuk mengqadha puasa Ramadhan, orang tersebut dapat mengqadha puasa Syawal pada bulan Dzulqaidah.

Selengkapnya baca di tebuireng.co atau klik link di bio.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #puasa #syawal
  • "Tabayun itu menjadi penting untuk menghindarkan orang lain mengadu domba kita satu sama lain,"dawuh dari Nyai Hj. Lily Chodijah Wahid.

Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di tebuireng.co atau klik link di bio.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #quotes #quotesulama #nahdatululama #dawuh #mutiarahikmah
  • إِنَّا لِلَّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Segenap keluarga besar Tebuireng Initiatives turut berdukacita atas wafatnya RKH Fakhrillah Aschal bin Abdullah Schal (Pengasuh PP Syaichona Cholil Bangkalan & Rais PCNU Bangkalan).

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #nahdlatululama #nahdliyin
  • Motivator dari Pesantren Lirboyo Ning Sheila Hasina Zamzami mengatakan penghafal Al-Qur’an harus menjaga adabnya. Nasihat Ning Sheila untuk penghafal Al-Qur’an ini disampaikannya saat kunjungan di Yayasan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Mathla’ul Huda cabang Tarbiyatussibyan, Jumat (25/3/2022).

“Santri penghafal Al-Qur’an harus bisa menjaga adab dan istikamah,” jelasnya.

Menurutnya, santri yang sedang fokus Al-Qur’an harus bisa mengatur dan membagi waktu dalam bidang ini. Sehingga dibutuhkan daya juang yang kuat dan pantang menyerah dalam menghafal.

“Santri harus sering sering muroja’ah 2-3 juz tiap hari. Harus punya target dalam murojaah dan jangan meninggalkan salat malam,” imbuh Ning Sheila.

Selengkapnya baca di tebuireng.co atau klik link di bio.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #santri #quotesulama #santrilirboyo #lirboyo #ningsheila #penghafalquran #pecintaquran #alquran
  • "Dosa-dosamu boleh jadi sebesar kapal, tapi jangan lupa bahwa rahmat Allah lebih besar daripada lautan," dawuh dari Gus Miftah.

Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di tebuireng.co atau klik link di bio.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #quotes #quotesulama #kiai #dawuh #dawuhkyai #mutiarahikmah #gusmiftah
  • Pesantren Tebuireng berduka, cucu Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari yang bernama Hj. Lily Chodijah Wahid binti KH A Wahid Hasyim wafat.

Kabar duka ini disampaikan secara terbuka oleh keponakannya Gus Ipang Wahid bin KH Salahuddin Wahid.

“Nyai Hj. Lily Chodijah Wahid binti KH A Wahid Hasyim wafat pada hari Senin, 9 Mei 2022 pukul 16:28 WIB di RSCM Jakarta,” katanya seperti rilis yang diterima tebuireng.co, Senin (9/5/2022).

Di usia senjanya, Hj. Lily Wahid jadi rujukan keluarga besar KH Wahid Hasyim karena dituakan. Terutama setelah KH Abdurrahman Wahid dan KH Salahuddin Wahid wafat.

Tonton video lengkapnya di YouTube Channel Tebuireng Initiatives.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantrentebuireng #santri #gusdur #gussholah #ipangwahid
  • Foto pemakaman Nyai Hj. Lily Chodijah Wahid di Makam Keluarga dan Masyayikh Tebuireng. 

Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di tebuireng.co atau klik link di bio.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #pesantrentebuireng #santri #gusdur #makamgusdur #ramadhan
  • Foto suasana makam Keluarga dan Masyayikh Tebuireng sebelum pemakaman jenazah Nyai Hj. Lily Chodijah Wahid.

Berdasarkan informasi dari Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz, perkiraan jenazah tiba pukul 13.30 - 15.00 WIB.

Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di tebuireng.co atau klik link di bio.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #pesantrentebuireng #santri #gusdur #makamgusdur #ramadhan
  • إِنَّا لِلَّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Segenap keluarga besar Tebuireng Initiatives turut berdukacita atas wafatnya Nyai Hj. Lily Wahid (Cucu Hadratussyaikh KH M. Hasyim Asy
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Toko >>

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist