• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Hakikat dan Makna Dzikir Menurut Habib Jindan

Thowiroh by Thowiroh
2025-04-15
in News
0
Hakikat dan Makna Dzikir Menurut Habib Jindan. (Ist)

Hakikat dan Makna Dzikir Menurut Habib Jindan. (Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Dzikir merupakan cara seorang hamba mengingat Allah, baik lewat ucapan, pikiran, maupun perasaan. Dzikir bisa berupa membaca tasbih, tahmid, tahlil, istighfar, atau kalimat lain yang mengingatkan kita pada keagungan dan kebesaran Allah.

Menurut Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan, Dzikir bukanlah sekadar lantunan dari lisan yang diulang-ulang. Pada hakikatnya,  dzikir yang sesungguhnya adalah dzikir yang diucapkan oleh lisan, dipahami oleh akal, dan dihayati oleh hati.

Ketika seseorang berdzikir dengan penuh kesadaran, maka pikirannya akan terfokus pada makna yang terkandung dalam kalimat dzikir tersebut. Di situlah dzikir menjadi luar biasa, bukan karena banyaknya jumlah, tetapi dalamnya penghayatan.

Ia juga menjelaskan bahwa dzikir tidak terbatas hanya pada saat duduk di atas sajadah sambil memegang tasbih. Akan tetapi, Setiap hati yang senantiasa mengingat Allah, di mana pun dan dalam kondisi apa pun, pada hakikatnya termasuk orang yang sedang berdzikir.

“Salah satu bentuk dzikir yang memiliki kekuatan luar biasa adalah kalimat “La haula wa la quwwata illa billah” Kalimat ini bukan hanya dzikir biasa, melainkan sebagaimana disabdakan Nabi Muhammad ﷺ bahwa kalimat tersebutadalah harta karun dari harta-harta yang tersembunyi di dalam surga,” jelas Habib Jindan seperti dikutip dalam kanal youtube @Masjid Raya Bintaro Jaya TV. Selasa (15/04/25).

Habib Jindan menekankan bahwa kalimat ini adalah bentuk pengobatan ilahiah bagi berbagai penyakit hati dan problem kehidupan. Ketika seseorang dilanda stres, tekanan hidup, atau kegelisahan batin, dzikir ini menjadi penyejuk dan pelipur hati.

Senada dengan itu, Habib Umar bin Hafidz—ulama besar dari Yaman—menyarankan agar ketika seseorang sedang mengalami beban pikiran atau stres berat untuk membaca kalimat “La haula wa la quwwata illa billah” sebanyak minimal 40 kali dengan penuh penghayatan. InsyaAllah, dengan izin Allah, hati akan menjadi lebih tenang, beban pikiran akan diangkat, dan jiwa akan lebih mudah menerima setiap garis takdir dari-Nya.

Kalimat ini juga membuka pintu tawakal dan keridhaan kepada Allah SWT. Ia mengajarkan manusia bahwa segala daya dan kekuatan sejatinya berasal dari Allah semata. Ketika hati berserah kepada-Nya, maka Allah akan mencukupkan dan mengatur segala urusannya dengan cara yang terbaik.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:

وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا ۝٣

Artinya: Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu. (QS. At-Talaq: 3)

Melalui dzikir inilah, seorang hamba belajar untuk tunduk sepenuhnya kepada kehendak Allah, menyerahkan segala urusan hidupnya, dan yakin bahwa apa pun yang Allah atur pasti lebih baik daripada apa yang ia rencanakan sendiri.

Maka, hendaknya setiap muslim untuk memperdalam makna dzikir, bukan sekadar menggerakkan lisan, tetapi juga melibatkan hati dan pikiran. Karena dzikir yang hakiki bukan hanya menenangkan, tapi juga menghidupkan hati dan mengarahkan jiwa menuju kedekatan dengan Allah SWT.

Baca juga: Pilih Dzikir Lirih atau Keras, Ini Saran dari Gus Baha

Previous Post

China Menuju Puncak Industri Dunia: Revolusi Manufaktur, AI, dan Pabrik Tanpa Manusia

Next Post

Dinamika Perang Dagang China dan Amerika Serikat dalam Ekonomi Global

Thowiroh

Thowiroh

Menulis untuk keabadian. Alumni Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng.

Next Post
Dinamika Perang Dagang China dan Amerika Serikat dalam Ekonomi Global. (Ist)

Dinamika Perang Dagang China dan Amerika Serikat dalam Ekonomi Global

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
  • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
  • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri
  • Manusia dalam Pancasila: Makhluk Monoplural yang Menyatu dalam Keberagaman
  • Menjadi Mandiri: Seni Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng