• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Dinamika Perang Dagang China dan Amerika Serikat dalam Ekonomi Global

tebuireng.co by tebuireng.co
2025-04-20
in Bisnis dan Ekonomi, Internasional
0
Dinamika Perang Dagang China dan Amerika Serikat dalam Ekonomi Global. (Ist)

Dinamika Perang Dagang China dan Amerika Serikat dalam Ekonomi Global. (Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Hubungan dagang antara dua raksasa ekonomi dunia, China dan Amerika Serikat, semakin memanas dalam beberapa tahun terakhir. Keduanya berambisi dalam perebutan pengaruh global, dominasi teknologi, dan kepemimpinan ekonomi abad ke-21.

Bermula dari pemerintah Amerika Serikat yang memberikan tarif impor terhadap negara China hingga sebesar 245% lantaran beberapa konflik dagang antara negara tersebut. Ketidakadilan pemberian tarif dagang yang diberikan Presiden trump yang umumnya hanya sebesar 10%. Kepada seluruh negara. namun berbeda dengan negara China. 

Dampak dari perang tarif ini mengubah sistem manufaktur, biaya logistik dan distribusi akan menjadi lebih mahal. Dorongan ini juga terdapat biaya tambahan dan ketidakpastian pelaku bisnis dan minat konsumen. 

Menurut Dubes China, keputusan yang diambil pemerintah Donald Trump menjadi salah satu pelanggaran besar terhadap prinsip organisasi perdagangan dunia (WTO) dan Presiden Trump dianggap menjatuhkan kepercayaan terhadap sistem perdagangan multilateral terhadap sistem perdagangan multilateral berbasis peraturan yang disepakati komunitas internasional. 

Di tengah gejolak perekonomian negara tersebut, sebuah produsen asal China melalui akun TikTok @wangsen9998 mengungkapkan betapa murahnya biaya untuk membuat barang mewah salah satunya merk Hermes.

Ia mengungkapkan lebih 80% tas tas branded dunia diproduksi di China dengan kelengkapan 90%. Kemudian  tas tas tersebut dikembalikan ke negara asalnya dengan pemberian logo di dalam tas tersebut.

Hal ini tak hanya brand tas, tetapi brand kosmetik high end and luxury juga bekerja sama untuk memproduksi make up dan skincare di China. 

Bukan menjadi rahasia umum, faktanya negara china memang menjadi manufaktur terbesar, apalagi dengan biaya tenaga kerja termurah, dan sistem yang sudah bagus untuk membuat produsen di negara tersebut. Pihak brand hanya memberikan sentuhan terakhir dan seolah produk tersebut diproduksi di negaranya.  

Selain barang mewah yang banyak diproduksi di China, Pemerintah Amerika juga membuat kebijakan pembatasan ekspor chip kecerdasan buatan (artificial intelligence) AI ke China. Penerapan ini juga upaya dari memperketat aturan ekspor semikonduktor ke luar negeri.

Adanya kebijakan ini perusahaan Nvidia mencatat potensi kerugian dari stok chip sedangkan untuk negara China dengan pembatasan chip tersebut memperlambat kemajuan China di bidang Artificial Intelligence.

Upaya China akan independen teknologi sepertinya tak mendapat dukungan dari Amerika, salah satu kekhawatiran Amerika ialah Made in China 2025  yang dianggap ancaman industri teknologi dengan Amerika Serikat.

Di mulai pada sejak 1980 an China mulai melakukan inisiatif Riset & Development skala besar, kemudian dilanjutkan tahun 2010 dan puncaknya pada Made in China 2025. Tak hanya pemerintah saja yang melakukan riset, hal ini juga ada dukungan dengan peran swasta seperti perusahaan Huawei dan BYD yang fokus di bidang teknologi tinggi mulai dari otomotif, elektronik, dan energi terbarukan. 

Meski demikian, China tak mau dianggap sebagai negara maju. China lebih mengakui bahwa negaranya ialah negara berkembang terbesar dengan komitmennya untuk memperjuangkan keadilan dan saling mendukung dengan negara berkembang lainya. 

Penulis: Maulida Fadhilah Firdaus

Editor: Thowiroh

Baca juga:China Menuju Puncak Industri Dunia: Revolusi Manufaktur, AI, dan Pabrik Tanpa Manusia

Previous Post

Hakikat dan Makna Dzikir Menurut Habib Jindan

Next Post

Peserta Manasik Haji Terbanyak Tahun 2025, Kemenag Raih Rekor Muri

tebuireng.co

tebuireng.co

tebuireng.co adalah Media Tebuireng Initiatives yang bertujuan untuk meneruskan cita-cita besar Gus Sholah dan para masyayikh tebuireng

Next Post
Peserta Manasik Haji Terbanyak Tahun 2025, Kemenag Raih Rekor Muri. (Ist)

Peserta Manasik Haji Terbanyak Tahun 2025, Kemenag Raih Rekor Muri

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kesunahan saat Meminum Air Zamzam menurut Sayyid Abu Bakar Syatha
  • Keutamaan Air Zamzam, Benarkah Bisa Menjadi Sebab Terkabulnya Doa?
  • 7 Kesunahan dalam Ibadah Haji
  • Pengertian Mahram dan Macam-macamnya
  • Buka Sidang PUIC ke-19, Prabowo Ungkap Kepemimpinan Tokoh Islam sebagai Teladan

Komentar Terbaru

  • Universitas Islam Sultan Agung pada Perluas Dakwah NU, LD PBNU Kirim 34 Dai ke 8 Negara dan 8 Provinsi di Indonesia
  • Visit Website pada Sikap Buya Arrazy Hasyim Terkait Pengeras Suara
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Ijazah Pelancar Rezeki dari Gus Baha
  • IT Telkom pada Ingin Anak Hebat? Ini Cara Tirakatnya
  • Sutrisno pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng