• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Beberapa Kritik terhadap Nisan-Makam di Goa Pindul

Oleh: M. Yaser Arafat, M.A.

tebuireng.co by tebuireng.co
2023-10-03
in Opini, Seni & Budaya
0
Beberapa Kritik terhadap Nisan-Makam di Goa Pindul

Foto Goa Pindul. (Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Beberapa waktu lalu, sempat beredar foto tentang penemuan sebongkahan batu nisan bergurat aksara Arab. Ada kalangan yang menganggap makam ini sebagai makam tertua di Jawa karena adanya tulisan tahun 474 dalam aksara Arab. Oleh karena itu, maka timbul beberapa kritik terhadap nisan-makam di Goa Pindul.

Kabarnya, batu nisan itu ditemukan sekitar 2 tahun lalu di area Goa Pindul, Gunung Kidul, Yogyakarta. Batu nisan itu bertuliskan aksara Arab dari atas ke bawah:

شيخ

ابراهيم

ا-١٠-٤٧٤

Jika dibaca, enskripsi Arab tersebut berbunyi:

Syaikh

Ibrahim

1-10-474

Foto batu nisan makam di Goa Pindul. (Facebook: Yaser Muhammad Arafat)

Beberapa kalangan lantas menganggap makam ini sebagai makam tertua di Jawa. Sebab, angka tahun “474” itu jika dibaca dengan tahun Hijriyah, lalu dikonversi ke tahun Masehi, yaitu dengan ditambah 579 (ada yang menambah 500 dan ada pula 600 ), maka hasilnya sekitar 1053 M.

Beberapa kritik pribadi timbul untuk menguji kesimpulan bahwa makam ini adalah makam tertua di Jawa. Apabila dilihat, batu nisan itu adalah ”batu baru”. Apalagi jika dikaji tulisan Arabnya. Beberapa pertimbangannya adalah sebagai berikut:

Pertama. Penulisan penanggalan di nisan, jika ditarik pada tahun 1053 M, cukup meragukan. Tradisi penulisan tanggal, bulan, dan tahun di nisan makam Islam di Jawa saat itu belum berlaku dengan cara “demikian”.

Kedua. Umumnya, kabar mengenai waktu wafat atau kematian seseorang di nisan-nisan makam Islam pada masa tahun itu, yakni sekitar 1053 M hingga tahun 1500-an, dikabarkan dengan menggunakan kalimat, bukan angka. Contohnya, nisan makam Fatimah binti Maimun di Leran, Gresik, Jawa Timur.

Ketiga. Bila penanggalan di nisan diungkapkan dengan angka, maka angkanya biasa ditulis dengan huruf Kawi. Penanggalannya juga menggunakan tahun Saka. Contohnya, nisan-nisan tua di Troloyo, Mojokerto, Jawa Timur.

Keempat. Ada informasi waktu wafat di nisan dengan menggunakan aksara arab, tapi tahunnya justru menggunakan Saka.

Kelima. Pola penulisan tanggal, bulan, dan tahun pada nisan di Goa Pindul itu adalah pola penulisan tanggal, bulan, dan tahun dalam gaya hari ini, yaitu seperti ini: 1-10-474.

Keenam. Apabila diperhatikan, ada tanda (-) yang memisahkan angka 1, 10, dan 474. Itu jelas pola penulisan tanggal, bulan, dan tahun sebagaimana di zaman kita hari ini. Bukan di zaman tahun 1053 M. Itu seperti menulis penanggalan hari ini: 1-10-2023.

Ketujuh. Bedanya, tulisan tanggal, bulan, dan tahun pada nisan di Goa Pindul ditulis dari kanan, bukan dari kiri.

Kedelapan. Beruntungnya, penulisan tanggal, bulan, dan tahun pada nisan di Goa Pindul itu tidak pakai tanda “slash” atau garis miring seperti ini (/).

Kesembilan. Kata seorang kawan yang ahli kaligrafi, tulisan Arab pada nisan di Goa Pindul itu adalah kaligrafi baru. Kaligrafinya khas tulisan tangan hari ini. Namun, ini bisa diuji secara kritis.

Kesepuluh, dengan demikian, apabila dilihat enskripsinya, nisan ini tergolong baru. Ada yang menulisnya “kemarin sore”.

Jadi, tidak harus terburu-terburu untuk menyebutnya makam Islam tertua di Jawa. Sebagaimana tidak boleh terburu-buru juga menyebutnya sebagai sebaliknya.

Beberapa kritik terhadap nisan-makam di Goa Pindul ini merupakan asumsi pribadi. Tentu, saat ini masih tidak dapat disimpulkan. Butuh kajian serius. Namun, kembali lagi pada bagaimana masing-msaing pribadi menanggapinya.

Penemuan nisan Goa Pindul ini harus dikaji. Misalnya, dengan mendatangi ahli kaligrafi, mempelajari dari perspektif sejarah, budaya, antropologi, dan kajian naskah terkait.

Penulis: M. Yaser Arafat, M.A. (Dosen Fak. Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga dan Peneliti-Pelaku Kebudayaan)

Editor: Ikhsan Nur Ramadhan

Baca Juga: Makam-makam Ulama Jombang

Tags: Indonesia
Previous Post

Aturan Bermaulid Menurut Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari

Next Post

Perbedaan Setiap Generasi dalam Mengakses Informasi

tebuireng.co

tebuireng.co

tebuireng.co adalah Media Tebuireng Initiatives yang bertujuan untuk meneruskan cita-cita besar Gus Sholah dan para masyayikh tebuireng

Next Post
Perbedaan Setiap Generasi dalam Mengakses Informasi

Perbedaan Setiap Generasi dalam Mengakses Informasi

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Buka MQK 2025, Menag Dorong Eksplorasi Turats untuk Pelestarian Lingkungan
  • Erick Thohir: Sport Tourism Memiliki Peran Vital Pembangunan Bangsa
  • Menag Salurkan Bantuan ke Pesantren Al Khoziny dan Pastikan Pencegahan Kejadian Serupa
  • Buku-buku yang Pernah Dilarang di Indonesia
  • Benarkah Membaca Sastra dapat Meningkatkan Empati?

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng