• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Tradisi Rebo Wekasan di Bulan Safar

tebuireng.co by tebuireng.co
2022-09-07
in Hadits, Keislaman
0
Tradisi Rebo Wekasan di Bulan Safar

Tradisi Rebo Wekasan di Bulan Safar (Ist.)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co – Rebo Wekasan merupakan suatu tradisi yang terjadi di masyarakat karena faktor akulturasi budaya Jawa dengan Islam secara intensif. Istilah Rebo Wekasan dalam tradisi masyarakat memiliki beragam varian penyebutan dan maknanya. Diantaranya ada yang menyebut Rebo Wekasan berakar dari dua kata, yaitu rebo yang artinya hari Rabu dan ‘wekasan’ atau ‘pungkasan’ yang artinya terakhir. Dalam artian, Rebo Wekasan adalah hari Rabu terakhir pada bulan Safar.

Masyarakat lainnya menyebut Rebo Wekasan dengan makna pesanan yang bermakna rebo wekasan adalah rebo khusus yang terjadi satu tahun sekali sehingga para sesepuh berpesan (wekas/mewanti-wanti) agar berhati-hati pada hari tersebut karena konon pada hari tersebut Allah Swt menurunkan segala macam bala’ ke bumi.

Masyarakat Banjar menyebut Rabu terakhir di bulan Safar dengan nama Arba’ Mustamir, dengan keyakinan bahwa adanya kesialan pada Rabu terakhir tersebut. Berdasarkan sebuah referensi klasik disebutkan bahwa Allah Swt. telah menurunkan 3333 jenis penyakit pada hari Rabu terakhir bulan Safar. Disebutkan pula dalam kitab Al-Jawahir, bahwa diturunkan bala pada tiap-tiap tahun sebanyak 320.000 bala dan sekalian pada hari Rabu yang terakhir pada bulan Safar, maka hari itu terlebih parah daripada setahun.

Baca Juga: Bulan Safar Bulan Sial, Benarkah?

Untuk mengantisipasi hal tersebut, masyarakat Jawa biasanya membuat kue apem dari beras yang kemudian dibagi-bagikan dengan tetangga. Hal tersebut dimaksudkan sebagai sedekah dan tentu saja untuk menolak bala. Karena ada hadis Nabi saw. yang menyatakan bahwa, “sedekah dapat menolak bala”. Di daerah lain seperti daerah Banjar dalam menyambut Rebo Wekasan atau arba’ mustamir adalah melakukan beberapa amalan seperti salat sunah disertai dengan pembacaan doa tolak bala, Mandi Safar untuk membuang sial, penyakit, dan hal-hal yang tidak baik. Tidak melakukan atau bepergian jauh, tidak melakukan hal-hal yang menjadi pantangan atau pamali, dan sebagainya.

Meski hal tersebut dilakukan sebagai bentuk antisipasi, ada baiknya setiap muslim di daerah manapun tetap berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan hadis nabi, bahwa nabi pernah menjelaskan tidak ada kesialan di bulan Safar. Kepercayaan mengenai perkara sial atau bala pada sesuatu hari, bulan dan tempat itu merupakan kepercayaan orang Jahiliyah sebelum kedatangan Islam. Islam sendiri tidak mengajarkan demikian. Namun karena Islam merupakan agama yang toleran dengan konteks sosial-budaya masyarakat penganutnya, maka selama hal-hal tersebut tidak bertentangan dengan prinsip ajaran Islam, keadaan yang demikian boleh saja dilakukan.

Wallahua’lam bisshowab.

Baca Juga: Fatwa Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari tentang Salat Rebo Wekasan

Oleh: Thowiroh

Tags: Rebo Wekasan
Previous Post

Keutamaan Membaca Surah Al-Kahfi dalam Hadis Nabi

Next Post

Hindari Kekerasan, Ini Metode Nabi Mendidik

tebuireng.co

tebuireng.co

tebuireng.co adalah Media Tebuireng Initiatives yang bertujuan untuk meneruskan cita-cita besar Gus Sholah dan para masyayikh tebuireng

Next Post
Hindari Kekerasan, Ini Metode Nabi Mendidik1

Hindari Kekerasan, Ini Metode Nabi Mendidik

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
  • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
  • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri
  • Manusia dalam Pancasila: Makhluk Monoplural yang Menyatu dalam Keberagaman
  • Menjadi Mandiri: Seni Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng