• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Bulan Safar Bulan Sial, Benarkah?

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2021-09-08
in Kebangsaan, Keislaman, Kelautan, News
0
Bulan Safar Bulan Sial, Benarkah?

Bulan Safar Bulan Sial, Benarkah?

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

teuireng.co – Bulan safar adalah bulan kedua setelah muharram dalam hitungan bulan hijriyah. Safar sendiri bearti kosong. Safar sering dianggap bulan sial.

Ibnu Mandzur dalam kitab Lisanul Arab menyebutkan bahwa safar berarti kosong, saat itu Makkah dari penduduknya karena bepergian.

Ditinjau dari segi bahasa, safar memiliki arti sebagai berikut:

1. Kosong, karena kebiasaan orang orang Arab Makkah pada Bulan ini meninggalkan rumah mereka untuk berperang atau bepergian jauh.

2. Kuning, dikarenakan biasanya bulan tersebut bertepatan pada musim panas yang membuat dedaunan kering dan berwarna kuning.

3. Nama penyakit, masyarakat Arab pada zaman jahiliyah meyakini pada bulan ini terdapat penyakit yang menyerang unta dan bisa berpindah dari satu unta ke unta yang lain.

Melihat makna safar di atas, sering kali bulan ini diyakini adalah waktu sial bagi masyarakat Arab.

Namun, Nabi Muhammad membantah keyakinan tersebut, sebagaimana yang disebut dalam hadis Bukhari nomor 5331:


حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَيُعْجِبُنِي الْفَأْلُ قَالُوا وَمَا الْفَأْلُ قَالَ كَلِمَةٌ طَيِّبَةٌ

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Basyar telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far telah menceritakan kepada kami Syu’bah dia berkata, saya mendengar Qatadah dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Tidak ada ‘adwa (keyakinan adanya penularan penyakit) dan tidak pula thiyarah (menganggap sial pada sesuatu sehingga tidak jadi beramal) dan yang menakjubkanku adalah al fa’lu.” Mereka bertanya; “Apakah al fa’lu itu?” beliau menjawab: “Kalimat yang baik.”

Bulan safar juga diiringi oleh beberapa mitos yang menakutkan.

Mitos-mitos tersebut sudah ada sejak zaman Arab jahiliyyah, yang pada zaman itu masyarakatnya sering melakukan kegiatan meramal di bulan Safar. 

Mitos yang paling sering terdengar di bulan Safar adalah turunnya 320 ribu malapetaka di hari Rabu terakhir bulan Safar atau disebut juga Rabu wekasan.

Rebo Wekasan adalah sebuah ritual tradisi masyarakat Jawa pada hari Rabu terakhir bulan Safar atau bulan ke dua penanggalan Hijriyah. Adapun nama lain dari Rebo Wekasan ini adalah Rabu Pamungkas, Arba Mustakmir, atau Arba Musta’mir.

Sejumlah masyarakat percaya, bahwa di waktu itu akan turun bencana dan sumber penyakit, sehingga harus melaksanakan berbagai ritual tradisi untuk tolak bala.

Selain masyarakat Jawa, ternyata tradisi menganggap bulan ini sebagai bulan sial juga terjadi di bangsa Arab.

Nabi juga membantah keyakinan orang jahiliyah dengan kesialan bulan safar dalam bentuk perbuatan atau amalan.

Habib Abu Bakar Al-Adni dalam kitab Syarh As atsar fii ma warada ‘an syarh safar menyebutkan beberapa hal yang terjadi pada bulan safar pada zaman Nabi di antaranya:

1. Pernikahan Rasulullah dengan Sayidah Khadijah

2. Rasulullah menikahkan Sayidah Fatimah Az-Zahra dengan Ali bin Abi Thalib.

3. Hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah dilakukan pada bulan safar.

4. Peristiwa perang Abwa terjadi pada safar, yang merupakan perang pertama dalam Islam.

Dari penjelasan panjang ini, mengandung makna tersirat tentang ketauhidan bahwa setiap musibah atau kesialan datangnya dari Allah bukan karena suatu bulan, benda, manusia atau lainnya.

Wallahu a’lam.

Thowiroh (Ma’had Aly Hasyim Asy’ari)

Tags: bulan sialsafartradisi
Previous Post

Makam Gus Dur dan Sembilan Fakta Uniknya

Next Post

Gus Miek dan 𝗦𝗲𝗺𝗮’𝗮𝗻 A𝗹-𝗤𝘂𝗿’𝗮𝗻 𝗗𝘇𝗶𝗸𝗿𝘂𝗹 𝗚𝗵𝗼𝗳𝗶𝗹𝗶𝗻

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Gus Miek dan Gus Dur adalah sahabt dekat (Ist)

Gus Miek dan 𝗦𝗲𝗺𝗮'𝗮𝗻 A𝗹-𝗤𝘂𝗿'𝗮𝗻 𝗗𝘇𝗶𝗸𝗿𝘂𝗹 𝗚𝗵𝗼𝗳𝗶𝗹𝗶𝗻

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Tafsir Surah Al-Hasr Ayat 18: Pentingnya Mengelola Waktu dengan Baik
  • Haji Akbar, Pengertian dan Keutamaannya
  • Masih Relevankah Mengikuti Organisasi?
  • Enggan Haji Padahal Mampu, Ini Pendapat Para Ulama
  • Benarkah Emas Bertahan di Situasi Apapun?

Komentar Terbaru

  • IT Telkom pada Ingin Anak Hebat? Ini Cara Tirakatnya
  • Sutrisno pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Telkom pada Ingin Anak Hebat? Ini Cara Tirakatnya
  • Technologeek IPTEC pada Metaverse adalah Masa Depan Dunia Pendidikan Juga?
  • Khoirul pada Veve Zulfikar Basyaiban Keturunan Rasulullah?
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng