• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Tingkatan Mujtahid Fikih Menurut Az-Zuhaili

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2022-11-26
in Fiqih
0
Tingkatan Mujtahid Fikih Menurut Az-Zuhail

Tingkatan Mujtahid Fikih Menurut Az-Zuhaili (ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Tingkatan mujtahid fikih menurut Imam Az-Zuhaili ada enam. Istilah mujtahid sering kita dengar ketika membahas tentang sesuatu yang berhubungan dengan ilmu fikih. Begitu juga ketika kita membaca kitab-kitab kuning, lantas apa yang dimaksud dengan mujtahid?

Mujtahid dalam bahasa Arab diambil dari asal kata Ijtahada -Yajtahidu yang berarti bersungguh-sungguh atau berusaha keras. Mujtahid menurut istilah adalah orang yang melakukan ijtihad dan mempunyai kapasitas keilmuan sehingga dari keilmuannya tersebut ia mampu menggali dan menemukan hukum-hukum syariat.

Dalam  kitab Al-Fiqhul  Al-Islam wa Adillatuhu, Imam Wahbah Az-Zuhali membagi tingkatan mujtahid fikih menjadi beberapa tingkatan. Imam AZ -Zuhaili merupakan seorang ulama bermazhab Hanafi, ia lahir tahun 1932 di Dair Atiah, Suriah.

Ia merupakan seorang profesor Suriah dan sarjana Islam yang mengkhususkan diri dalam hukum Islam dan filsafat hukum. Ia juga seorang pengkhotbah di Masjid Badr di Dair Atiah. Menurutnya, tingkatan ulama mujtahid yakni terdiri dari:

1. Mujtahid yang Berijtihad Sendiri (Mujtahid Mustaqil)

Mujtahid mustaqil ialah mujtahid yang mampu membuat kaidah sendiri. Ia membina fikih di atas kaidah-kaidah tersebut. Yang termasuk dalam tingkatan mujtahid paling tinggi ini adalah Imam mazhab empat yang terdiri dari Imam Abu Hanifah, Imam Maliki, Imam Syafi’i dan Imam Hambali.

2. Mujtahid Mutlaq yang Tidak Berijtihad Sendiri (Mujtahid Muthlaq Ghairu Mustaqil)

Ialah mujtahid yang memiliki syarat-syarat berijtihad yang dimiliki mujtahid mustaqil, tetapi ia tidak mencipta kaidah-kaidah sendiri, melainkan ia mengikuti cara salah seorang dari para imam mujtahid.

Jadi, mereka sebenarnya muntasib (mengikuti) bukan mustaqill(berdiri sendiri). Seperti murid-murid para imam mazhab empat tadi, di antaranya Abu Yusuf dan Zufar dari golongan Hanafi. Kemudian Ibnul Qasim, Asyhab, dan Asad Ibnul Furat dari mazhab Maliki.

 Al-Buwaiti dan Al- Muzani dari mazhab Syafi’i dan seperti Abu Bakar Al-Marwazi dari mazhab Hambali. Jadi, mereka berbeda pendapat dengan guru mereka, tetapi mereka mengikutinya dalam kaidah-kaidah yang utama. Kedua tingkatan ini telah pupus dan tidak ada lagi.

3. Mujtahid Muqayyad

Mujtahid Muqayyad disebut juga dengan mujtahid dalam masalah-masalah yang tidak ada nash dari imam mazhab atau mujtahid At-Takhrij. Di antaranya seperti Al-Khashshaf, Ath-Thahawi, Al-Karkhi, Al-Hilwani, As-Sarakhsi, Al-Bazdawi dan Qadi Khan dari mazhab Hanafi.

Al-Abhari, Ibnu Abi Zaid Al-Qairawani dari mazhab Malik. Abi Isha Asy-Syirazi, Al-Marwazi, Muhammad bin Jabir, Abu Nashr, dan Ibnu Khuzaimah dari mazhab Syafi’i. Qadi Abu Ya’la dan Qadi Abu Ali bin Abu Musa dari madzhab Hambali.

Mereka Semua dinamakan Ashabul wujuh, sebab melahirkan hukum-hukum yang tidak dinashkan oleh imam (mazhab). Perbuatan mereka dinamakan satu wajah dalam mazhab atau satu pendapat (ra’yun) dalam mazhab.

Pendapat-pendapat ini dinisbatkan kepada para imam ini, bukan kepada imam pencetus mazhab. Hal ini banyak terjadi pada mazhab Asy-Syafi’i dan Hambali.

4. Mujtahid Tarjih

Ia mujtahid yang mampu menguatkan pendapat  imam mazhab dengan pendapat-pendapat yang lain. Atau yang nampu melakukan tarjih di antara apa yang dikatakan oleh imam, dan apa yang dikatakan oleh murid-muridnya ataupun oleh para imam yang lain. Jadi, ia berusaha menguatkan sebagian riwayat yang lain.

Yang termasuk dalam kategori ini yakni Al-Qaduri dan Al-Marghinani, pengarang kitab Al-Hidayah, dari mazhab Hanafi. Seperti Al-Allamah Khalid dari golongan ulama Maliki. Seperti Ar-Rafi’i dan An-Nawawi dari golongan ulama Syafi’i. Dan seperti Al-Qadhi Alauddin Al-Mardawi, Abul Khaththab Mahfuzh bin Ahmad Al-Kaludzani Al-Baghdadi 510 H) mujtahid dari mazhab Hambali.

5. Mujtahid Fatwa

Seorang mujtahid yang berpegang kuat dengan mazhab, menerima dan menyampaikannya kepada orang lain, serta memberi penjelasan dalam perkara-perkara yang jelas dan dalam perkara-perkara yang musykil.

Ia membuat perbedaan di antara pendapat yang paling kuat, yang kuat, yang lemah, yang rajih, dan yang marjuh. Namun, ia mempunyai kelemahan dalam menguraikan dalil dan mengemukakan bandingannya (qiyas).

Mereka terdiri atas para penulis kitab pada zaman mutakhir seperti pengarang kitab Al-Kanz, pengarang Ad-Durr Al-Mukhtar, pengarang Al-Wiqayah, pengarang Majma’ Al-Anhar dari golongan ulama Hanafi, dan seperti Ar-Romli dan Ibnu Hajar dari golongan ulama Syafi’i.

6. Thabaqat Muqallidin

Al-Muqallidun ialah orang yang tidak mempunyai kemampuan untuk membuat perbedaan antara pendapat yang lemah dan yang kuat, serta tidak dapat membedakan antara yang rajih dan yang marjuh

Selain itu, jumhur ulama tidak membedakan antara mujtahid muqayyad dengan mujtahid takhrij sedangkan Ibnu ‘Abidin meletakkan thabaqat mujtahid takhrij di tempat yang ke empat setelah mujtahid muqayyad tengan memberi contoh Ar-Razi Al-Jashshash (meninggal 370 H) dan yang setingkat dengannya.

Oleh: Muhammad Fatkhun Niam

Tags: Az-Zuhailifikihhukum fikihMujtahid fikih
Previous Post

Peduli Cianjur, Santri Tebuireng Galang Dana

Next Post

Cara Menyucikan Najis Sesuai Tingkatan

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Cara Menyucikan Najis Sesuai Tingkatan

Cara Menyucikan Najis Sesuai Tingkatan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Jalanan dan Kaitannya dengan Karakter
  • Santri Ikuti Seleksi CBT MQKN 2025, Tujuh Kode Ujian Catat Skor Sempurna
  • Serangan Iran Dinilai Jadi Babak Baru dalam Sejarah Israel
  • Ferry Irwandi: Logical Fallacy Argumen Gus Ulil
  • Gus Ulil Sebut Platform X sebagai Medan Penting dalam Perang Narasi Global

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng