Bonus demografi adalah masa di mana penduduk yang berusia produktif lebih banyak jumlahnya daripada usia yang tidak produktif. Termasuk Indonesia. Banyak yang memprediksi bahwa Indonesia akan mengalami puncak bonus demografi pada tahun 2030 mendatang, ada juga yang menyebut di 100 tahun kemerdekaan Indonesia, yakni tahun 2045. Lalu, beban bonus demografi guna membangun kemajuan Indonesia ini berada di pundak siapa?
Badan Pusat Statistik (BPS) memublikasikan “Statistik Indonesia 2023” yang berisi data-data mengenai jumlah penduduk Indonesia. Tahun 2022, jumlah penduduk Indonesia berada di angka 275 juta jiwa. Apabila dilihat dari usia produktifnya, yakni usia 15-64 tahun berjumlah sekitar 190 ribu penduduk yang berusia produktif. Dari data ini, chance untuk menyukseskan bonus demografi guna membangun kemajuan Indonesia salah satunya ada pada 190 ribuan penduduk yang berusia produktif.
Beban bonus demografi Indonesia ini tidak bisa disandarkan pada penduduknya saja. Namun, peran pemerintah juga sangat berpengaruh guna menyukseskan hal ini karena bonus demografi sangat berpengaruh dalam mengoptimalkan peningkatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat untuk memajukan bangsa. Sebelum jauh melangkah, tentu perlu adanya untuk membekali sumber daya manusia (SDM) agar bisa terampil. Memang, pendidikan sangat penting. Salah satu upaya pemerintah dalam membekali SDM Indonesia di tingkat pendidikan formal melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) adalah dengan mengimplementasikan kurikulum Merdeka Belajar. Secara konsepnya, kurikulum ini diupayakan untuk mentransformasi pendidikan demi terwujudnya SDM Indonesia yang unggul. Di sini lah peran Kemendikbudristek benar-benar diuji.
Dari sektor ekonomi, mengambil sampel data dari founder Tebuireng Initiatives yang juga pelaku ekonomi kreatif, yakni Gus Ipang Wahid memaparkan tentang ilustrasi perbandingan studi kasus Korea Selatan. Tahun 1972, antara Indonesia dan Korea Selatan sebenarnya memiliki angka pendapatan per kapita yang kurang lebih sama pada kisaran 240,50 dolar AS. Tahun demi tahun belalu. Indonesia kini mencapai pendapatan per kapita di angka 4.000 dolar AS. Namun, Korea Selatan ternyata lebih melesat lagi, yakni di angka 35.000 dolar AS. Dalam hal ini, Indonesia perlu waktu 50 tahun untuk mencapai level per kapita 4.000 dolar AS, sedangkan Korea Selatan hanya butuh waktu 16 tahun untuk mencapai level per kapita 35.000 dolar AS.
Gus Ipang Wahid menyebutkan, salah satu yang menaikkan kesejahteraan ekonomi Korea Selatan secara signifikan adalah inovasi berkelanjutan. Mulai dari industrialisasi hingga K-Pop yang mampu menaikkan industri kreatif Korea Selatan sampai terkenal ke seantero dunia. Ia menyimpulkan bahwa itulah motor penggerak ekonomi mereka dengan strateginya berupa investasi pendidikan berbasis industri, baik manufaktur maupun industri kreatif.
Dalam lingkup keluarga juga perlu diperhatikan. Seperti yang disampaikan Menteri Koodinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy pada acara “Launching Commitment Family Planning 2030” yang diselenggarakan tahun 2022 lalu, ia menegaskan bahwa pemerintah juga melakukan upaya mewujudkan SDM yang yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan berkarakter. Termasuk memperhatikan pasca bonus demografi Indonesia. Ia menerangkan, bahwa pasca bonus demografi ini penduduk usia produktif yang awalnya mendominasi akan bergeser menjadi aging population. Menurutnya, penanganan ini harus dimulai dari perencanaan keluarga.
Dalam mengatasi aging population, di sini lah pihak Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) turut berperan. Menko PMK berpesan agar BKKBN bisa mempersiapkan kajian kebijakan yang komprehensif untuk keluarga berencana pasca masa puncak bonus demografi agar tidak kekurangan penduduk usia produktif di masa aging population.
Menyukseskan bonus demografi Indonesia juga berpengaruh pada 100 tahun usia kemerdekaan Indonesia, yakni pada 2045 mendatang yang juga dilabeli dengan “Indonesia Emas 2045”. Namun, bonus demografi guna kemajuan Indonesia dan “Indonesia Emas 2045″ akan menjadi wacana belaka apabila kita tidak saling bahu-membahu dan bekerja sama demi suksesnya hal ini. Maka, beban suksesnya bonus demografi Indonesia tepatnya berada di pundak seluruh penduduk Indonesia.