• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Strategi Multikulturalisme Ala Gus Dur

Oleh: Thowiroh

Zainuddin Sugendal by Zainuddin Sugendal
2022-12-28
in Galeri, Kebangsaan, Kiai, Tokoh
0
Strategi Multikulturalisme Ala Gus Dur

Strategi Multikulturalisme Ala Gus Dur

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co- “Dalam membangun dan mempertahankan multikulturalisme, Gus Dur menggunakan dua trategi khusus yakni strategi konsepsional dan strategi praktis,” jelas  Asisten pribadi Gus Dur, Dr. Ngatawi Al-Zastrow, M. Si. pada acara Seminar Nasional Pemikiran Gus Dur. Selasa, 21/12/22

Dr. Ngatawi Al-Zastrow merupakan asisten pribadi Gus Dur yang pernah membersamai Gus Dur selama kurang lebih 20 tahun sehingga secara tidak langsung telah memiliki banyak transferan dari pemikiran Gus Dur

Menurutnya, dalam mengartikan multikulturalisme Gus Dur mempunyai makna sendiri. Menurut Gus Dur, multikulturalisme adalah sebagai bentuk penghargaan terhadap penegakan demokrasi dan HAM serta perlindungan dan penghargaan terhadap budaya lokal tanpa mengabaikan budaya modern.

Ia juga menjelaskan bahwa di antara alasan mengapa eksistensi multikulturalisme yang dikembangkan Gus Dur tetap tumbuh subur adalah karena keteguhannya dalam membangun dan menjaga multikulturalisme dengan dua strategi.

Pertama adalah strategi konsepsional. Menurut Dr. Ngatawi al-Zastrow, Gus Dur memiliki tiga konsep dasar yang menginspirasinya dalam membangun multikulturalisme yakni pemikiran Barat, pemikiran keislaman yang direpresentasikan oleh ulama, baik klasik maupun kontemporer dan akar tradisi kenusantaraan yang memang hakikatnya adalah beragam.

“Hampir seluruh konstruksi pemikiran Gus Dur sumbernya dari tiga hal tersebut, termasuk metodologinya,” tuturnya

Kepala Makara Art Center UI Jakarta tersebut juga mengungkapkan bahwa di antara referensi ayat Al-Quran sebagai pedoman Gus Dur dalam multikulturalisme adalah surah al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti ( Q.S Al Hujurat :13)

Dalam menafsirkan ayat tersebut agar rasional dengan multikulturalisme yang dikembangkannya, Gus Dur merekonstruksi dari berbagai pendekatan seperti pendekatan dari teori Usul Fikh, Tasawuf, teori Barat dan lain lain.

“Itulah alasan mengapa Gus Dur menjadi sehebat itu karena Gus Dur  membuat strategi konstruk  keilmuan yang mengembalikan rute peradaban pengetahuan nusantara yaitu pertautan antara rasionalitas dan spiritualitas,” tambahnya.

Kedua strategi  yang digunakan Gus Dur adalah strategi praktis yang dalam hal ini memaksimalkan empat hal yaitu membangun jaringan dan memperkuat komunitas, membangun gerakan melawan tidakan yang mengancam keberagaman, melakukan advokasi terhadap kelompok yang termaginalisasi atau terlemahkan, baik advokasi legal maupun kultural, serta memberikan contoh langsung melalui laku hidup yang menghargai keberagaman.

Hal tersebut yang membuat multikulturalisme ala Gus Dur lebih kuat dari pada multikulturalisme Barat. Sebab bangsa Barat  mengartikan bahwa multikulturalisme adalah jawaban atas krisis sosial budaya yang terjadi dalam masyarakatnya sehingga tidak ada nilai-nilai dasar yang menjadi basis terbentuknya multikultural dalam konstruksi sosial masyarakat di sana.

Nilai nilai dasar dalam multikulturalisme Barat umumnya hanya muncul sebagai jawaban atas krisis sosial budaya yang ada sehingga bisa disimpulkan bahwa pada dasarnya teori multikulturalisme bangsa barat tidak mempunyai akar yang kuat.

Baca juga: Cara Memahami Gus Dur Menurut Yenny

Tags: Multikulturalisme Ala Gus Dur
Previous Post

Bagaimana Bacaan Doa Akhir Tahun?

Next Post

Yang Disalahpahami Tentang Perempuan

Zainuddin Sugendal

Zainuddin Sugendal

Next Post
Yang Disalahpahami Tentang Perempuan

Yang Disalahpahami Tentang Perempuan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
  • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
  • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri
  • Manusia dalam Pancasila: Makhluk Monoplural yang Menyatu dalam Keberagaman
  • Menjadi Mandiri: Seni Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng