tebuireng.co- “Dalam membangun dan mempertahankan multikulturalisme, Gus Dur menggunakan dua trategi khusus yakni strategi konsepsional dan strategi praktis,” jelas Asisten pribadi Gus Dur, Dr. Ngatawi Al-Zastrow, M. Si. pada acara Seminar Nasional Pemikiran Gus Dur. Selasa, 21/12/22
Dr. Ngatawi Al-Zastrow merupakan asisten pribadi Gus Dur yang pernah membersamai Gus Dur selama kurang lebih 20 tahun sehingga secara tidak langsung telah memiliki banyak transferan dari pemikiran Gus Dur
Menurutnya, dalam mengartikan multikulturalisme Gus Dur mempunyai makna sendiri. Menurut Gus Dur, multikulturalisme adalah sebagai bentuk penghargaan terhadap penegakan demokrasi dan HAM serta perlindungan dan penghargaan terhadap budaya lokal tanpa mengabaikan budaya modern.
Ia juga menjelaskan bahwa di antara alasan mengapa eksistensi multikulturalisme yang dikembangkan Gus Dur tetap tumbuh subur adalah karena keteguhannya dalam membangun dan menjaga multikulturalisme dengan dua strategi.
Pertama adalah strategi konsepsional. Menurut Dr. Ngatawi al-Zastrow, Gus Dur memiliki tiga konsep dasar yang menginspirasinya dalam membangun multikulturalisme yakni pemikiran Barat, pemikiran keislaman yang direpresentasikan oleh ulama, baik klasik maupun kontemporer dan akar tradisi kenusantaraan yang memang hakikatnya adalah beragam.
“Hampir seluruh konstruksi pemikiran Gus Dur sumbernya dari tiga hal tersebut, termasuk metodologinya,” tuturnya
Kepala Makara Art Center UI Jakarta tersebut juga mengungkapkan bahwa di antara referensi ayat Al-Quran sebagai pedoman Gus Dur dalam multikulturalisme adalah surah al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti ( Q.S Al Hujurat :13)
Dalam menafsirkan ayat tersebut agar rasional dengan multikulturalisme yang dikembangkannya, Gus Dur merekonstruksi dari berbagai pendekatan seperti pendekatan dari teori Usul Fikh, Tasawuf, teori Barat dan lain lain.
“Itulah alasan mengapa Gus Dur menjadi sehebat itu karena Gus Dur membuat strategi konstruk keilmuan yang mengembalikan rute peradaban pengetahuan nusantara yaitu pertautan antara rasionalitas dan spiritualitas,” tambahnya.
Kedua strategi yang digunakan Gus Dur adalah strategi praktis yang dalam hal ini memaksimalkan empat hal yaitu membangun jaringan dan memperkuat komunitas, membangun gerakan melawan tidakan yang mengancam keberagaman, melakukan advokasi terhadap kelompok yang termaginalisasi atau terlemahkan, baik advokasi legal maupun kultural, serta memberikan contoh langsung melalui laku hidup yang menghargai keberagaman.
Hal tersebut yang membuat multikulturalisme ala Gus Dur lebih kuat dari pada multikulturalisme Barat. Sebab bangsa Barat mengartikan bahwa multikulturalisme adalah jawaban atas krisis sosial budaya yang terjadi dalam masyarakatnya sehingga tidak ada nilai-nilai dasar yang menjadi basis terbentuknya multikultural dalam konstruksi sosial masyarakat di sana.
Nilai nilai dasar dalam multikulturalisme Barat umumnya hanya muncul sebagai jawaban atas krisis sosial budaya yang ada sehingga bisa disimpulkan bahwa pada dasarnya teori multikulturalisme bangsa barat tidak mempunyai akar yang kuat.
Baca juga: Cara Memahami Gus Dur Menurut Yenny