tebuireng.co– Wajib kepada setiap orang mukallaf, untuk mengikuti nasehat Kanjeng Rasul Muhammad Saw; firman Allah Swt dalam surat At Taubah ayat 91: “Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, atas orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak mempunyai apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan sedikit pun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ahli Tafsir berkata: “Ketika kamu sekalian mengharap nasehat baik dari Allah dan Rasul-Nya; maksudnya adalah bahwa kamu sekalian harus menjadi orang yang ikhlas, tulus, pasrah total (tawakal; ketundukan total kepada Allah) baik dalam keadaan samar, rahasia (sendirian, sirriyyah) maupun ketika dalam keadaan bersama, dalam keadaan tampak, (dhohir, ‘Alaaniyyah).
Diriwayatkan dari Tamim Addaary Ra, sesungguhnya Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya agama itu nasehat, sesungguhnya agama itu nasehat, Sesungguhnya agama itu nasehat (Rasulullah sampai mengulang tiga kali);
Sahabat bertanya: “Kepada siapa Yaa Rasulullah?” Rasulullah Menjawab: “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi Rasul-nya, dan para pemimpin umat Islam serta seluruh umat Islam”.
Maka cukup dengan hadis yang masyhur ini sebagai dalil terhadap nasehat bagi Allah, kitab-Nya, Rasul-nya, dan para pemimpin umat Islam serta seluruh umat Islam bahwa hal demikian wajib hukumnya.
Adapun yang dimaksud nasehat menurut Abu Sulaiman al-Busty adalah: “Kalimat yang dijadikan jumlah keterangan untuk tujuan kebaikan bagi kebaikan seseorang; sehingga tidak mungkin ibarat yang dibuat hanya satu jumlah saja. Adapun nasehat secara makna bahasa adalah murni, Ikhlas.
Adapun Nasehat Allah Swt adalah sahnya keyakinan tentang ke-Esa-an Allah, dan sifat-Nya dan membersihkannya dari segala apa yang tidak pantas akan Dzat Allah, benar-benar mencintai Allah dan menjauhi dari apa yang menyebabkan Allah Swt marah.
Adapun Nasehat akan kitab Allah Swt adalah mengimaninya dengan cara mengamalkan apa yang ada di dalam Kitabullah, memperbaiki bacaannya (tartil), khusyu’ saat bersamanya, mengagungkan, memahami arti dan belajar tentang apa yang terkandung di dalamnya dan membela untuk menjauhkan diri dari orang-orang yang menakwilkan Kitab dengan melebihi batas serta caci maki orang-orang yang menyeleweng.
Adapun maksud nasehat rasul-Nya, adalah dengan membenarkan Ke-Nabi-an Muhammad, serta taat terhadap apa saja yang diperintah rasul dan mencegah apa yang dilarangnya, dan memberikan pertolongan, menjaga hidup dan matinya, serta menghidupkan sunnahnya serta menyebarkan sunnahnya dan membela terhadap sunnahnya, berakhlak sebagaimana akhlaknya nabi yang mulia dan bersopan santun yang baik sebagaimana yang dicontohkan nabi yang mulia.
Adapun Nasehat untuk para pemimpin umat Islam adalah mereka semua harus taat dalam kebenaran dan saling menolong di dalamnya, mengajak dalam kebaikan dan mengingatkan di dalamnya untuk semakin meningkatkan kebaikan; selalu mengingatkan apa yang terkadang lupa dari urusan-urusan orang muslim, serta meninggalkan atas apa yang menyebabkan kita terpengaruh dari kerusakan hati manusia, seringkali kita berhadapan dengan kondisi seperti ini.
Adapun nasehat bagi semua orang Islam adalah petunjuk bagi mereka untuk selalu berusaha berbuat kebaikan dan selalu tolong menolong di dalam urusan agama dan keduniaan baik dengan ucapan serta perbuatan.
Mengingatkan mereka dari kelupaan serta mengingatkan, menyadarkan orang yang bodoh serta memberikan pertolongan terhadap orang yang membutuhkan, memberikan penyadaran dan mengingatkan untuk menutup aurat-aurat mereka.
Menolak bahaya dan kerusakan di kalangan umat adalah sebuah keharusan serta mengambil segala sesuatu yang membawa manfaat; hal demikian adalah suatu keharusan. (MT)
Oleh: Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari, diterjemahkan dari kitab karya beliau Nurul Mubin, hlm. 10.
