tebuireng.co – Serba serbi amplop ini merupakan tulisan kesaksian seorang santri yang mendampingi kiai dalam dakwah dan syiar Islam kemana-mana. Dari satu pengajian ke pengajian lainnya.
Saat itu, setelah pengajian rutin di salah satu daerah, seusai ramah tamah di kediaman sesepuh setempat, Almaghfurlah Abah Kiai Djamaluddin Ahmad beranjak pamit undur diri. Kami selaku penderek kiai juga menyusul pamit pada tuan rumah.
Hal yang sudah lazim, Romo kiai diaturi amplop oleh panitia penyelenggara. Kiai berkenan menerima itu dengan mengiringi doa jazakumullah ahsanal jaza’.
Di tengah perjalanan, handphone ku berdering tiada henti pertanda ada yang memanggil. Sengaja tidak aku angkat sebab kondisi sedang berdampingan dengan Romo kiai, khawatir mengganggu istirahat.
Sesampai kami di ndalem Sambong, barulah ku buka handphone dan melihat berulang kali panggilan dari panitia pengajian sebelumnya.
Dalam komunikasi itu, panitia panik, sebab amplop yangg diaturkan ke Romo kiai berisi nota bon dan bermaksud menukar dengan yang semestinya.
Aku yang hanya santri penderek, tentu tidak berani berterus terang kepada kiai atas kekhilafan tersebut
Setelah rembagan, sebagai solusinya, panitia transfer sejumlah uang ke rekening kami untuk diaturkan kepada Romo kiai.
Keesokan harinya, bisyaroh dari panitia kami aturkan pagi hari setelah menjalani rutinitas wirid Qadiriyah dan Syadziliyah yang menjadi keistikamahan kiai.
Saya sendiri agak canggung matur soal ini. Hanya karena ini amanah dan sebagai wakil panitia, saya pun memberanikan diri matur apa adanya.
“Niki saking panitia pengajian Z”.
Sambil ngaturi bisyaroh kiai yang sudah dimasukkan amplop.
“La ono opo,” tanya kiai.
“Nggeh ngapunten kolo wingi klintu,” jawabanku dengan nada mengecil.
“Oh,” tanggap kiai singkat dengan memberi senyuman.
Melihat mimik dan gestur Romo kiai, aku meyakini kiai tidak mengetahui kekhilafan dan kepanikan panitia beberapa waktu silam.
Bahkan sepengetahuan kami, setiap Romo kiai diaturi bisyaroh, maka amplop itu dikumpulkan jadi satu, sehingga tidak terdeteks dari siapa saja yang memberi amplop.
Seringnya bahkan, amplop yang kiai terima langsung dialihkan untuk pembangunan pesantren dan lembaga pendidikan yang kiai dirikan. Pantas saja aku menyerahkan amplop susulan, kiai hanya tersenyum manis atas kekhilafan tersebut.
Begitulah serba serbi amplop kiai dari kisah perjalanan hidup Almaghfurlah KH Mochammad Djamaluddin Ahmad.
al-Fatihah.
Oleh: Abdal Sambong