• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Oleh-Oleh dari 100 Hari Romo Kiai Djamaluddin Ahmad

Isyhad wal Mawaidz KH. Chusain Ilyas

Zainuddin Sugendal by Zainuddin Sugendal
2022-06-03
in Akidah, Keislaman, Kiai, News, Pengajian, Tasawuf, Tokoh
0
Oleh-Oleh dari 100 Hari Romo Kiai Jamaluddin Ahmad

Oleh-Oleh dari 100 Hari Romo Kiai Jamaluddin Ahmad (Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co- Saya dan Kiai Djamaluddin Ahmad sebenarnya sudah rundingan. Waktu itu Kiai Djamal ngendikan, “Gus Chusain kulo mboten purun pisah kaleh Jenengan ndunyo akhirat”. Sudah dawuh seperti itu, kok sekarang ditinggal. Oleh karenanya, doakan dawuh Kiai Djamal diijabahi oleh Allah, saya bisa ndereaken Kiai Djamal (ndunyo-akhirat).

Tentang Sukma dan Ruh

Manusia hidup ditempati dua perkara yaitu ruh dan sukma. Jika ditinggal sukma, orang akan tidur. Ketika manusia tidur dan akalnya ikut, mimpi-mimpi di dalam tidur akan teringat. Namun jika tidur, tapi akal tidak ikut. Walaupun semalaman tidur dan bermimpi berkali-kali, tidak akan ada yang ingat.

Baca juga: Ruh Orang Saleh Tersambung dan Dekat dengan Malaikat

Jika manusia ditinggal sukma, dia akan tidur. Tapi jika seorang ditinggal ruh, maka dia akan mati. Allah berfirman di dalam Surat al-Isra ayat 85:

وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا

Artinya, “Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.”

Beberapa Jenis Ruh:

1. Ruh Mutajaridah

Ruh Mutajaridah adalah ruh yang walaupun orangnya masih hidup tapi bisa ngobrol dengan ruh orang yang sudah meninggal. Banyak sekali contohnya. Seperti cerita, ada anak tidak bisa ngaji sama sekali. Tapi ketika batsul masail ada hal yang sulit, dia didatangi Mushonifnya (pengarang kitab). Tiba-tiba, Mushonif berkata, “Masalah yang dibahas dalam batsul itu, sebenarnya sudah sekian tahun dibahas tapi belum tuntas, aku ini kakekmu, kitabku yang berjudul ini, nomer ini, bukalah”.

Karena mendapat petunjuk dari ruhnya Mushonif dan bisa berkomunikasi dengan ruh orang yang sudah wafat. Maka anak itu bisa langsung paham. Inilah contoh ruh mutajaridah, orang hidup bisa terhubung, ngobrol, dan berkomunikasi dengan orang yang telah mati.

2. Ruh Mutafariqoh

Ruh Mutafariqoh adalah ruh orang yang masih hidup tapi bisa berkomunikasi dengan jabang bayi yang ada dalam rahim. Satu contoh, para habaib ada yang disebut dengan Alatas atau Al-‘Athos (العطس).

Asal mula sebutan العطس adalah jabang bayi yang ada di dalam rahim bersin. Kemudian orang tuanya menjawab, “YarhamukaAllah”. Dijawab lagi oleh si jabang bayi, “YahdikumuAllah”. Karena itu, ketika lahir, bayi ini mendapat gelar, al-‘Athos. Ruhnya disebut Ruh Mutafariqoh. Orang yang hidup di dunia dapat berkomunikasi dengan jabang bayi dalam rahim.

3. Ruh Mutashorifah

Ruh yang bisa melintas batas tempat walaupun berjauhan. Contoh, ruhnya berada di Indonesia tapi bisa jagongang di Mekah. Keduanya saling mengenal walaupun tanpa alat komunikasi seperti HP.

Oleh karena itu, Allah berfirman:

وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا

Ruh adalah urusan Allah dan kita hanya diberi pengetahuan yang sedikit. Karena hanya sedikit, 3 jenis ruh itu sudah cukup untuk disampaikan pada pertemuan ini. (*)

– Disarikan dari Isyhad wal Mawaidz KH. Chusain Ilyas dalam peringatan 100 hari Kiai Djamaluddin Ahmad. Mohon koreksi apabila ada kesalahan dalam perangkuman dan penulisan.

Oleh: Muhammad Zulianto

Baca juga: Dengan Nama Apa Kita Dipanggil di Akhirat?

Tags: 100 Hari Kiai JamalKiai Jamaluddin AhmadTentang Sukma dan Ruh
Previous Post

Santri Nakal yang Berakal

Next Post

Nabi Teladan Utama dalam Tasawuf

Zainuddin Sugendal

Zainuddin Sugendal

Next Post
KH Lukman Hakim bersama lukisannya

Nabi Teladan Utama dalam Tasawuf

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kesunahan saat Meminum Air Zamzam menurut Sayyid Abu Bakar Syatha
  • Keutamaan Air Zamzam, Benarkah Bisa Menjadi Sebab Terkabulnya Doa?
  • 7 Kesunahan dalam Ibadah Haji
  • Pengertian Mahram dan Macam-macamnya
  • Buka Sidang PUIC ke-19, Prabowo Ungkap Kepemimpinan Tokoh Islam sebagai Teladan

Komentar Terbaru

  • Universitas Islam Sultan Agung pada Perluas Dakwah NU, LD PBNU Kirim 34 Dai ke 8 Negara dan 8 Provinsi di Indonesia
  • Visit Website pada Sikap Buya Arrazy Hasyim Terkait Pengeras Suara
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Ijazah Pelancar Rezeki dari Gus Baha
  • IT Telkom pada Ingin Anak Hebat? Ini Cara Tirakatnya
  • Sutrisno pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng