Rojabi dan Ajnabi. Saat rasa cinta Rojabi kepada kekasihnya semakin dalam. Ia menangis ketakutan. Ia takut kalau cintanya menjadikanya buta, sayangnya menjadi jurang dan rindunya membuat candu.
Rojabi menghela nafas merenung, lebih dalam mana cintanya kepada Tuhan atau kepada pujaan. Dengan nafas terengah, Rojabi memutuskan pergi meninggalkan kekasih hatinya, Ajnabi.
Mendapati kabar bahwa Rojabi pergi. Ajnabi tak kuasa menahan tangis. Dia sangat sedih. Berhari hari mengurung diri. Ajnabi kehilangan senyuman mulai saat itu.
“Keluarlah, Nak. Jangan merusak dirimu sendiri. Setidaknya makan lah, demi Ayah“. Bujuk sang Ayah.
Ajnabi tak mengucapkan sepatah kata pun, ia tetap mengurung diri. Seakan rindunya pada Rojabi membuatnya bisu.
“Apa yang bisa ayah lakukan untuk mu, nak? Katakanlah“. Ajnabi tetap membisu.
Bencinya terhadap Rojabi membuatnya Tuli. Ajnabi jatuh sakit dan kabar tentang sakitnya Ajnabi menyebar ke seantero negeri dengan sangat cepat. Hingga sampailah kabar ini ke telinga Rojabi.
“تعاللت كي أشجى ومابك علة ∆ تريدين قتلي قد ظفرت بذلك”
[Kau berpura pura sakit agar kau tampak menderita dengan tubuh sehatmu itu. Kau sengaja ingin membunuhku dengan kekhawatiran ku (pada kondisimu) dan kini kau berhasil]”.
Ajnabi tersentak kaget. Dengan tubuh ringkih berdiri sempoyongan menghampiri suara yang tak asing itu. Terlihat sayup-sayup bayangan lelaki di depan pintu kamarnya. Ternyata, itu adalah suara Rojabi. Ajnabi berlari menghampiri, tak kuasa ia menahan air mata.
Lelaki yang ia cintai sepenuh jiwa telah kembali. Rojabi memeluk Ajnabi sembari berkata:
“Maafkan aku, Ajnabi. Seka air matamu itu. Ini bukan kisah Laila Majnu yang pergi disaat mencintai, tapi ini kisah kita, Rojabi dan Ajnabi. Aku kembali dan kini aku berjanji akan menjadikan cinta sebagai senjata dalam doa, sayang sebagai bekal tuk sembahyang, dan rindu untukku mengadu, –pada Tuhanku”.
Setelah mendengar permintaan maaf Rojabi, kondisi Ajnabi berangsur membaik. Ketenangan dari setiap kata yang Rojabi utarakan membuat hati Ajnabi yang tadinya hancur menjadi tandur kembali.
Rojabi bertanya: “Saat aku pergi meninggalkanmu, kenapa kau tak membuka hati untuk lelaki lain?”
Ajnabi tersenyum dan menjawab: “Bagaimana bisa aku membuka dan memasukkan orang lain lagi dalam hatiku saat kamu masih di dalamnya?”
Rojabi tersipu malu, “Kenapa kau tidak mengeluarkan ku saja?” Sahut Rojabi
Dengan penuh kasih, Ajnabi menjawab: “Aku terlalu dalam memasukkanmu ke relung hatiku, hingga aku tak tahu bagaimana cara untuk mengeluarkannya. Kau sudah terlanjur bersemayam menyatu dengan palung hatiku, melebur di antara dindingnya. Membuangmu sama saja dengan membunuhku“.
Rojabi tersenyum bahagia mendengar jawaban Ajnabi. Dipeluknya Ajnabi lalu berbisik pelan: “Akhirnya kekasihku, doa ku terkabul“.
“Doa macam apa wahai kekasihku?” Tanya Ajnabi.
“Aku dulu pernah berdoa. Ya Tuhan, datangkanlah cinta yang membawaku pada taqwa. Rasa yang mengingatkanku akan dosa. Dia, yang setiap hari membawa bahagia. Tuhan jika aku belum cukup pantas untuk cinta yang kau cipta, maka berilah aku semangat yang cukup kuat untuk menahan hati yang selalu ingin menepi pada muhibbin. Aminn“.
Merah pipi Ajnabi tak bisa disembunyikan. Seolah dialah satu satu nya bunga yang merekah. “Pergi darimu itu mudah, Sayang. Yang sulit adalah pergi dan tak kembali lagi“, ungkapnya
“Bagaimana bisa aku percaya pada orang yang pernah meninggalkan ku? Bisa saja engkau hanya datang saat ada butuhnya saja“, ulas Ajnabi.
Rojabi: “Bukankah itu sudah jelas, sayang. Aku kembali karena memang aku membutuhkanmu. Aku butuh kamu untuk lisensi surgaku. Karena sudah pasti, Tuhan akan menanyaiku perihal tanggung jawab ku kepadamu. Seindah apa aku memperlakukanmu. Sekeras apa cinta ku mendorong taatmu. Tanpamu, aku tidak akan dapat mencium wangi surga“.
Baca Juga : Gus Idris Kwagean dan Cerita Kedua Orang Tuanya
Rojabi mendekati Ajnabi. Di elusnya ubun-ubun kekasih hatinya, belahan hatinya, ujung dari dunianya, sembari berbisik lembut;
“Bagaimana bisa aku meninggalkanmu, saat detak nadiku adalah dirimu. Meninggalkanmu sama saja dengan membunuhku, sayang“.
[Bersambung]
(Akhirnya kekasihku, doaku terkabul)
By: Idrishann