• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Rojabi dan Ajnabi, Cerita Gus Idris Kwagean

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2021-10-25
in News, Pesantren, Tokoh
0
Gus IDris bersama Kiai Hannan dan Nyai Miftahul Munawaroh

Gus Idris bersama Kiai Hannan dan Nyai Miftahul Munawaroh (Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Rojabi dan Ajnabi. Saat rasa cinta Rojabi kepada kekasihnya semakin dalam. Ia menangis ketakutan. Ia takut kalau cintanya menjadikanya buta, sayangnya menjadi jurang dan rindunya membuat candu.

Rojabi menghela nafas merenung, lebih dalam mana cintanya kepada Tuhan atau kepada pujaan. Dengan nafas terengah, Rojabi memutuskan pergi meninggalkan kekasih hatinya, Ajnabi.

Mendapati kabar bahwa Rojabi pergi. Ajnabi tak kuasa menahan tangis. Dia sangat sedih. Berhari hari mengurung diri. Ajnabi kehilangan senyuman mulai saat itu.

“Keluarlah, Nak. Jangan merusak dirimu sendiri. Setidaknya makan lah, demi Ayah“. Bujuk sang Ayah.

Ajnabi tak mengucapkan sepatah kata pun, ia tetap mengurung diri. Seakan rindunya pada Rojabi membuatnya bisu.

“Apa yang bisa ayah lakukan untuk mu, nak? Katakanlah“. Ajnabi tetap membisu.

Bencinya terhadap Rojabi membuatnya Tuli. Ajnabi jatuh sakit dan kabar tentang sakitnya Ajnabi menyebar ke seantero negeri dengan sangat cepat. Hingga sampailah kabar ini ke telinga Rojabi.

“تعاللت كي أشجى ومابك علة ∆ تريدين قتلي قد ظفرت بذلك”

[Kau berpura pura sakit agar kau tampak menderita dengan tubuh sehatmu itu. Kau sengaja ingin membunuhku dengan kekhawatiran ku (pada kondisimu) dan kini kau berhasil]”.

Ajnabi tersentak kaget. Dengan tubuh ringkih berdiri sempoyongan menghampiri suara yang tak asing itu. Terlihat sayup-sayup bayangan lelaki di depan pintu kamarnya. Ternyata, itu adalah suara Rojabi. Ajnabi berlari menghampiri, tak kuasa ia menahan air mata.

Lelaki yang ia cintai sepenuh jiwa telah kembali. Rojabi memeluk Ajnabi sembari berkata:

“Maafkan aku, Ajnabi. Seka air matamu itu. Ini bukan kisah Laila Majnu yang pergi disaat mencintai, tapi ini kisah kita, Rojabi dan Ajnabi. Aku kembali dan kini aku berjanji akan menjadikan cinta sebagai senjata dalam doa, sayang sebagai bekal tuk sembahyang, dan rindu untukku mengadu, –pada Tuhanku”.

Setelah mendengar permintaan maaf Rojabi, kondisi Ajnabi berangsur membaik. Ketenangan dari setiap kata yang Rojabi utarakan membuat hati Ajnabi yang tadinya hancur menjadi tandur kembali.

Rojabi bertanya: “Saat aku pergi meninggalkanmu, kenapa kau tak membuka hati untuk lelaki lain?”

Ajnabi tersenyum dan menjawab: “Bagaimana bisa aku membuka dan memasukkan orang lain lagi dalam hatiku saat kamu masih di dalamnya?”

Rojabi tersipu malu, “Kenapa kau tidak mengeluarkan ku saja?” Sahut Rojabi

Dengan penuh kasih, Ajnabi menjawab: “Aku terlalu dalam memasukkanmu ke relung hatiku, hingga aku tak tahu bagaimana cara untuk mengeluarkannya. Kau sudah terlanjur bersemayam menyatu dengan palung hatiku, melebur di antara dindingnya. Membuangmu sama saja dengan membunuhku“.

Rojabi tersenyum bahagia mendengar jawaban Ajnabi. Dipeluknya Ajnabi lalu berbisik pelan: “Akhirnya kekasihku, doa ku terkabul“.

“Doa macam apa wahai kekasihku?” Tanya Ajnabi.

“Aku dulu pernah berdoa. Ya Tuhan, datangkanlah cinta yang membawaku pada taqwa. Rasa yang mengingatkanku akan dosa. Dia, yang setiap hari membawa bahagia. Tuhan jika aku belum cukup pantas untuk cinta yang kau cipta, maka berilah aku semangat yang cukup kuat untuk menahan hati yang selalu ingin menepi pada muhibbin. Aminn“.

Merah pipi Ajnabi tak bisa disembunyikan. Seolah dialah satu satu nya bunga yang merekah. “Pergi darimu itu mudah, Sayang. Yang sulit adalah pergi dan tak kembali lagi“, ungkapnya

“Bagaimana bisa aku percaya pada orang yang pernah meninggalkan ku? Bisa saja engkau hanya datang saat ada butuhnya saja“, ulas Ajnabi.

Rojabi: “Bukankah itu sudah jelas, sayang. Aku kembali karena memang aku membutuhkanmu. Aku butuh kamu untuk lisensi surgaku. Karena sudah pasti, Tuhan akan menanyaiku perihal tanggung jawab ku kepadamu. Seindah apa aku memperlakukanmu. Sekeras apa cinta ku mendorong taatmu. Tanpamu, aku tidak akan dapat mencium wangi surga“.

Baca Juga : Gus Idris Kwagean dan Cerita Kedua Orang Tuanya

Rojabi mendekati Ajnabi. Di elusnya ubun-ubun kekasih hatinya, belahan hatinya, ujung dari dunianya, sembari berbisik lembut;

“Bagaimana bisa aku meninggalkanmu, saat detak nadiku adalah dirimu. Meninggalkanmu sama saja dengan membunuhku, sayang“.

[Bersambung]

(Akhirnya kekasihku, doaku terkabul)

By: Idrishann

Tags: cintaGus Idris KwageanSantri
Previous Post

Bupati Jombang Kordinasi Pembukaan Makam Gus Dur

Next Post

Menteri Agama RI 2014-2019: Jangan Berlebihan

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Perayaan Tahun Baru Islam di Indonesia

Menteri Agama RI 2014-2019: Jangan Berlebihan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Jalanan dan Kaitannya dengan Karakter
  • Santri Ikuti Seleksi CBT MQKN 2025, Tujuh Kode Ujian Catat Skor Sempurna
  • Serangan Iran Dinilai Jadi Babak Baru dalam Sejarah Israel
  • Ferry Irwandi: Logical Fallacy Argumen Gus Ulil
  • Gus Ulil Sebut Platform X sebagai Medan Penting dalam Perang Narasi Global

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng