tebuireng.co – Pilar tasawuf menurut Imam Al-Ghozali bisa dilihat di dalam kitab Ayyuhal Walad. Di sana Imam Al-Ghozali mengatakan bahwa ilmu tasawuf memiliki dua pilar.
Dua hal penting tersebut yakni istikamah dalam hablum minallah (hubungan dengan Allah) dan harmonis dalam hablum minannas (hubungan dengan sesama manusia atau makhluk Allah).
Maka dari itu, mendalami tasawuf harus bisa senantiasa taat dan dekat dengan Allah, berakhlak mulia, dan menjalin hubungan sosial yang baik dengan makhluk-Nya, atau dengan kata lain menjadi seorang tasawuf (sufi).
Membangun dua pilar ini sangatlah penting untuk membentuk karakter ilmu tasawuf pada diri seorang muslim.
Ibarat sebuah bangunan yang megah nan mewah, bangunan tersebut butuh pilar yang kuat dan kokoh.
Tanpa adanya pilar yang kuat dan kokoh, maka bangunan tersebut hanya sebuah dekorasi sementara yang akan runtuh bila diterpa angin badai.
Demikian pula ilmu tasawuf. Ilmu tasawuf merupakan salah satu cabang ilmu Islam yang sangat agung, yang sangat mulia, bahkan tidak setiap orang mampu memilikinya.
Tasawuf cabang ilmu untuk mensucikan hati, pikiran menjernihkan akhlak serta membangun aspek rohani dan jasmani dalam memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Baca Juga: Lima Pilar Ilmu Tasawuf
Maka sudah seharusnya bagi muslim yang berkehendak untuk mempelajari dan mendalami ilmu tasawuf, untuk membangun pilar-pilar yang kokoh, pilar yang kuat untuk menopang bangunan yang megah ini.
Ilmu tasawuf sangatlah sulit didapatkan, tanpa adanya niat hati yang kuat dan tanpa adanya keikhlasan dalam hati untuk mendalaminya, maka mustahil untuk bisa mencapai derajat ahloi tasawuf.
Seseorang ahli tasawuf atau disebut pula ahli sufi, kehidupannya akan selalu dipasrahkan kepada Tuhannya, ketaatan dan keistiqomahan ibadahnya akan senantiasa memenuhi hari-harinya.
Pondasi ilmu tasawuf secara umum yang harus dibangun dengan kokoh oleh seorang sufí adalah syari’at.
Maka mulailah dalam hati kita dengan ikhlas dan penuh keyakinan untuk memahami dan mendalami ilmu tasawuf dalam hidup kita.
Dengan demikian, kita akan bisa mendapatkan kebahagiaan Fii Dunya Wal Akhirat. Aamiin..
Oleh: Muhammad Hery Alfatih

