tebuireng.co- Kisah Dr. (H.C.) KH Husein Muhammad atau yang akrab disapa Buya Husein ketika berziarah kepada dua tokoh sufi fenomenal, yakni Maulana Jalaluddin Rumi dan Syekh Syamsi Tabrizi. Kisah ini berawal dari tekad dan niat kuat Buya Husein untuk pergi ke Konya, Anatolia, sebuah kota di Turki tempat dua ulama sufi tersebut dimakamkan.
Dalam bukunya yang berjudul Kidung Cinta Syams Tabrizi-Maulana Rumi. Buya Husein menceritakan bahwa impiannya pergi ke kota Konya, Anatolia untuk berziarah kepada dua tokoh sufi tersebut baru terwujud setelah melakukan kunjungan ke Turki yang ketiga kalinya untuk menghadiri sebuah acara.
Ketika selesai mengikuti acara yang berlangsung selama tiga hari, Buya Husein tidak langsung pulang ke Indonesia, ia bersikeras dan memberanikan diri untuk pergi ke Konya ditemani dua mahasiswa asal Indonesia yang sedang menempuh pendidikannya di Turki. Kedua mahasiswa tersebut mengantarkan Buya Husein ke Green Maousoleum, tempat ulama sufi Maulana Jalaluddin Rumi dimakamkan.
Buya Husein sangat kagum melihat kubah makam sufi yang kesohor dengan puisi-puisi sufistiknya tersebut. Ia juga melihat sebuah kaligrafi arab bertuliskan “Hadrat Maulana” yang seakan-akan mengisyaratkan ucapan selamat datang kepada peziarah di makam Maulana.
Selain berziarah kepada Maulana Jalaluddin Rumi, Buya Husein juga menyempatkan diri berziarah kepada Syeikh Syamsi Tabrizi, seorang ulama sufi berasal dari Tabriz yang makamnya tidak jauh dari Green Maousoleum. Syekh Syamsi Tabrizi merupakan guru spiritual Maulana Jalaluddin Rumi yang mampu mengubahnya menjadi seorang sufi dan insan spiritual yang tak tertandingi.
Syekh Syamsi Tabrizi dikenal sangat mahir dalam ilmu sufi. Kualitas kedalaman suluknya menembus cahaya ilahi. Ia tidak memiliki banyak murid, hanya orang yang dianggapnya mampu yang ia angkat menjadi muridnya, salah satu orang yang ditemui dan diangkatnya menjadi murid adalah Maulana Jalaluddin Rumi.
Dalam perjalanan menuju makam Syekh Syamsi Tabrizi, salah seorang mahasiswa mengajak Buya Husein berhenti untuk melihat tempat bertemunya Syekh Syamsi Tabrazi dengan Maulana Jalaludin Rumi.
Sebuah kotak kaca yang di dalamnya sebuah prasasti bertuliskan “Di sinilah dua samudera bertemu dan menumpahkan rindu, 30 November 1244”. Pertemuan dua samudera antara Syekh Syamsi Tabrazi dengan Maulana Jalaluddin Rumi yang digambarkan seperti ‘bahrain’ (red: tempat Nabi Musa bertemu dengan gurunya, yaitu Nabi Khidir) sebagaimana yang disebut dalam Al-Quran:
مَرَجَ ٱلْبَحْرَيْنِ يلْتَقِيَانِ (١٩( بينهُمَا برْزَخٌ لَّا يبْغِيَانِ(٢٠)
“Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu (19) Di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing (20) . (QS.Ar Rahman :19-20)
Sesampainya di Makam Syeikh Syamsi Tabrizi, Buya Husein melihat tempat peristirahatan guru mulia ini begitu sepi tidak tampak banyak peziarah ke tempat Syeikh Syamsi Tabrizi. Kemudian Buya Husein dan dua mahasiswa yang menemaninya masuk untuk salat dan menyenandungkan doa di sana.
Menziarahi dua ulama sufi tersebut bagi Buya Husain seperti melintasi dua samudera yang luas. Keduanya mengajari arti kedalaman makna, sehingga perlu wadah yang luas pula untuk menampung hikmah warisan kedua salik sejati itu.
Baca juga: Mengenali Makna dibalik Tarian Sufi

