• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Niat Shalat Lailatul Qadar yang Benar

tebuireng.co by tebuireng.co
2024-04-03
in Keislaman
0
Niat Shalat Lailatul Qadar yang Benar

Foto ilustrasi orang sedang shalat. (Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Malam lailatul qadar merupakan malam yang istimewa di 10 hari terakhir bulan Ramadan. Para ulama menganjurkan umat muslim untuk memperbanyak dan meningkatkan kualitas ibadahnya pada waktu tersebut. Untuk menghidupkan malam 10 hari terakhir bulan Ramadan, beberapa kalangan juga mendirikan shalat lailatul qadar. Namun, bagaimana penjelasannya?

Menurut Imam Besar Al-Azhar Fadhilatu Syaikh Dr Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyib’ bahwa lailatul qadar berarti pengampunan, penerimaan amal, dan pembebasan dari api neraka. Ibadah di dalamnya lebih baik daripada ibadah seribu bulan. Karena keutamaan dan keagungannya, Allah telah menyembunyikannya di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Agar seorang muslim berusaha mencarinya dan bekerja untuk mendapatkan kebaikannya.

Menurutnya, lailatul qadar bukanlah sebagaimana yang dibayangkan oleh sebagian orang, akan tetapi yang dimaksud adalah memperbanyak ibadah dan memperbanyak amal saleh seperti shalat, istighfar, membaca Al-Qur’an dan memohon ampun kepada Allah, karena Allah menerima pada malam tersebut apa yang tidak diterima pada malam-malam yang lain.

Menghidupkan malam-malam bulan Ramadan (qiyamu ramadan) bisa diisi dengan ibadah yang dianjurkan para ulama berupa shalat sunnah, wirid, i’tikaf, dan membaca Al-Qur’an. Di sejumlah daerah, untuk menghidupkan malam 10 hari terakhir bulan Ramadan, ada pelaksanaan shalat isya, shalat tarawih dan witir, dilanjutkan shalat lailatul qadar. Apakah praktik ini sudah benar atau perlu diluruskan?

Tata Cara Shalat Lailatul Qadar

Landasan dalil yang digunakan dalam ibadah di malam lailatul qadar ialah hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: “Barang siapa melaksanakan shalat sunnah pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”

Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim memberikan makna dalam lafad qoma atau dalam sanad riwayat hadis lain dengan lafad yaqum, diberikan arti “mengetahui”.

من يقم ليلة القدر فيوافقها – أراه قال – إيمانا واحتسابا، غفر له (مَنْ يَقُمْ لَيْلَة الْقَدْر فَيُوَافِقهَا)  مَعْنَاهُ : يَعْلَم أَنَّهَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ

Jadi dalam riwayat tersebut beramakna, barangsiapa mengetahui malam lailatul qadar dan menyesuaikan diri padanya dengan ibadah, maka ia akan diampuni dosa-dosa yang lalu.

Jelas, di sini tidak ada syariatnya, tetapi adanya shalat sunnah mutlak di malam lailatul qadar. Hal ini sama dengan kasus bahwa ada praktik shalat sunnah nisfu sya’ban atau shalat rebo wekasan yang dilarang oleh Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari. Sehingga, pilihan pendapat yang lebih hati-hati ialah melaksanakan shalat sunnah mutlak, tanpa diberi embel-embel niat shalat sunnah lailatul qadar.

Di internet maupun di media sosial banyak yang mengulas tentang niat shalat lailatul qadar. Menurut penulis itu masih kurang pas. Mayoritas menuliskan niat shalat seperti di bawah ini:

أُصَلِّى سُنَّةً لَيْلَةُ الْقَدَرِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Artinya: “Saya shalat sunnah lailatul qadari dua rakaat karena Allah ta’ala.”

Harusnya diganti dengan:

أُصَلِّى سُنَّةً الْمُطْلَقِ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدَرِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Artinya: “Saya niat shalat sunnah mutlak pada lailatul qadar dua rakaat karena Allah ta’ala.”

Untuk jumlah minimal shalat sunnah mutlak ialah dua rakaat, sedangkan untuk batasan maksimal tidak ada atau sebanyak mungkin. Maka boleh saja, meskipun kita tidak tahu persis kapan lailatul qadar, tetapi dengan praktik ibadah yang banyak di 10 akhir bulan Ramadan akan mendekatkan kita untuk mendapatkannya. Semoga bermanfaat.

Penulis: M Sutan Alambudi

Editor: Ikhsan Nur Ramadhan

Baca Juga: Menyambut Lailatul Qadar sejak Awal Ramadan

Tags: lailatul qadarRamadan
Previous Post

Kunjungan Jokowi ke Bungo, Ini yang Terlewatkan

Next Post

Hukum Membayar Zakat Fitrah setelah Shalat Id

tebuireng.co

tebuireng.co

tebuireng.co adalah Media Tebuireng Initiatives yang bertujuan untuk meneruskan cita-cita besar Gus Sholah dan para masyayikh tebuireng

Next Post
Hukum Membayar Zakat Fitrah setelah Shalat Id

Hukum Membayar Zakat Fitrah setelah Shalat Id

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
  • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
  • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri
  • Manusia dalam Pancasila: Makhluk Monoplural yang Menyatu dalam Keberagaman
  • Menjadi Mandiri: Seni Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng